03

2.5K 109 2
                                        

"Lo yang ngasih tau alamat gue sama dia?" Tanya Vana pada Kiara saat mereka tengah berjalan di tengah lapangan menuju kelas.

"Dia siapa?" Tanya Kiara bingung.

"Nggak usah belaga bego!"

Cewek itu nyengir, menunjukan sedikit giginya.
"Oh si Raffi? Brarti dia kesana beneran? Gue kira cuma becanda, hehehe!"  Kiara menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Jangan ulangi kesalahan ini kedua kalinya. Atau kalo nggak, lo gue pecat jadi temen!" Ucap Vana begitu dingin, kemudian mempercepat langkahnya.

Langkahnya menggema dikaridor.
Sepatu putih yang terdapat hail hiels didalamnya itu, menghasilkan bunyi saat dikenakan sang pemakai.

Sweeter longgar yang ia kenakan pas dengan kulitnya yang putih.
Tiba tiba

Bruk!

Vana kembali tertabrak oleh seorang cowok disana.
Ditemukanya cowok yang sama saat menabrak dirinya kemarin waktu diperpus. Cowok yang mengenakan masker hitam dan topi disana.
Kayak maling aja.

"Lo lagi lo lagi. Bosen gue nabrak lo! Emang sekolah segede ini, harus lo terus ya yang gue tabrak!" Suara berat khas cowok terdengar memenuhi karidor yang belum terlalu ramai itu.

"WOY! LO NYA AJA YANG NGGAK PUNYA MATA! Pake nyalahin gue segala.!" Tajam Vana tak mau kalah.

"Lo nya aja yang berdiri sembarang!" Balas cowok itu yang bernama Brian.

Plak!

Satu tamparan keras berhasil mendarat dengan mulus dipipi kanan Brian.

"Udah salah!! Nyolot lagi! Bukanya minta maaf" Vana sangat gemas dengan cowok itu. Ingin sekali ia menendang wajahnya saat ini.

Lantas cowok itu membuka masker hitam dan topinya secara kasar.
Emosi kali, mungkin gara gara ditampar Vana.

Dia mulai menampakan wajahnya yang tampan. Menyisir rambutnya kebelakang. Kemudian menatap netra biru milik Vana lekat.

Vana terkejut, mulutnya menganga tidak percaya. Dia mundur satu langkah.

Brian menyeringai jahat.
"Kenapa mundur mundur? Takut lo sama gue? Bukanya tadi lo habis nampar wajah gue?" Brian menunjuk pipinya yang sedikit memerah akibat tamparan Vana tadi.

"L-lo?" Gugup Vana. Lagi lagi dia mundur, menjaga jarak dengan cowok itu.

Namun Brian malah mendekati Vana, terus, sampai tubuh Vana pun terpentok tembok.

"Ayo tampar lagi, katanya gue yang salah?!" Ucapnya dengan nada setengah membentak.

Tubuh Vana lemas, dia terduduk dilantai.
Meringkuk tak jelas disana.
"Pergi! Jangan ganggu gue!!" Teriaknya.

Sorotan mata para murid disana beralih menatapnya.
Meneliti secara intens, mencari sesuatu yang terjadi pada sang Bad Girl itu.

Kiara pun mulai bisa melihat Vana yang sedang ditatap Brian itu, dia mendekat.

"Eh, eh? Lo kenapa?" Tanya Brian bingung.

"PERGI BRENGSEK!! JANGAN GANGGU GUE!!" teriaknya lagi.

Brian melangkah mundur, kemudian mengangkat kedua bahunya acuh, lalu bergumam.
"Dasar sinting!" Dia pergi berlalu.

Tinggalah Vana disana yang masih meringkuk ditatap banyak murid.
Air matanya perlahan menetes.
Tanganya tak tinggal diam, dia meremas roknya hingga kusut, kemudian menyakari lenganya sendiri hingga berdarah.

"Eh, itu si Vana kenapa?"

"Gila kali ya!"

"Gue baru liat si Vana takut sama cowok!"

"Sinting tuh!!"

Bisikan para murid terdengar.
Dari arah samping Kiara berlari mendekati Vana.

Mendekap tubuhnya, kemudian membantunya berdiri, dan membawanya ke UKS.
Menjauhkannya tatapan sinis dari para murid disana.

*****

Sampailah mereka di UKS, dengan segera Kiara mendudukan Vana di ranjang UKS.

"Van? Lo nggak papa?" Tanya Kiara cemas.

"Gue nggak papa" jawabnya dengan nada masih agak ketakutan, tapi juga marah.

"Sebernya Brian apain lo sih?"

"Oh, si bajingan itu namanya Brian? Lo tau? Gue jijik sama cowok itu. Dia itu pecundang!" Ucapnya dengan tatapan tajam menatap Kiara.

"Maksud lo gimana?"

Netra matanya menatap kearah meja yang terletak disamping ranjangnya.
Ditemukanya sebotol air mineral disana.

Dengan cepat Vana raih botol itu, kemudian menyiram airnya ketelapak tangannya yang sehabis menampar wajah cowok menjijikan itu.

Air matanya masih setia menetes, kenapa dia harus bertemu lagi dengan dia? Belum cukupkah dia menghancurkan hidup Vana?

"Van!" Panggil Kiara saat melihat lantai UKS basah karna kelakuan Vana.
Namun cewek itu tak kunjung merespon. Alhasil Kiara langsung merebut botol itu secara kasar dari tangan Vana.

"Vana! Lo apa apaan sih? Liat, lantainya jadi basah!" Marahnya.

Vana bangkit, kemudian menendang meja yang sebelahnya dengan kasar, hingga beberapa obat obatan terjatuh tergeletak.

Kiara terkejut. Kemudian ikut bangkit.

"Van--"

"Tinggalin gue sendiri!" Desisnya, kemudian pergi meninggalkan Kiara disana yang masih terdiam.

Vana mendesis kesakitan saat merasakan perih dibagian lenganya.
"Anjing!" Umpatnya, lalu memepercepat langkahnya.

Belum selesai sampe disini ya ceritanya
Author bakal serung update kalo udah banyak orang yang tertarik baca cerita ini yak.

Jangan lupa vote dan komentarnya ya..

The Cruel Girl [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang