02

2.9K 120 0
                                        

Vana sedang berdiri didepan perpustakaan menunggu Kiara keluar.
Dia melipat tanganya didada, sorotan matanya terus menatap para murid yang berlalu lalang.

Bruk!

Seseorang menabrak tubuh Vana dari samping hingga tubuh kecilnya terjatuh ketanah.
Vana bangkit, tatapanya geram menatap cowok yang baru saja menabraknya.

"Lo punya mata nggak sih hah! Jalan nggak liat liat!" Bentaknya.
Cowok yang menabraknya bangkit setelah memunguti beberapa buku paket yang jatuh berserakan.

"Lo nya aja yang berdiri sembarangan. Liat buku gue jadi pada jatoh!" Balas cowok itu, wajahnya tidak terlihat karna tertutup topi dan masker hitam yang melekat diwajahnya.

Vana tambah kesal, dia mendekati cowok itu, dan kemudian menendang betisnya hingga buku yang ditanganya kembali terjatuh.

"Itu pantes buat lo! Dasar cowok nggak tau diri!" Balas Vana dia pun berlalu meninggalkan cowok itu.

"Bajingan!" Desis cowok itu.

"Loh Brian? Lo kenapa? Kok duduk di Tanah? Kotor tau!" Kiara baru saja keluar dari perpustakaan dan menemukan Brian dengan buku yang berserakan disana.

"Ada cewek gila tadi!!" Balasnya kesal.

"Cewek gila?" Lirihnya sambil membantu Brian memunguti buku buku yang berserakan tadi dan dibantu oleh Kiara disana.

"Gue duluan Bri!!" Ucap Kiara setelah selesai membantu Brian memunguti buku bukunya.
Cewek itu berjalan cepat, mengedarkan pandanganya keseluruh penjuru sekolah untuk mencari sosok Vana.

"Disana ternyata!" Kiara mendekati Vana yang tengah duduk di didepan pintu kelas.

"VANA!" panggil Kiara, cewek itu kemudian menoleh dan langsung bangkit.

"Udah kan? Yuk pulang!" Ajaknya.

"Etss, tunggu! Lo yang tadi nabrak Brian waktu diperpus?" Tanya Kiara.

Vana mengangkat salah satu alisnya.

"Oh cowok gila itu? Dia yang nabrak gue bego! Gue lagi nunggu lo didepan perpus tiba tiba ada cowok main tubruk aja!" Dumelnya.
Kiara manggut manggut.

"Kenapa? Lo kenal?"

Kiara mengangguk. Vana hanya ber'oh' ria.

"Dia Brian, cowok paling populer disekolah ini semenjak kelas X, dia ganteng, manis, pinter, tapi sayang jutek, kaya lo!"

"Gue nggak nanya!"

Kiara membuang nafasnya kasar.

*****

Vana sampai dirumahnya, sepi.
Cewek itu selalu saja ditinggal oleh kedua orang tuanya pergi keluar negri untuk kepentingan bisnis.

Inilah yang menyebabkan Vana berubah, karna kedua orang tuanya yang jarang menjaga anaknya saat dirumah, hingga kejadian itu menimpanya.

Setiap pulang sekolah Vana tidak akan pernah lupa untuk membersihkan diri. Menyuci tubuhnya dari noda. Menggosok tubuhnya yang bekas sentuhan orang. Menjijikan.
Dia tidak ingin kotor lagi. Sudah cukup semuanya.

Vana kembali terisak.
"Gue benci diri gue sendiri!" Ucapnya dibarengi dengan suara air yang berjatuhan dari Shower.

"Harusnya gue Mati aja. Orang kaya gue nggak pantes buat hidup!" Lagi lagi Vana mengucapkan kalimat itu.
Sering sekali dia menangis saat sedang mandi.

1 jam berlalu akhirnya Cewek itu keluar dari kamar Mandi dan langsung mengenakan pakaian.
Vana keluar dari kamarnya menuju dapur untuk memasak, dia tidak suka merepotkan pembantu rumahnya. Vana lebih senang melakukanya sendiri, memasak sendiri, menyuci pakaian sendiri.

Akhirnya setelah selesai memasak mie Instan Vana keluar, namun terkejut saat mendapati seseorang yang tengah duduk diruang tv.

Cowok itu menoleh dan tersenyum manis kearah Vana.

"Van?" Panggil orang itu.

"Siapa lo?!" Tanya Vana setengah membentak dan meletakan mangkuk yang ia bawa kesembarang tempat dan kemudian mendekati cowok itu.

"Kenalin, gue Raffi" cowok itu mengulurkan tangan. Namun dengan sigap Vana tepis kasar.

"Pergi!! Nggak punya hak lo masuk kerumah orang!" Bentaknya.

"Gue kesini mau ngajak lo jalan Van"

"Pergi bego! Gue nggak mau jalan sama lo!!"

"Tapi Van--"

Prang!

Vana membanting Vas bunga yang ada dimeja dengan keras, tanganya meraih salah satu pecahan vas tersebut dan mengarahkanya pada wajah Raffi. Cewek itu menatap wajah Raffi dengan tatapan horror.

Raffi menelan ludah.
"Van lo mau--"

"Pergi atau gue bunuh?!" Ucapnya dingin. Dahi Raffi mulai berkeringat, suhunya berubah menjadi panas. Cowok itu ketakutan.

"O-oke, gue pergi!"

Vana mengangkat dagunya kearah pintu, mengarahkan Raffi agar segera pergi dari hadapanya.
Akhirnya cowok itu pun keluar dari rumah Vana.

"Bener bener gila tuh cewek! Merinding gue liatnya. Tapi, gue nggak boleh nyerah buat dapetin hati Vana!" Dumel Raffi sambil memasuki mobilnya dan berlalu pergi.

Vana tengah memakan mie Instanya.
"Bi!! Tolong bersihin Vas yang tadi Vana pecahin ya. Vana lagi makan soalnya!" Teriaknya. Tak lama seorang pembantu keluar dari Dapur.

"Baik Non" wanita paruh baya tersebut kemudian membungkuk membersihkan pecahan kaca vas bunga.

"Bi, lain kali kalo ada yang dateng selain Kiara jangan dibolehin masuk ya. Vana nggak suka!" Ucapnya pada Wanita itu.

"Iya Non. Tadinya bibi juga nglarang cowok itu masuk, tapi dia terus maksa, sampe ngancem mau nglukain Bibi!" Jelasnya.

"Nggak usah takut, ada Vana kok" ucapnya yang kemudian tersenyum manis.

Jarang sekali Vana mengulum senyumnya untuk orang luaran. Tidak berhak untuk mereka melihat senyuman mautnya. Mereka semua itu tidak lain adalah Manusia yang menjijikan. Mereka terus mementingkan egonya, mereka hidup dikelilingi Nafsu yang menggairah. Vana benci mereka, mereka yang memasang wajah kalem didepan semua orang, tapi juga memilik wajah munafik dibalik itu semua.

Kuy lah bantu vote and komen nya

The Cruel Girl [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang