33. Ya... Aku Bersedia

950 130 61
                                    

Lantunan musik klasik terputar di kafe tersebut. Beberapa orang yang berada di dalamnya terlihat sangat menikmatinya, apalagi di tambah dengan suhu udara kafe itu yang terasa sangat hangat. Kafe itu sebenarnya tidak begitu besar namun mampu menciptakan sendiri daya tarik bagi setiap pelanggannya.

Seongwoo, yang menjadi salah satu pelanggan sore itu, menanggalkan mantel hangatnya sembari menunggu pesanannya, dan kekasihnya, Daniel. Seongwoo baru saja pulang dari tempat praktek miliknya dan langsung menuju ke kafe itu, sesuai dengan perjanjian mereka semalam. Tak lama datanglah pesanan miliknya, hanya 2 cangkir coklat panas dan satu porsi churros.

Seongwoo menggenggam cangkir tersebut dengan dua tangannya, berusaha menyalurkan kehangatan dari cangkir coklat panas itu ke tubuhnya. Setelahnya ia meniup kecil minuman itu lalu menyesapnya perlahan.

Lonceng kecil yang berada tepat di atas pintu kafe itu berbunyi, pertanda ada pelanggan yang datang. Seongwoo yang memang duduk membelakangi pintu masuk nampak tidak peduli dan terus saja menyesap minuman miliknya. Hingga setangkai bunga berada di atas mejanya barulah ia memusatkan atensinya.

“Niel?”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


“Niel?”


Seongwoo tersenyum kecil kala menyadari bahwa Daniel lah yang datang dan membawakan setangkai bunga gerbera berwarna kuning. Bunga yang melambangkan kesetiaan pada pasangan, yang biasanya di berikan seseorang kepada kekasihnya jika sudah memiliki hubungan yang lama atau memiliki keinginan untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius. Bunga yang memiliki arti untuk meyakinkan pasangan bahwa mereka akan terus bersama hingga maut memisahkan.



“Maaf aku terlambat, tadi ada urusan mendadak di kantor.” Daniel mengecup dahi Seongwoo sebelum duduk di hadapan Seongwoo.

“Tidak masalah, aku juga baru saja tiba. Uhm kenapa tiba-tiba kau memberikan bunga ini?” tanya Seongwoo sembari memperhatikan bunga itu.

“Kau tahu apa arti bunga itu kan?” Seongwoo mengangguk, “Tidak lama lagi aku akan merealisasikan impianku bersama mu.” lanjutnya.

Ah begitu... mi—minumlah dulu. Kau pasti lelah kan.”

Kkkk kenapa jadi gugup begitu sih. Daniel mencubit pipi Seongwoo yang semakin hari semakin tembam.
“Belakangan ini kau makan banyak ya?”

“Iya, makanya aku jadi gemuk seperti ini. Aku... terlihat jelek ya?” wajah Seongwoo berubah murung.

“Siapa bilang? Aku malah menyukainya.” ucapan Daniel membuat Seongwoo menatapnya, “Aku suka melihatmu seperti ini, kau terlihat semakin menggemaskan. Lagi pula aku suka kalau kau banyak makan. Makanlah apapun yang kau inginkan, makan dengan baik tidak akan membuat mu terlihat jelek. Justru sebaliknya, itu membuktikan bahwa kau hidup dengan baik.”





***





“Kita akan kemana?” saat ini Seongwoo dan Daniel sedang dalam perjalanan menuju suatu tempat. Seongwoo tak tahu tujuan pasti mereka karena Daniel tidak memberitahunya, rahasia katanya.

Diary - Ongniel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang