Ada beribu alasan untuk
Mencintaimu, tapi tidak aku temukan satu alasan pun untuk membenci dan melupakan mu_kiara_
Sebuah tangan tiba tiba menggenggam tangan mungil itu, sampai sang empunya menoleh.
"Bri__brian?"sejaka kapan cewek itu gugup, apakah sejak Brian mengucapkan kalimat tadi siang saat dirooftop.
Vana benar benar sudah gila.Cowok itu menoleh, kemudian tersenyum simpul disana.
"Lo.Milik gue"
Seakan akan dunianya berhenti, bahkan nafasnya pun berhenti, apa lagi ini?"Maksud lo?" Tanya Vana mencoba meyakinkan, kemudian melepas kaitan tangan mereka.
Brian berbalik, megang kedua pundak Vana kemudian berucap."Lo pacar gue" lagi lagi Vana menegang ditempat.
"Gue nggak butuh jawaban tidak dari mulut lo, gue cuma nerima jawaban iya!" Ucapnya sedikit mengeraskan suaranya.
Vana mengernyitkan dahi kemudian melihat keseliling, tidak ada murid yang lewat, bukankah ini jam istirahat.
"Kok lo ngasih pilihan gitu?" Tanya Vana sedikit dibuat sewot.
"Ya karna gue nggak nerima penolakan" balas Brian.
"Lo nembak gue?" Vana tersenyum miring disana, bagaimanapun dia harus tetap jaga jaga.
"Basi Bangsat!" Vana membalikan badan hendak pergi meninggalkan Brian, namun cowok itu menariknya hingga Vana jatuh kedalam pelukanya.
Entah mengapa, tangan Brian bergerak memeluk tubuh itu, jantungnya pun mulai terpompa lebih cepat, hatinya seakan akan gusar, apa ini? Dia jatuh cinta dengan Vana? Cewek paling kejam disekolahnya.
Begitu juga sebaliknya, Vana merasakan hal yang sama.
Dua insan yang biasanya bertengkar dalam hal apapun bahkan di manapun, kini telah berbeda, mereka berdua telah menyimpan rasa tersendiri dihatinya ketika merasa nyaman dengan orang itu.Dua hati yang perlahan mulai bertemu untuk menciptakan kebahagiaan baru, Brian telah memenangkan taruhanya dengan Bimo, hatinya sangat senang, tapi Brian mempunyai maksud lain lebih dari sekedar taruhan.
"Lo pacar gue, paham?" Seakan akan Vana tersihir dengan ucapan itu, kepalanya mengangguk pelan sebelum ia tersadar.
"ihh lo apaan si hah?!! Main peluk aja, jijik gue!!" Vana mendorong cowok itu secara kasar kemudian membersihkan tubuhnya seakan telah terkena kotoran.
"Cihh! Tadi aja seneng gue peluk, sekarang sok jual mahal!" Brian menyeringai jahat.
"Bodoamat ya njing!!" Vana menginjak kaki Brian sampai cowok itu mengadu kesakitan.
"Sshhhhsss!! Kurang ajar lo!!" Teriak Brian saat melihat Vana berlari menjauh meninggalkanya, tetapi setelah itu Brian tersenyum simpul disana.
*****
Keduanya terjebak hening, sama sama diam disana.
Ketika sebuah ilusi menghancurkan segalanya, senyum yang hilang hanya dalam hitungan detik, Kiara. Dia mendengar berita kali ini kalau temanya sudah berbapacaran dengan seseorang yang ia cintai.Hancur bahkan kecewa, hatinya belum siap menerima kenyataan itu.
Bahkan cowok itu belum membalas cintanya sedikitpun, dan dengan gampangnya mencintai sahabatnya sendiri."Lo jadian kapan?" Suara dingin dari mulut Kiara membuat Vana mengernyitkan dahi.
"Lo kenapa? Lo nggak suka ya gue jadian sama Brian?" Tanya Vana balik.
"Oh enggak kok, gue ikut seneng dengernya" senyuman yang terukir dari bibirnya menunjukan bahwa ia sangat tidak suka dengan kabar ini.
Sesuatu yang sudah ia catat sebagai tujuan hidupnya sudah dirampas oleh temanya dengan mudah.
Dirinya yang berjuang, tapi temannya yang mendapatkan hasilnya.Vana mengangguk anggukan kepala tanpa merasa curiga dengan ucapan temannya.
"Gue jadian baru kemaren kemaren kok, belum lama. Dan lo tau Ra? Gue ngrasa nyaman kalo deket Brian" ucapnya sambil menatap langit.
"Gue ngrasa punya kebahagiaan baru dalam hidup gue selain lo. Lo itu satu satunya sahabat yang bisa bikin gue ketawa saat gue terpuruk karna keluarga"
Vana menunjukan sifat dulunya, saat ia mampu berbicara banyak di depan banyak orang, mengumbar senyumnya, dan curhat setiap saat. Kini itu semua kembali secara perlahan, karna siapa? Tentu saja karna Brian.
"Gue ikut bahagia kalo lo bahagia" setelah mengucapkan kalimat dingin itu, Kiara berjalan meninggalkan Vana untuk kembali kekelas, karna mereka sedang berada di taman belakang sekolah.
"Ra tunggu, gue ikut!" Vana sedikit berlari menyusul Kiara.
"Gue mau ketoilet dulu, lo duluan aja"
"Nggak mau gue__"
"Nggak usah, duluan ya" Kiara berjalan mendahului Vana menuju Toilet. Sampainya dia disana Kiara memasuki salah satu bilik dan menguncinya rapat.
Setetes air mata berhasil meluncur dari kelopak matanya, ini yang ingin ia lakukan dari tadi, menangis karna sebuah kekecewaan itu.
Baru saja ia tersenyum karna kedua orang tuanya memutuskan tidak jadi bercerai, kini muncul masalah baru.Kiara memegangi dadanya yang terasa sesak,"kapan gue dapet kebahagiaan hiks?" Air matanya tambah menderas ketika mengingat sebuah Fakta kalau cowok yang dicintai sejak lama itu bersatu dengan sahabatnya.
Hati cewek itu lemah saat berbicara tentang Cinta,mereka dapat bahagia hanya karna seseorang, tapi dapat juga menangis karna orang itu.
Dimana sesuatu yang ia perjuangkan menjadi terasa sia sia. Terus berlari tanpa arah tujuan dan terbaring lemah menjemput masa sulit karna kehilangan.
"Kenapa harus dia? Kenapa harus sahabat gue sendiri hiks, kenapa nggak yang lain? Kenapa?!!" Kiara tambah terisak, sesakit inikah?
"Gue masih bisa tahan kalo lo pacaran sama yang lain, tapi kalo sama sahabat gue sendiri? Gue bisa lemah kalo liat lo berduaan setiap hari didepan gue hiks"
Kiara terduduk diatas lantai yang sedikit basah itu."Gue nggak bisa nahan kekecewaan gue berlarut larut hiks, menderita karna sebuah Cinta, Gue nggak bisa! Hati gue pun bisa rapuh" Kiara mencengkram rok miliknya hingga kusut, Tuhan memang nggak adil, dia tidak pernah memberikan Kiara kebahagiaan, mungkinkah ia pilih kasih? Tapi kenapa? Dirinya juga manusia, sama seperti yang lain, dia berhak bahagia, tapi lagi lagi masalah menghantui dirinya.
SEE YOU NEXT TIME:v

KAMU SEDANG MEMBACA
The Cruel Girl [COMPLETED]
DiversosSebelum baca harap follow!:v Vana Arloji, gadis yang kejam kepada siapapun. Kehidupanya berubah saat kehormatanya direnggut secara paksa oleh cowok brengsek itu. Vana tidak suka dengan orang orang disekitarnya. Karna apa? Karna mereka itu berpenampi...