Setelah kejadian di kedai makan hari itu, hubungan Seongwoo dan Daniel berangsur-angsur membaik. Seongwoo tidak lagi merasa canggung kepada Daniel dan Daniel lebih bisa menahan diri untuk tidak membuat Seongwoo merasa takut padanya. Pokoknya semuanya berjalan lancar tanpa adanya gangguan yang berarti.
Tidak jarang Daniel mengajak Seongwoo makan siang bersama. Meski awalnya ragu tetapi pada akhirnya ia bisa mengiyakan ajakan tersebut, tentunya dengan dorongan dari sahabat-sahabatnya. Minus Jeon Woong.
Seperti saat ini, Daniel dan Seongwoo sedang makan siang bersama di salah satu restoran yang katanya restoran langganan Daniel. Sembari menunggu pesanan, mereka menceritakan banyak hal. Pokoknya apa saja asalkan tidak terjadi keheningan di antara mereka.
Atau mungkin lebih tepat lagi jika kita menyebut Daniel sebagai pencerita dan Seongwoo sebagai pendengar. Seperti saat mereka berpacaran dulu. Daniel akan selalu bersemangat menceritakan apapun yang ia rasakan sedang Seongwoo akan dengan sabar mendengarkan sambil sesekali tersenyum. Ah rasanya seperti kembali ke jaman dulu.
“Makanya aku itu-“ Ucapan Daniel terhenti saat makanan mereka datang, membuat Seongwoo tertawa. Pria di hadapannya ini ternyata tidak berubah, selalu bisa dijinakkan dengan makanan
“Kenapa kau tersenyum ?” Tanya Daniel
“Apakah salah ?”
“Tidak. Aku malah menyukainya”
“Kau ini. Ayo cepat makan makananmu sebentar lagi jam makan siang akan berakhir”
Kini giliran Daniel yang tersenyum. Menyenangkan bukan jika kita bisa makan bersama dengan seseorang yang sangat kita cintai ? Belum lagi saat kita melihat senyuman manisnya. Rasanya semua beban dan lelah Daniel terangkat saat merasakan itu semua.
“Seongwoo-ya … Bisakah aku kembali memanggilmu dengan Ongie ?”
“Uhm tidak … masalah”
“Baiklah hehe Ongie-ya. Hehe Ongie” Daniel terus saja tertawa bodoh di hadapan Seongwoo
“Cepat habiskan makananmu Daniel”
“Iya-iya. Eh ada satu lagi”
“Apa lagi ?”
“Mama dan Papa ingin sekali bertemu denganmu. Katanya mereka sangat rindu padamu”
“Oh benarkah ?”
“Iya. Apa nanti malam kau bisa bertemu dengan mereka ? Tenang saja aku yang akan jemput !” Seru Daniel bersemangat
“Memangnya kau tahu rumah ku ? Kan aku belum pernah memberitahu mu”
Oops sepertinya Daniel salah berbicara. Ia menggaruk tengkuknya, merasa bingung untuk mencari jawaban yang tepat. Merasa ada yang aneh Seongwoo pun semakin menatap Daniel dengan tatapan tajam. Seakan menodongnya untuk segera menjawab.
“Ah itu sebenarnya aku … pernah mengikutimu dan Sungjae hehe” Daniel lagi dan lagi tersenyum kikuk’
“Astaga kau ini benar-benar ya”
“Maafkan aku, aku waktu itu sangat terpaksa. Nanti saja kita bahas itu, yang terpenting saat ini apa kau mau bertemu dengan orangtua ku ?”
“Aku sebenarnya ingin tetapi … aku merasa gugup. Sudah lama aku tidak bertemu dengan Paman dan Bibi. Apalagi pertemuan terakhir kami bisa di bilang tidak baik. Aku takut Paman dan Bibi merasa benci kepadaku karena sikap Papa ku hari itu”
Daniel sontak melembutkan pandangannya. Lelaki berbadan tegap itu memang memiliki kepribadian yang fleksibel. Terkadang ia bisa menjelma bak anak kecil yang manja namun di saat yang tepat ia bisa berubah menjadi sangat dewasa sehingga Seongwoo bisa bersandar padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary - Ongniel [END]
Fiksi PenggemarCerita antara Seongwoo, Daniel dan buku hariannya. Start : 28 Juni 2019 End : 09 Februari 2020 Bahasa : Baku