Vana berjalan melewati karidor. Menghindari tatapan sinis dari para murid. Cewek itu menggunakan Sweeter hitam pekat. Rambut terurai menghiasi wajah cantiknya.
Tiba tiba sebuah tangan menariknya hingga berbalik. Dia terkejut saat melihat Raffi yang sedang nyengir disana.
Dengan cepat Vana tepis genggaman tangan itu lalu mengusap usapkanya pada tembok kelas.
"Najis!!" Desis Vana.
"Gue udah bersih kali Van. Gue udah mandi sampe 1 jam"
"Nggak nanya!" Vana berbalik kemudian melanjutkan langkahnya.
Segera Raffi menyusul Vana dan mensejajarkan langkahnya dengan cewek itu."Lo cantik deh Van!" Puji Raffi. Vana menoleh.
"Jauh jauh dari gue!!"
Raffi menggeleng," gue maunya deket sama lo"
"Apaan si lo! Udah gue bilang, jangan ngemis cinta sama gue!!" Bentaknya hingga membuat pusat perhatian siswa siswi.
"Tapi gue Cinta sama lo!"
Vana mulai kesal. Kenapa sih Raffi selalu mengacaukan Mood nya. Raffi selalu membuat Vana ilfil dengan kehadiranya. Tujuanya apa sih selalu ngejar ngejar Vana? Kalo dia tau sebenarnya kehidupan Vana pasti dia juga bakalan Jijik sama Vana.
Seorang Guru BK tengah berjalan berlawanan Arah. Langkahnya semakin dekat dengan Vana. Cewek itu tersenyum.
"Pak Gio!!" Panggil Vana. Pria paruh baya itu menoleh menemukan Vana kemudian mendekat.
"Ada apa Vana?" Tanya Pak Gio.
"Nih pak, Raffi mau macem macem sama saya. Masa dia bilang saya mau di ajak dia buat sewa hotel! Kurang ajar!" Tutur Vana tersenyum licik.
Raffi menganga tidak percaya. Apa maksud Vana? Perasaan dia tidak mengucapkan itu semua?
" hukum aja pak. Cowok kaya dia itu nggak pantes hidup. Menjijikan!!" Setelah mengucapkan itu Vana berlalu meninggalkan Raffi yang tengah ditatap Tajam oleh Pak Gio.
Vana tersenyum miris," padahal gue yang lebih menjijikan!" Desisnya.
"Woy Cewek Gila!!" Teriak seseorang dari arah belakang. Vana menoleh dan menemukan Brian yang langsung menarik lengan Vana menuju lorong yang jarang dilewati murid.
Cowok itu mendekat, memojokan cewek itu dengan tatapan tajam.
Vana mundur, menelan ludahnya sendiri.
"Kenapa lo? Takut sama gue?" Brian semakin mendekat.Apa yang akan dia lakukan? Oh tidak? Vana tidak mau! Kenapa dia semakin mendekat, membuat kringat dingin Vana mulai menetes. Ini seperti kejadian masa lalunya, dan saat ini juga terulang lagi dengan orang yang sama?
"Lo mau apa Brengsek!" Tegas Vana.
Vana mengangkat tanganya tinggi, bersiap menampar wajah Brian keras.
Namun dengan cepat Brian menahan tangan mungil itu yang siap melayang dengan cengkraman kuat.Vana meringis, kemudian menatap lebih dalam netra Hitam itu. Suasana menjadi hening. Langkah Brian sedikit maju. Tanganya ia letakan di sebelah Vana.
Tatapan mereka bertemu, wajahnya sangat dekat, bahkan Vana bisa merasakan nafas hangat milik cowok itu. Kringat Vana mulai menetes. Dia takut.
"Gue nggak ngerti apa maksud lo yang selalu nuduh gue yang nggak nggak. Gue aja baru kenal lo, dan lo bilang gue udah ngambil semuanya dari lo?!" Ucap Brian penuh penekanan.
Vana kembali dikuasai emosi, lalu dia mendorong kuat tubuh Brian hingga mundur beberapa langkah.
Plak!
Satu tamparan keras mendarat di pipi kanan cowok itu hingga bibirnya sobek dan mengeluarkan darah.
Brian memegangi sudut bibirnya.Nafas Vana memburu, Netra birunya menatap tajam cowok itu. Dirinya sudah dikuasai emosi. Aura panas mulai terasa, permusuhan diantara mereka pun mulai muncul.
"Apa lo bilang? Lo baru kenal gue?!!!, lo nggak salah? Bukanya lo yang dulu ngancurin diri gue hum? Lo ambil semuanya. Termasuk hal yang udah gue jaga sejak kecil. Dengan seenaknya lo ngambil dari diri gue!" Vana tertawa sinis.
"Dan sekarang? Lo bilang nggak kenal gue? Dasar cowok nggak punya hati. Lo itu bener bener bajingan! Gue jijik sama lo!" Vana meneteskan air mata.
"Cowok kaya lo itu harusnya mati ditangan gue! Lo nggak pantes hidup. Apa gunanya lo hidup tapi nggak bisa menghargai cewek hah!!" Vana mengeluarkan sebuah pisau lipat dari kantung rok sekolahnya, dia tertawa gila.
Brian mundur, menjauhkan diri dari benda tajam itu. Benar benar gila. Siapa sih dia? Berani beraninya mau bunuh Brian yang nggak tau apa apa.
Vana mendekati Brian. Mengarahkan pisau lipat itu tepat di perutnya.
Vana menyeringai lebar, menampakan senyum jahatnya pada cowok itu."Van, lo udah gila ya!" Teriak Brian dengan jantung yang mulai berdegub tak beraturan.
"Ya. Gue gila, gila karna lo!!" Tegasnya.
Pisaunya semakin dekat dengan perut Brian, sampai ujung pisau pun menyentuh kancing bajunya.
Brian mulai takut. Dengan terpaksa ia raih pisau itu, menariknya hingga telapak tanganya sobek, lagi. Kini kedua telapak tangan itu terluka, dan dilakukan oleh orang yang sama juga.Sedikit demi sedikit darah menetes membasahi seragam sekolahnya, sangat banyak. Karna goresan itu cukup dalam. Brian membuang pisau itu kesembarang arah. Dia meringis.
Sedangkan Vana dia lagi lagi terkejut dengan kelakuan Brian yang kedua kalinya menyobek telapak tanganya sendiri.
Tangan Vana gemetar. Mulutnya membulat dengan sempurna. Bahkan tangan Vana pun ada yang sedikit terkena darah itu.Vana mundur, menjauh dari cowok itu. Sedangkan Brian hanya menatap Vana dengan tatapan amarah yang siap membludak. Namun semua itu ia urungkan saat melihat perubahan Vana.
"Nggak! Gue-gue belum bunuh lo!! Lo nggak boleh mati!! Lo-- lo harus ngungkapin kesalahan lo sama polisi dan orang tua gua!!! Lo belum mati!!!!" Vana mengacak rambutnya frustasi, kemudian ekspresi wajahnya berubah ubah, kadang tertawa kadang sedih.
"Lo nggak boleh mati!!! Lo harus tanggung jawab!!" Teriaknya.
Brian yang merasa kasihan dengan Vana pun berjalan mendekat sambil memegangi telapak tanganya yang masih setia mengeluarkan darah. Itu tidak penting, yang terpenting adalah ada apa dengan cewek itu?
"Van? Lo kenapa sih?!" Tanyanya sesekali meringis.
Vana menyeringai lebar.
"Lo nggak boleh mati!!!! Gue nggak akan bunuh lo, sebelum lo ngakui semuanya!!!! Aaargghhh!!" Vana menjambaki rambutnya sendiri, menyakari lenganya dengan kuku yang tajam sampai memerah."Pergi!! Jangan deketin gue! PERGI!!" Vana mendorong kasar tubuh Brian hingga cowok itu ambruk, kemudian Vana berlari menyusuri karidor dengan keadaan acak acakan sesekali gergumam.
Ada apa dengan Vana, dia meminta Brian untuk mati, tapi dia juga yang meminta Brian agar jangan mati. Gila!
Partnya lanjut nih, ayo bantu komen and vote biar author semangat buat update:)
![](https://img.wattpad.com/cover/197520069-288-k940383.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cruel Girl [COMPLETED]
RastgeleSebelum baca harap follow!:v Vana Arloji, gadis yang kejam kepada siapapun. Kehidupanya berubah saat kehormatanya direnggut secara paksa oleh cowok brengsek itu. Vana tidak suka dengan orang orang disekitarnya. Karna apa? Karna mereka itu berpenampi...