18. Kehidupan Baru

1K 169 51
                                    

3 tahun sudah berlalu. Seongwoo telah lulus dari kuliahnya dan sudah membuka sebuah klinik psikolog yang ia bangun bersama sang kakak, Yook Sungjae.

Ya ia tidak jadi melanjutkan pendidikan S2 nya karena orang tuanya mengkhawatirkan kesehatannya. Meskipun Seongwoo tidak lagi memiliki penyakit serius serta PTSD nya sudah sepenuhnya pulih namun tetap saja ia tidak bisa terlalu lelah.

Di sepanjang semester akhir ia bahkan sering jatuh sakit jika sudah kelelahan dan banyak pikiran.

Maka dari itu Papa In Guk menawarkan mereka modal untuk membangun sebuah klinik, meskipun bukan klinik psikolog klinis seperti yang di inginkan Seongwoo.

Sadar akan keadaan dan kondisinya akhirnya Seongwoo menyanggupi keinginan kedua orang tuanya. Tentunya ia tidak sendiri. Ia dibantu oleh Sungjae.

Sebenarnya Sungjae bisa saja melanjutkan pendidikannya tetapi ia ingin membantu adik nya itu. Lagi pula ia tidak ingin Seongwoo merasa iri dan di anaktirikan jika melihat Sungjae yang bisa melanjutkan pendidikannya.

Akhirnya mereka memutuskan untuk membuat sebuah klinik di kota Seoul. Mengapa tidak di Daegu ? Karena keluarga Yook memang telah menetap kembali di Seoul sejak setahun terakhir.

Bahkan Woojin juga ikut pindah ke Seoul mengingat ia sudah berjanji pada sahabatnya untuk menjaga Seongwoo. Tetapi tidak dengan Hyunbin. Kontrak kerjanya dengan salah satu agensi modelling mengharuskannya menetap disana selama masa kontrak. Jadilah ia tetap berada di Daegu seorang diri.

Selain itu Woojin juga sudah membuka usaha restoran bersama dengan Youngmin dan Donghyun, dan juga kekasihnya. Ya siapa lagi jika bukan Jeon Woong.

Entah bagaimana kisah pastinya namun yang jelas setahun terakhir ini mereka telah resmi menjadi sepasang kekasih. Woong yang memang berasal dari Seoul langsung menyetujui rencana kekasihnya untuk membuka usaha di Seoul bersama 2 sahabatnya. Sekaligus ia juga bisa ikut menjaga dan menemani Seongwoo.


"Selamat pagi Seongwoo-ssi" Sapa seorang karyawan Seongwoo

"Selamat pagi juga Somi. Apa Sungjae sudah datang ?"

"Sungjae-ssi sudah datang tetapi dia sedang bersama-"

"Kekasihnya ?"

"Iya Seongwoo-ssi"

"Baiklah terima kasih"


Seongwoo menggelengkan kepalanya secara perlahan. Bukan, bukan karena ia tak menyukai kekasih kakaknya itu tetapi sebaliknya. Ia malah tak suka dengan sikap kakaknya.

Segera ia mempercepat langkah kakinya menuju ruang Sungjae. Sesampainya disana ia mengetuk pintu dan langsung masuk kedalam.

Terlihat seorang wanita cantik yang sedang duduk disebuah sofa dengan wajah tertekuk sementara Sungjae duduk di kursi kebesarannya sembari membaca beberapa berkas pasien.


"Seongwoo-ya !" Wanita cantik itu langsung berlari ke arah Seongwoo dan menggandeng lengannya
"Tolong katakan kepada kakak mu itu untuk tidak bersikap seenaknya saja !"

"Iya Sejeong-ah. Kau tenang saja"


Wanita cantik itu Kim Sejeong langsung menampilkan senyum kemenangan kepada Sungjae, kekasihnya.


"Tukang mengadu" Sinis Sungjae. Sejeong tidak menjawab. Ia hanya menjulurkan lidah ke arah kekasihnya. Seperti anak kecil yang sedang mengolok

"Jae harus berapa kali kita membicarakan ini ?"

"Bicara tentang apa by ?"

Seongwoo menghela nafas pelan dan berjalan menuju sofa, "Aku sudah bilang bukan utamakan Sejeong dari pada aku. Yang kekasih mu itu aku atau dia sih ?"

Diary - Ongniel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang