Katakan lah Daniel egois, tetapi ia memang masih menginginkan Seongwoo. Masih ingin semuanya kembali seperti dulu. Dia yang telah menyakiti Seongwoo berarti dia jugalah yang harus mengobati rasa sakit itu.
Rasanya sekarang semua seakan-akan tak berpihak padanya. Semakin dia mencoba untuk memperbaiki kesalahannya, segalanya terasa semakin rumit dan kacau. Seakan-akan karma memang benar-benar sudah menjalankan tugasnya dengan sebaik mungkin.
Sore harinya, ia kembali memutuskan untuk menjenguk Seongwoo sekaligus meminta maaf sekali lagi kepada keluarga Yook, tentunya tanpa sepengetahuan orang tuanya.
Dengan alasan ingin menemui Hyunbin dan Woojin, akhirnya Daniel bisa melaksanakan aksinya. Sembari mengendarai mobil mewah berwarna abu-abu itu Daniel terus memikirkan kata yang tepat untuk meminta maaf. Sungguh dia tak ingin berjauhan dengan Seongwoo lagi untuk yang ke sekian kalinya.
Setelah sampai dan memarkirkan mobilnya dengan benar ia bergegas menuju kamar Seongwoo. Niatnya harus tertunda terlebih dahulu saat ia tak sengaja melewati ruangan Dokter Kim, dokter yang ia ketahui sebagai dokter yang telah menangani Seongwoo selama beberapa tahun belakangan ini, sedang berbincang dengan sepasang suami istri berumur 40 tahunan yang ia yakini sebagai orang tua Seongwoo.
Beruntung pintu ruangan itu sedikit terbuka sehingga Daniel bisa sedikit mendengar percakapan antara Dokter Kim dan orang tua Seongwoo. Tetapi sepertinya langkah kegiatan menguping yang dia lakukan ini adalah hal yang salah. Karena ia mendengar sesuatu yang sangat tak ingin untuk ia dengar.
Seketika Daniel merasa blank, pikirannya kosong dan hatinya seakan terhantam oleh sesuatu. Keringat dingin sudah menguasai dirinya. Tidak, Daniel tidak akan kembali menjadi Daniel si pasien rumah sakit jiwa lagi. Ia sudah bisa mengendalikan dirinya sendiri.
“PTSD” Lirihnya hampir tak terdengar karena suaranya terasa tercekat
Detik itu juga ia baru menyadari betapa besar kesalahan yang telah ia lakukan. Sebegitu besarnya ia membuat Seongwoo menderita. Mana ada lelaki didunia ini yang menyakiti seseorang yang ia klaim sebagai orang yang dicintai. Hanya Daniel, Kang Daniel, lelaki bajingan yang brengseknya masih mengharapkan Seongwoo.
Dalam hati Daniel benar-benar telah mengutuk dirinya sendiri. Ia pikir Seongwoo hanya menderita penyakit trauma biasa tetapi nyatanya ?
Setahunya PTSD itu di derita seseorang apabila orang itu pernah merasakan peristiwa traumatis, peristiwa yang benar-benar membuatnya ketakutan. Jadi … bisa kalian simpulkan bukan seberapa besar pengaruh buruk Daniel terhadap kehidupan Seongwoo ?
Sambil menahan rasa sesak di dadanya, Daniel melanjutkan langkah kakinya menuju kamar rawat inap Seongwoo. Mengetuk pintu lalu akhirnya ia masuk tanpa menunggu jawaban dari dalam.
Sungjae yang sedang menjaga tidur adiknya terkejut mendapati Daniel masuk kedalam kamar Seongwoo, tanpa ijin darinya. Emosi kembali menguasai hati dan pikirannya sehingga ia bangkit dan mencegat Daniel.
“Pergi dari sini. Aku tidak ingin adik ku terbangun karena keributan yang akan kau buat” Sungjae berucap dengan suara pelan namun tetap dengan nada dinginnya
“Sungjae-ssi aku mohon berikan aku satu kesempatan lagi. Kali ini aku benar-benar tak akan membuat Seongwoo menderita lagi”
“Ku bilang cepat pergi dari sini” Desisnya
“Aku akan pergi”
“Baguslah ka-“
“Keluar negeri. Aku akan pergi keluar negeri dan benar-benar pergi dari kehidupan Seongwoo” Sungjae sedikit terkejut mendengar penuturan Daniel namun ia berusaha untuk tetap mempertahankan ekspresi wajahnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary - Ongniel [END]
FanfictionCerita antara Seongwoo, Daniel dan buku hariannya. Start : 28 Juni 2019 End : 09 Februari 2020 Bahasa : Baku