Terkadang, kita harus pergi dan meninggalkan orang-orang yang sangat kita sayangi. Bukan karena bosan atau apa, hanya saja terkadang hati bisa menjadi sangat lelah karena selalu tak di hargai. Sebenarnya mencintai tulus tanpa syarat, mencintai tanpa harus memiliki itu benar adanya. Namun sekali lagi, kelelahan hati bisa menjadi lebih kuat dari pada itu semua.
Sama seperti Seongwoo. Ia harus rela dan ikhlas meninggalkan seluruh hatinya. Meninggalkan semua kenangan bersama lelaki yang dia cintai. Tapi tak apa, mungkin memang ini jalan terbaik untuk mereka berdua. Lelaki itu tak ingin melihat Seongwoo lagi dan Seongwoo harus menyembuhkan luka hatinya.
Belum lagi banyak kenangan buruk yang membuatnya hampir depresi. Pembullyan yang ia terima, pelecahan dari kekasih Ibu nya hingga kematian Ibunya yang tragis. Semua itu sangat ingin ia lupakan dari hati dan pikirannya dan mungkin ini adalah satu-satunya cara untuk itu.
"Sudah siap semuanya ?" Tanya Sungjae
"Sudah kok" Jawab Seongwoo dengan tatapan kosongnya
"Seongwoo hey kau kenapa ?" Sungjae mendudukkan dirinya disamping Seongwoo
"Aku tidak apa-apa Sungjae hanya saja sedikit sedih meninggalkan Seoul"
"Meninggalkan Seoul atau meninggalkan 'dia' ?"
"Uhm kurasa meninggalkannya" Seongwoo menundukkan kepalanya lalu menghela nafas
"Seongwoo dengarkan aku" Kedua tangan Sungjae menggenggam tangan Seongwoo
"Aku tahu kau sedih meninggalkannya disini. Tapi apakah juga ia sedih kehilanganmu ? Melihatmu barang sekilas saja tidak. Bukannya aku jahat atau apa tapi kurasa dia bukan Daniel mu yang dulu, ia sudah berubah. Jadi tinggalkan semua kenangan mu disini dan mari hidup dengan kenangan baru, kenangan yang akan membahagiakan mu"
"Ya kau benar Sungjae, terima kasih"
Sungjae mencubit pipi Seongwoo "Kau itu terlalu banyak mengucapkan terima kasih. Ayo kita berangkat sekarang"
***
Sejeong masih belum berhenti menangis. Ia belum siap ditinggal oleh Seongwoo walaupun dia tahu Seongwoo akan bahagia disana. Ia hanya merasa sedih karena akan kesepian tanpa Seongwoo dan harus kembali dikelilingi oleh para penjilat itu.
"Jangan menangis lagi, aku semakin merasa bersalah meninggalkan mu disini" Seongwoo mengusap air mata Sejeong
"Hiks Seongwoo aku hiks aku tak punya teman lagi setelah hiks kau pergi"
Sungjae menggelengkan kepala perlahan "Sejeong, dengarkan aku. Kau jangan bersikap seperti ini. Aku tahu kau sedih tapi apakah kau tak ingin melihat Seongwoo bahagia ? Jika ia terus-terusan berada disini ia akan terus menderita karena Daniel dan teman-temannya. Ketakutan terbesar Seongwoo adalah berada disini. Kau mengerti maksudku bukan ?"
Sejeong mengangguk kecil "Baiklah Seongwoo aku ikhlas kau pergi bersama Sungjae. Asal kau berjanji padaku untuk selalu tersenyum tulus dan selalu merasa bahagia. Jangan pernah menangis lagi kecuali tangisan bahagia. Oh iya dan kau juga harus sering-sering menghubungi ku agar aku tidak rindu. Mengerti ?" Ucapnya dengan suara serak khas orang yang baru saja menangis
"Kkkkk iya iya aku berjanji Sejeong. Kau jaga dirimu baik-baik ya. Jangan terlalu galak bisa-bisa tidak ada lelaki yang menyukai mu" Ledek Seongwoo
"Aku itu bukan galak. Aku hanya tak ingin dianggap lemah oleh laki-laki. Kalian pergilah sekarang pesawat kalian sebentar lagi akan berangkat"
"Lihatlah Seongwoo siapa tadi yang tidak mau kau pergi dan sekarang malah mengusirmu" Sungjae terkekeh melihat perilaku sahabatnya itu
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary - Ongniel [END]
FanfictionCerita antara Seongwoo, Daniel dan buku hariannya. Start : 28 Juni 2019 End : 09 Februari 2020 Bahasa : Baku