2. Maaf

1.6K 263 53
                                    

Bau obat-obatan mulai menusuk penciuman Seongwoo. Perlahan ia membuka matanya untuk membiasakan matanya pada pencahayaan diruangan itu.

Biru muda adalah warna yang mendominasi ruangan itu tapi tunggu dulu itu bukanlah kamarnya. Betapa terkejutnya Seongwoo saat melihat Sungjae terlelap dikursi dengan kepala yang ia baringkan dipinggir tempat tidur Seongwoo.

Seongwoo berniat untuk bangun namun rasa sakit seketika menyerang kepalanya.

"Akkhh !" Seongwoo memegang kepalanya sambil meringis

"Seongwoo kau kenapa ?" Sungjae terbangun karena mendengar suara Seongwoo

"Kepala ku sangat sakit" Lirihnya

Sungjae segera menekan tombol yang berada tepat disebelah tempat tidur Seongwoo. Tak lama kemudian seorang dokter dan seorang perawat datang dan langsung memeriksanya.

Ternyata Seongwoo masih merasa trauma karena kejadian tadi. Setelah diberi obat pereda rasa nyeri, rasa sakit itu berangsur-angsur hilang. Dokter menyarankan Seongwoo dirawat inap selama sehari agar kondisinya benar-benar pulih. Sungjae juga diminta tidak bertanya terlebih dahulu tentang kejadian tadi agar trauma itu tidak semakin mendalam.

"Kau dengar sendiri bukan kau harus dirawat semalam dulu disini. Jangan pikirkan apapun dan perbanyak istirahat. Kau tak perlu takut aku ada disini untuk menjagamu ..." Ucapnya sembari mengusap lembut rambut Seongwoo

Bukannya menjawab Seongwoo malah menangis. Sungjae lantas panik karena mengira dirinya melakukan kesalahan sehingga rasa takut itu kembali lagi. Namun jawaban Seongwoo membuat Sungjae tertegun dan merasa miris.

"Hiks kau orang pertama yang mengkhawatirkan aku seperti ini hiks selama ini orang-orang seakan hiks tidak pernah melihatku"

"Sudah jangan menangis lagi. Aku sudah berjanji untuk menjagamu dan selalu menemanimu. Mulai sekarang jangan simpan masalahmu untuk dirimu sendiri kau bisa membaginya denganku. Kalau kau merasa terbebani tenang saja aku juga akan membagi bebanku padamu sehingga kita saling membantu, bagaimana ?"

"Terima kasih banyak hiks terima kasih ..."

"Istirahat sekarang ya ... Jangan menangis terus nanti matamu membengkak" Sungjae mengusap air mata Seongwoo yang membasahi wajahnya

Bolehkah Seongwoo merasa bahagia kali ini ?

***

Keesokan harinya Seongwoo tidak masuk sekolah karena ia harus beristirahat total seperti saran dari dokter. Saat Sungjae masuk ke kelas ia langsung menuju meja Doyeon, sekretaris kelas mereka lalu menyerahkan sebuah amplop berwarna putih.

Doyeon mendongak tak mengerti, "Maaf Sungjae aku tak mengerti, amplop apa ini ?"

"Buka saja dan baca sendiri"

"Ah apa kau sedang menyatakan perasaanmu padaku ? Padahal aku mengharapkan kau menyampaikannya secara langsung tapi baiklah kalau kau masih merasa mal-" Mata Doyeon membulat sempurna dan satu tangannya ia gunakan untuk menutup mulutnya yang ternganga

"Heol bagaimana bisa kau mendapat surat atas nama si anak aneh itu ?"

"Berhenti memanggilnya dengan sebutan seperti itu. Dan untuk pertanyaanmu yang tadi aku mendapatkannya langsung dari rumah sakit karena akulah yang membawanya kesana, paham ?"

Sungjae berlalu meninggalkan Doyeon yang semakin tercengang. Sang ketua bully, Kang Daniel mendengar dengan jelas percakapan mereka berdua dari sudut kelas.

"Hey kemana si gay itu ?" Tanya Daniel kepada Sungjae

"Maaf Tuan Kang Daniel kurasa kau adalah orang yang berpendidikan, aku yakin bahwa kau tentu paham yang namanya sopan santun. Tolong ulangi pertanyaanmu dengan bahasa yang lebih sopan"

Diary - Ongniel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang