Hari ini matahari bersinar dengan hangatnya, di iringi dengan sedikit angin sejuk. Sepertinya, alam semesta turut berbahagia di hari ini. Hari dimana Seongwoo merasa seakan bermimpi, hari yang tak pernah ia bayangkan. Hari, dimana ia dipersatukan oleh Daniel, lelaki yang ia cintai dalam sebuah ikatan sah sebuah pernikahan.
Daniel dan Seongwoo sepakat untuk menggelar acara pernikahan mereka di sebuah taman, yang masih menjadi aset kekayaan keluarga Daniel. Alasannya karena Daniel ingin memberikan memori yang baik kepada Seongwoo di hari pernikahan mereka. Dulu sewaktu sekolah, Daniel sangat ingat bahwa Seongwoo sangat menyukai taman, terutama pepohonan.
“Di sini kau rupanya.” Daniel tersenyum saat menemukan Seongwoo di taman belakang sekolah mereka. Di berikannya coklat yang ia bawa dan disambut dengan senyum manis oleh Seongwoo.
“Hehe terima kasih. Kau kan tahu sendiri kalau aku sangat menyukai pepohonan, maka dari itu aku menyukai taman.”
“Tapi kan, bagi orang lain, taman identik dengan bunga bukan pohon.”
“Aku tahu dan aku tak ingin menjadi seperti mereka. Mereka hanya terfokus pada sesuatu yang mayoritas saja. Mereka hanya menaruh atensi pada sesuatu yang dikenal oleh banyak orang, sesuatu yang keberadaannya sudah di akui oleh orang-orang. Padahal tanpa mereka sadari, pohon, si kaum minoritas memegang peran penting dalam sebuah taman. Bayangkan dalam sebuah taman, tak ada satu pun pohon, apa yang terlintas di pikiranmu?”
“Uhm… gersang?”
“Benar. Jika tak ada pohon, apa bisa bunga melindungi orang-orang dari panas terik? Apa bisa bunga menyerap air hujan agar tak banjir? Apa bisa bunga memberikan udara sejuk? Orang-orang hanya fokus kepada sesuatu yang tampilannya indah saja.”
Dulu Daniel berpikir bahwa ucapan tersebut hanyalah pengamatan kritis Seongwoo saja. Tetapi seiring berjalannya waktu, saat ia sudah mencicipi pahit manisnya kehidupan yang sebenarnya, ia baru menyadari arti dari itu semua.
Bunga adalah kaum mayoritas, mereka yang berwajah tampan dan cantik, pintar, kaya raya, berkedudukan tinggi, memiliki kekuasaan. Pohon adalah kaum minoritas, mereka yang berpenampilan sederhana, tak cukup pintar, tak begitu kaya, tak memiliki kedudukan yang berarti, apalagi kekuasaan.
Rahasia umum kehidupan dari dulu hingga sekarang adalah perbedaan kasta. Dimana para kaum mayoritas akan didahulukan, ditinggikan, dipuji, di perlakukan dengan baik bak raja sedangkan si minoritas di perlakukan biasa saja, selalu di kesampingkan, di anggap kaum rendahan, di anggap tak penting bahkan yang lebih parah sering kali di anggap tak ada.
Bukan kah, kita semua sama di mata Tuhan? Bukan kah kita semua penting dan berharga dalam porsi kita masing-masing?
“Daniel mengapa melamun seperti itu? Ayo cepat, kau sudah harus bersiap sekarang.” Ucap Mama Yejin yang muncul entah dari mana.
Daniel yang sedari tadi melamun -sambil menatap lurus ke depan- sedikit terkejut dengan kedatangan sang ibu yang tiba-tiba, “Mama kenapa sangat hobi mengagetkan ku sih? Kan bisa mengetuk pintu dulu.”
“Aigoo Seongwoo ku yang malang, kenapa bisa kau menikahi anak tunggal Mama yang bodoh ini. Kang Daniel, ini di pekarangan belakang rumah mu sayang, bagaimana mungkin ada pintu!? Sudah cepat sana masuk dan bersiap atau Mama batalkan pernikahanmu!”
“Memangnya Mama rela kalau Seongwoo menikah dengan orang lain?”
“Ya tentu saja tidak!”
‘Seandainya aku masih remaja, aku pasti akan berpikir bahwa aku ini anak adopsi dan berniat untuk kabur dari rumah. Untung sekarang aku sudah tahan banting. Apalagi jika dibanting di kasur oleh Seongwoo hehe.’
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary - Ongniel [END]
FanfictionCerita antara Seongwoo, Daniel dan buku hariannya. Start : 28 Juni 2019 End : 09 Februari 2020 Bahasa : Baku