Tatapannya terus beradu, menatap satu sama lain manik itu. Seorang cewek disana tengah menggertakan giginya kuat kuat menahan emosi yang siapa membludak.
"Kenapa sih lo, selalu narik narik gue?!! Lo itu kasar banget sama cewek! Dan gue nggak suka itu!" Tajam Vana.
Sedangkan dihadapanya Brian masih menatap wajah cewek itu datar, mengatur nafasnya dengan Baik agar tidak tersulut emosi."Gue cuma mau bilang, jangan deket deket Raffi, gue nggak suka liatnya!" Suara dingin dengan nada berat agak meninggi mulai terdengar, manik matanya yang berwarna hitam terus menatap manik mata Biru milik Vana secara bergantian.
"Lo itu siapanya gue sih hah??!!! Berani beraninya ngatur gue?" Balas Vana.
"Nggak usah mancing gue biar jadiin lo cewek gue!! Emang perlu banget gue jadi pacar lo dan baru gue bisa nglarang lo hum?"
Vana terdiam, apa sih maksudnya? Apakah dia mengira Vana ingin memancing dirinya agar Vana menjadi pacarnya? Serendah itukah Cewek diamata cowok?
"Maksud lo apa?!" Balas Vana setengah membentak.
"Halahhh bilang aja lo mau gue jadiin cewek gue kan?" Ucap Brian begitu santai menghadapi cewek itu.
Plak!
Satu tamparan berhasil menadarat di pipi Kiri milik Brian.
"Lo pikir gue apaan hah?? Gue nggak serendah itu dimata lo buat ngemis Cinta!!"Vana berbalik ingin meninggalkan Brian disana tapi langkahnya terhenti dan kemudian berucap.
"Dan inget, berhenti larang gue buat deket sama siapapun, gue nggak suka itu!!" Dengan langkah kaki yang cepat cewek itu pergi meninggalkan Brian yang tengah menatapnya remeh.
"Dan gue Bakal terus ganggu lo buat nglindungin lo dari Bimo!" Desisnya, kedua tanganya memasuki kantung celana dan berbalik namun belum siap melangkah tubuhnya sudah tertabrak seseorang disana.
"Maksud lo apa nyuruh Vana biar nggak deket deket gue?" Tanya Raffi, iya dia Raffi yang tengah menatap Brian sengit.
"Dan karna lo udag denger semuanya, jadi? Mau tanya apa lagi? Gue cuma nggak mau Vana deket sama orang yang salah. Gue tau Vana sebenernya cewek baik baik, dan dia harus jaga diri dari lo!"
Raffi mengepalkan kedua telapak tanganya, "maksud lo apa?!! Lo kira gue bukan cowok baik baik hah?!!!" Serka Raffi.
Brian mengangkat kedua bahunya acuh.
"Lo sendiri kok yang bilang, gue kan nggak bilang kalo lo bukan cowok baik baik bukan?" Santai, Brian begitu santai menghadapi emosi Raffi.
Menatapnya dengan tatapan khas miliknya datar dan dingin, dia tersenyum miring disana."Udah dulu ya, gue masih banyak kesibukan!" Brian berjalan meninggalkan Raffi yang masih menatap dirinya dari kejauhan.
*****
"Kiara, lo kenapa sih dari tadi diem mulu?!" Tanya Vana sewot melihat tingkah temanya yang secara tiba tiba berubah.
"Lo kalo ada masalah bisa ngomong Kia!" Sambungnya.
"Gue mau pulang" ucapan yang begitu lirih samar samar bisa Vana dengar.
"Ini masih jam sekolah! Nggak usah jadi cewek brandalan!"
"Gue mau pulangggg!!!" Teriak Kiara, kakinya melangkah cepat meninggalkan sebuah kelas yang muridnya menatap Kiara aneh, dia menginginkan pulang, tapi tasnya tidak dibawa, benarkah dia ingin membolos.
"KIARA!!"panggil Vana dari dalam tapi terlambat tubuh itu sudah menghilang lebih dulu dari ambang pintu.
*****
Semuanya tiba tiba berubah, Kiara menjadi lebih pendiam dari Biasanya, sebuah Amplop yang berwarna coklat muda sudah terletak dengan Rapinya di meja ruang tamu milik Kiara.
Baru saja pulang sekolah Kiara sudah mendapati Amplop itu disana.Dia enggan membukanya apa lagi membaca, menurutnya membuka amplop itu adalah kehancuran bagi Kiara, semua yang Kiara dan Alamrhum Sela impikan tidak akan pernah terjadi sampai kapan pun.
Apalagi jika Nissa sudah resmi menandatangani surat itu.Terdengar sebuah ketukan sepatu yang menggema di ruangan itu, Kiara mendongak dan menemukan Nissa yang sudah terkejut melihat putrinya sedang terduduk lesu dengan keadaan masih menggunakan seragam sekolah.
"Jam segini udah pulang?" Tanyanya, niatnya datang lebih pagi kerumah itu ya memang mengambil surat percerain itu agar Kiara tidak mendapatinya.
Tapi dugaanya salah, putrinya sudah melihat Amplop itu, amplop yang ia tahu akan membuat hati putrinya hancur untuk beberapa kalinya.
"Kia Mama mau ambil su--" ucapanya terpotong oleh ucapan Kiara.
"Surat perceraian itu?" Suara yang begitu lemah dapat Nissa dengar.
Nissa mengangguk pelan disana."Ma, kenapa Mama mau nglakuin ini? Mama udah nggak sayang sama Kia?" Tanyanya.
"Bukan begitu sayangg, Mama sayang sama Kia, tapi Papamu--"
"Mama bisa kasih tau Papa Ma!! Kia nggak suka sama keputusan ini, Kia nggak suka!!" Kiara berteriak pada tiga kata terakhir.
Nissa mendekati Kiara, mengelus puncak kepala anaknya lembut.
"Maafin Mama Kia, semuanya sudah terlanjur terjadi, Mama nggak bisa nahan semuanya" ucapnya, kemudian tanganya meraih amplop itu, lalu membukanya dan membaca semuanya. Kiara belum lepas pada pergerakan Nissa dia terus menatapnya.Sedangkan Nissa, tanganya merogoh kedalam sebuah slimeBag yang ia bawa, sebuah pulpen ia keluarkan dari sana.
Dia duduk, menaruh kertasnya di atas meja, kemudian tanganya berniat menandatangani surat itu, hingga beberapa detik kedepan Dirinya dan Dedi akan resmi bercerai.
"Ma--" panggil Kiara begitu lirih, Air matanya mulai menetes disana.
Nissa mendongak, menatap kearah Putrinya yang sedang menggeleng kecil disana untuk memberi isyarat agar Nissa tidak menandatangani surat itu.Tapi terlambat, Nissa mulai menandatangani surat itu dengan sempurnanya, dia tidak peduli dengan putrinya.
Kiara mengaga tak percaya, tanganya menutupi mulutnya tak, air matanya tambah menderas, dan menggeleng kecil disana.
Sebuah keluarga kecil yang perlahan mulai hancur, senyuman yang hilang dari diri mereka masing masing.
Kenapa semuanya terjadi begitu cepat?
Apakah Kiara tidak berhak mendapatkan sebuah kebahagiaan."NGGAKK!! POKONYA KIARA NGGAK MAU MAMA SAMA PAPA CERAI!!! ENGGAK!!!" teriaknya kemudian berlari menuju kamarnya, membanting pintu dengan keras lalu menguncinya.
"ARGHHHH!! ENGGAKKK, KIA NGGAK MAUUUUU SEMUA INI!!! ENGGAK!!" Dia mengamuk didalam kemar, membanting semua benda yang ada disana, dia tidak terima dengan semuanya, hatinya bertolak belakang untuk menerima sebuah keputusan itu. Dia hancur seketika.
Tok!tok!tok!
"Kiaa maafin Mama Kia, Kiaa buka!!" Teriak Nissa di luar sana."Kiaa maafin Mama, kamu harus nyoba nerima semuanya, udah Kia udahhh!" Air matanya menetes sambil menatap kertas yang membuat putri satu satunya kecewa, dia merasa telah gagak untuk menjadi seorang ibu yang membahagiakan kedua anaknya, dia salah!
"Kiiaaa??" Suara Nissa melirih saat mendengar sebuah dentingan yang kian mengeras dari dalam kamar putrinya, benarkah dia sudah menyakiti hati Kiara??
Dia berjalan menuju ruang tamu, terduduk disana, kedua tanganya menutupi wajah yang kian menua itu."Saya bukan ibu yang baik, maafkan Mama Kiara, Selaa, maafkan Mama, Saya sudah menyakiti hati kamu dulu, dan sekarang? Haruskah Kiara juga merasakanya? Sekejam itu kah saya? Hukum saya jika memang saya salah Ya Tuhan" suara yang begitu lirih diiringi isakan tangisnya. Tatapanya beralih pada sebuah selembar kertas yang sudah membuktikan bahwa dia telah bercerai dengan Suaminya.
Nissa meraih benda itu menatapnya dalam kamudianSrek! Wanita itu menyobeknya.
"Jika ini yang membuat putriku terluka, saya akan membuangnya jauh jauh, menjauhkanya dari hadapan Kia, saya. Harus menerima konsekuesinya, apapun itu asalkan anaku tidak kecewa!"Hallo semuaaa
Author mau bilang sesuatu, AUTHOR SEKARANG LAGI SIBUK PKL GUYS, TOLONG NGERTIIN YA KALO AUTHOR JARANG UPDATE
DOAIN AJA BIAR AUTHOR SEMPET BUKA WATTPAD DEMI KALIANTERIMAKASIH
SEE YOU NEXT TIME💕

KAMU SEDANG MEMBACA
The Cruel Girl [COMPLETED]
De TodoSebelum baca harap follow!:v Vana Arloji, gadis yang kejam kepada siapapun. Kehidupanya berubah saat kehormatanya direnggut secara paksa oleh cowok brengsek itu. Vana tidak suka dengan orang orang disekitarnya. Karna apa? Karna mereka itu berpenampi...