11. Ongie ?

1.5K 217 73
                                    

Seongwoo melangkahkan kakinya membelah ilalang yang ada dihadapannya. Biasanya tubuhnya akan merasa gatal saat terkena ilalang ditaman namun kali ini berbeda. Ilalang dihadapannya terasa sangat lembut dikulitnya sehingga rasanya ia betah berlama-lama disana.

Belum lagi suasana taman itu yang sangat menenangkan. Sejauh mata memandang hanya ada ilalang yang menutupi hampir seluruh bagian dari taman itu dan juga beberapa pohon besar yang bisa dipastikan telah berusia puluhan tahun. Langit kala itu sangat cerah, berwarna biru muda tanpa ada awan sedikitpun yang menutupinya.

Angin sore perlahan menyapa kulitnya dan meniup rambut hitamnya. Senyum Seongwoo langsung terpancar merasakan itu semua. Jujur ini pertama kalinya ia berada di taman yang indah ini, tetapi ia sudah sangat jatuh cinta dan merasa nyaman. Seakan enggan berpaling dari tempat itu.

Samar-samar Seongwoo mendengar ada yang memanggil namanya. Saat Seongwoo benar-benar memfokuskan pendengarannya, ia yakin suara itu berasa dari arah belakangnya dan seketika itu juga ia berbalik.

Dari ujung sana ada seorang wanita dengan gaun putih yang sangat indah namun Seongwoo tak bisa melihat wajahnya karena tertutup dengan cahaya.

Semakin wanita itu mendekat semakin hilang pula cahaya itu. Sampai akhirnya Seongwoo dapat mengenali wanita itu, wanita yang selama ini sangat ia rindukan. Tanpa pikir panjang ia langsung menghambur ke pelukan wanita itu.

"Ibu hiks aku sangat merindukan mu sangat hiks" Seongwoo memeluk erat Ibunya sambil terus menangis

"Sayang dengarkan Ibu ..."

Ibu Seongwoo memutus pelukan itu dan menangkup wajah Seongwoo dengan kedua tangannya. Dihapusnya air mata yang membasahi wajah anak semata wayangnya itu. Sembari tersenyum teduh sang Ibu menggenggam kedua tangan Seongwoo.

"Sayang ... Ibu sangat berterima kasih karena Tuhan masih memberikan kesempatan kepada Ibu untuk bertemu denganmu. Maafkan Ibu, Ibu sudah sangat jahat padamu. Ibu ... Ibu menyia-nyiakan mu nak. Maafkan Ibu, Ibu menyesal ..."

"Tidak Bu, Ibu tidak perlu meminta maaf. Aku tahu Ibu tak bermaksud seperti itu. Jauh sebelum Ibu meminta maaf, aku sudah lebih dulu memaafkan Ibu"

"Kau sangat baik sayang. Ibu bangga memiliki anak sepertimu"

"Ibu ... Ibu aku tidak ingin berpisah dengan Ibu lagi, aku ingin tinggal disini bersama Ibu"

"Tidak sayang, belum waktunya. Masih banyak tugas yang harus kau selesaikan. Masih banyak orang yang menunggu mu disana. Kau sudah memiliki keluarga yang sangat menyayangi mu. Mereka pasti sangat sedih jika kau pergi meninggalkan mereka"

"Tapi Bu-"

"Sssstt tak ada yang perlu kau khawatirkan. Seperti yang Ibu katakan, Tuhan masih baik kepada Ibu. Tuhan mengijinkan Ibu untuk mengirim seseorang yang akan menjaga dan membahagiakan mu nantinya. Memang tak mudah tapi percayalah, ia adalah orang terbaik yang Tuhan pilihkan untukmu"

"Si-siapa Bu ?"

"Kau tahu dengan pasti siapa dia Seongwoo-ya. Orang itu selalu ada dilubuk hatimu, Ibu tahu itu. Perlahan tapi pasti takdir akan segera mempertemukan kalian dan memperbaiki keadaan. Percaya pada Ibu ..."

"Ya aku percaya kepada Ibu"

Ibu Seongwoo tersenyum manis. Tangannya mengelus rambut halus sang anak lalu memeluknya dengan erat. Tangannya menelusuri wajah sang anak supaya ia bisa mengingat wajah tampannya itu. Ia lalu mengecup dahi Seongwoo, cukup lama.

"Baiklah, tugas Ibu sudah benar-benar selesai. Sekarang Ibu merasa lega untuk meninggalkanmu. Seongwoo adalah anak yang kuat, Seongwoo tak boleh lemah, Seongwoo bisa melewati semuanya. Walaupun Ibu jauh darimu tapi percayalah Ibu akan selalu berada didalam hatimu dan akan selalu menyertaimu. Ibu sangat sangat menyayangi. Selamat tinggal sayang ..."

Diary - Ongniel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang