Suara alat EkG (pendeteksi jantung) memenuhi ruangan itu.
Seorang cewek tengah terbaring lemah diatas ranjang. Benar benar tak berdaya, wajahnya pucat pasi.
Beberapa alat yang mungkin sedikit asing menempel dibeberapa bagian tubuhnya.Seorang dokter didalam ruang operasi tersebut sudah berhasil mengeluarkan kedua peluru yang berhasil menembus dada bagian kiri dan tulang rusuknya.
Namun Dokter tersebut malah menghembuskan nafasnya kecewa.
Beberapa tulangnya bisa dikatakan patah akibat kecepatan peluru tersebut.
Lukanya sangat parah, bahkan saat mengenai perut cewek itu, hampir saja membawa organ bagian dalamnya keluar, tapi untung saja tubuhnya masih bisa menahan itu.
Namun tetap saja itu sangat parah, bahkan jika tidak segera dibawa kerumah sakit dengan cepat mungkin nyawanya akan melayang."Bawa pasien keruang ICU sus, pasang alat alat dengan benar agar pasien masih bisa bertahan hidup" pinta dokter sambil meletakan beberapa perban.
"Baik" dua suster mendorong kranjang keluar dan menuju ruang ICU
*****
"Vana?" Lirih Kiara saat melihat dua suster tengah membawanya pergi daru ruang operasi.
Brian yang disebelahnya langsung mengikuti arah suster pergi.Untung saja Brian langsung menelfon kedua orang tua Vana melalui ponsel pacarnya, jadi keduanya tengah pulang ke indonesia karna khawatir.
"Brian!" Panggil Kiara sambil mengejar cowok itu. Namun Brian tak merespon, dia terus mengikuti arah suster itu pergi dan berhenti tepat didepan ruang ICU.
Setelah dua suster itu memberikan beberapa perlatan infus akhirnya mereka keluar.
"Sus, saya boleh masuk nggak?" Tanya Brian saat berpapasan dengan mereka.
"Boleh mas, tapi saya harap jangan sampai menganggu pasien." ucap salah satu suster.
"Baik sus!" Ucapnya.
Saat Brian ingin melangkah masuk namun tanganya ditahan oleh Kiara dibelakangnya, Brian menoleh."Apa!" Tajamnya.
"Bri, gue mint__
"Pergi!! Gue nggak mau liat muka pengecut lo!!" Semprotnya, kemudian menghepas tangan Kiara kasar sampau cewek itu terhuyung kedepan.
Setetes air mata kembali meluncur dari matanya.
"Vana, Vana, dan Vana terus! Kenapa sih elo peduli banget sama dia!" Desisnya kemudian melangkah pergi meninggalkan ruangan itu tanpa ada niatan sedikitpun untuk menjenguk sahabtnya, ralat lebih tepatnya mantan sahabat.*****
Dengan langkah begitu pelan Brian mendekati ranjang Vana, menyentuh pelan setiap peralatan yang terhubung dengan tubuh sang kekasih.
Begitu banyak, Apakah lukanya benar benar parah? Bahkan keadaanya kritis.
Ini salahnya, kenapa dia begitu lalai menjaga Vana, dia benar benar gagal.Untung saja Ada Bisma waktu itu, saat dirinya tiba tiba dihadang oleh beberapa anak buah Bimo, hingga dirinya dihajar sampai habis habisan.
Brian duduk disalah satu kursi, dia meraih tangan Vana yang bebas infus, kemudian menggenggamnya erat.
"Van, maafin gue, harusnya gue yang ada diposisi elo sekarang, bukan lo! Bangun Van, gue tau lo bisa menjalani masa kritis lo" lirihnya.
"Gue janji, kalo lo bangun nanti, kita bakal pergi jalan, makan, ngobrol. Semuanya, dan mulai sekarang gue nggak bakal dingin lagi! Ayo Van bangun, Bri_brian sayang sama Vana" cowok itu mengecup tanganya.
Bisa dirasakan tangan Vana yang begitu dingin, seperti__ jangan sampai pikiranya jauh kesana.
*****
terdengar decitan pintu terbuka, Brian menoleh, dan melihat keempat temanya tengah berjalan masuk.
" gimana keadaan lo Bri?" Sean berdiri dibelakang Brian sambil memasukan kedua tanganya disaku celana.
"Gue baik baik aja" balas Brian begitu lesu, kemudian dia bangkit.
"Turut berduka cita bro, semoga dia tenang di ranjang sana" celetuk Bisma asal bicara sambil melirik ranjang Vana sampai Rangga disebelahnya menoel pinggang cowok itu.
"Lo kira Vana udah mati apa!" Balas Rangga tajam.
"Heran gue sama lo, suasana lagi gini aja masih sempet sempetnya nglawak!" Ucap Uno disebelah Bisma.
"Lah gue ngomong bener kok" balas Bisma sinis.
"Gue makasih banyak sama Lo Bis, berkat Lo gue sama Vana masih ada disini, kalo nggak ada lo, mungkin gu__
"Sans aja kali Bri, ama temen ndiri juga" Bisma tersenyum menunjukan deretan giginya.
Flashback
Brian tengah menunggu Vana keluar dari luar gerbang begitu lama, bahkan sampai sekolah sepi pun Vana belum juga nampak.
Berulang kali dia mencoba menghubungi ponsel cewek itu, tapi tak kunjung diangkat.Hingga detik selanjutnya, entah dari mana asalnya datanglah segerombilan pria besar dari berbagai arah, depan, belakang bahkan samping.
Tanpa babibu, ke sepuluh pria bertopeng itu langsung memukuli Brian tiba tiba, sampai cowok itu terkejut dan tak dapat membalas perbuatan itu, kara kedua tanganya ditahan oleh seseorang disana.
Bugh!
Bugh!
Bugh!Mereka terus memukuli Brian tanpa ampun, menendang bahkan meninjunya, sampai terdapat banyak luka lebam diarea tubuh dan wajahnya.
Akhirnya setelah merasa mangsa tak berdaya mereka semua membawa Brian dengan mobilnya menuju tempat sang Raja bersembunya.
Namun, baiknya kejadian itu tak luput dari pandangan Bisma, cowok itu untungnya melihat Brian dengan segerombolan pria bertopeng.
Dia akhirnya menelfon polisi dan mengikuti mobil tersebut dengan becak.
Eh ngga deng, maksudnya dengan motor CBR miliknya.Flashback and
"Gue heran sama Bimo maunya apa sih dia!!" Tajam Sean setelah mendengar ucapan dari Brian.
"Minta mati kali!" Balas Uno asal.
Brian kembali menatap Vana sendu, begitu menyayat hati ketika melihat seseorang yang kita sayang tengah terbaring tak berdaya disana.
Brian mengelus tangan Vana lembut."I miss you so much, pliss bangun" ucapnya, kemudian menidurkan kepalanya diatas tangan Vana.
Namun tiba tiba badan Vana bergetar, cewek itu kejang tanpa membuka matanya.Brian pun terkejut begitu juga dengan teman temanya.
"Vana?! Vana, lo kenapa Van?!" Tanya Brian khawatir."Cepet panggil dokter!!" Pinta Sean pada Uno.
"Oke oke!!" Balas Uno cepat.
Tak lama setelah itu Uno datang beserta dokter wanita dibelakangnya.
Beberapa bagian tubuh ia teliti dengan telaten sebelum berucap."Syaraf otaknya mengalami gangguan, sepertinya pasien memiliki banyak pikiran. Keadaanya semakin parah, bahkan jika tidak ditangani secara cepat bisa saja koma. Apakah ada salah satu keluarga dari pasien?" Tanya dokter pada mereka semua.
"Orang tuanya sedang perjalanan pulang dok" balas Brian.
"Kalau mereka sudah datang harap hubungi saya ya. Karna ada hal penting yang akan saya sampai kan" lagi lagi Dokter menghela nafas berat, membuat Brian tambah khawatir.
"Ba__baik dok" balas Brian mencoba tenang.
Cewek yang terlihat kejam dimata semua orang kini tengah terbaring lemah disana.
Dia begitu tenang, mungkin menurut Vana keadaan ini membuatnya bahagia, tapi tidak dengan orang yang ada disampingnya.
Brian, cowok yang kini begitu terpukul melihat seseorang yang ia cintai masih setia memejamkan matanya disana.
Cowok yang bahkan mulai menaruh hatinya untuk Vana, cowok yang sekarang berjanji akan menjadi cowok seperti yang orang orang harapkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Cruel Girl [COMPLETED]
De TodoSebelum baca harap follow!:v Vana Arloji, gadis yang kejam kepada siapapun. Kehidupanya berubah saat kehormatanya direnggut secara paksa oleh cowok brengsek itu. Vana tidak suka dengan orang orang disekitarnya. Karna apa? Karna mereka itu berpenampi...