29. Kembali

947 148 78
                                    

Seongwoo melepaskan earphone yang ia gunakan dengan tangan gemetar. Sungguh ia tak habis pikir. Mengapa kehidupan percintaan nya bisa sesakit ini. Mungkin banyak di antara kalian yang mengatakan Seongwoo berlebihan tetapi percayalah ini bahkan jauh lebih rumit dari yang terlihat.

Ia masih terus menangis. Menangisi dirinya sendiri yang tak bisa bergerak maju untuk meraih apa yang ia inginkan, untuk meraih Danielnya. Ia tetap berdiam diri ditempat. Terjebak dan terkurung oleh masa lalu kelamnya.

Bisakah Seongwoo bertahan jika seperti ini terus ?

Jika boleh meminta, Seongwoo lebih memilih untuk tidak bertemu lagi dengan Daniel sekalipun hatinya memohon untuk itu. Ia lupa akan keadaannya sekarang. Lupa dengan dirinya yang sudah tidak ‘sempurna’. Sebaik apapun Seongwoo menata masa depannya, masa lalu itu terus mengikuti dan merusak masa depan yang telah ia bangun.

Kalau seperti itu, bukankah lebih baik Seongwoo tidak memulai nya ?

Ia melangkahkan kakinya menuju lemari bukunya. Di ujung lemari itu, ia menyimpan fotonya berdua dengan Daniel. Foto yang mereka ambil saat musim dingin pertama sejak mereka menjadi sepasang kekasih. Di ambilnya figura itu lalu sedikit menghapus debu yang mulai menutupi permukaannya.

“Niel-ah … Kita tidak mungkin bisa bersama seperti dulu kan ?”

Seongwoo ingat saat-saat dimana ia selalu mencari Daniel saat ia berada di titik terendah hidupnya. Daniel akan dengan tulus meminjam kan bahunya sebagai sandaran Seongwoo. Daniel akan melakukan segala hal konyol demi membuat Seongwoo tersenyum dan melupakan masalah nya sejenak.

Atau pada saat jam istirahat mereka berdua akan memakan bekal yang Seongwoo bawa untuk mereka berdua didalam kelas. Daniel sangat menyukai masakan Seongwoo. Dia bahkan mengatakan bahwa masakan Seongwoo jauh lebih enak dari masakan Mamanya.

Sepertinya Seongwoo mulai sadar dengan kebohongan itu. Di dunia ini tidak ada masakan paling enak selain masakan seorang Ibu bukan ?

Merasa lelah, ia langsung mengembalikan figura tersebut ke tempat semula. Mencuci wajah dan menggosok giginya, berganti pakaiannya dengan piyama tidur. Setelahnya ia berbaring ditempat tidur empuknya sembari memeluk Ongie.

“Apa yang harus aku lakukan sekarang Ongie-ya ? Aku tidak ingin berkomitmen dengan Daniel disaat kondisi ku seperti ini tetapi di sisi lain aku juga tidak ingin menyakiti Daniel … dan juga diriku. Aku tidak ingin kami berdua terluka lebih dalam”

“Demi Tuhan. Ini lebih susah dari pada soal ujian matematika”

Semakin lama, mata Seongwoo terasa semakin berat. Ia membenarkan posisi tidurnya dan perlahan matanya mulai terpejam. Dan pada akhirnya ia tertidur sembari memeluk boneka kesayangannya.



***


Sementara ditempat lain, Sungjae dan Sejeong sedang berada di sebuah restoran. Sepasang kekasih itu baru saja menghabiskan malam dengan berkencan dan akan menutup acara malam itu dengan makan malam bersama.

Sejeong memperhatikan kekasihnya. Sedari tadi dia sudah menyadari bahwa ada sesuatu yang aneh pada Sungjae malam ini. Bersahabat dengan nya sejak kecil membuat Sejeong sangat peka terhadap perasaan Sungjae.

“Jae, ada apa ? Dari tadi ku aku melihatmu banyak melamun”

Ah maaf sayang. Aku kepikiran soal Seongwoo”

“Ada apa dengannya ?”

“Daniel meminta mereka untuk kembali bersama”

“Lalu apa yang kalian permasalahkan ?”

Diary - Ongniel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang