12

1.5K 68 1
                                    

Malam ini Vana tengah mengantar Emely menuju Bandara.
Wanita itu akan segera pergi lagi ke Belanda menggunakan pesawat pribadinya.

"Arloji. Mama pergi dulu, jaga diri kamu baik baik disni" ucapnya lembut.

"Saya selalu jaga diri saya tanpa harus Mama Emely katakan!" Jawabnya acuh.

Emely tersenyum miris melihat cara bicara putrinya itu.

"Mama pergi dulu. Oh iya, tadi siang Mama udah transfer uang 10 juta ke Rekening kamu. Itu uang buat 1 bulan ya"

"Ya. Makasih!"

Sebelum pergi Emely memeluk tubuh putrinya itu erat.
5 detik, Emely belum juga merasakan sebuah tangan yang melingkar di tubuhnya, akhirnya dia lepas dengan cuma cuma.

Ya sebagai seorang ibu, Emely pun dapat merasakan sakit hati karna sikap putrinya yang begitu dingin padanya. Namun mau berbuat apa lagi? Ini semua juga salahnya.

"Mama berangkat" ucapnya.

Namun Vana hanya mengangkat kedua bahunya acuh, yang kemudian Emely masuk kedalam pesawat dan berlalu.

"Sok dramatis banget sih!" Desis Vana sambil melangkah menuju mobilnya.

*****

Mobil Vana baru saja terparkir dihalaman rumahnya. Jam sudah menunjukan pukul 22.35 malam.

"Pak, Vana masuk dulu yah, ini kunci mobilnya, nanti Pak Joko aja yang masukin mobilnya kedalam garasi" ucapnya.

"Baik Non. Oh iya, tadi ada temen non Vana loh kesini" balas Pak Joko.

"Siapa?"

"Non Kiara"

Vana membulatkan matanya lebar.

"Hah?! Ngapain pak? Ini kan udah malem?"

"Nggak Tau Non, coba tanya aja langsung sama Non Kiaranya"

"Ya udah Vana masuk dulu pak"

Vana melangkah masuk kedalam rumahnya dengan sedikit berlari.
Dilihatnya tidak ada Kiara di ruang tamu.

"Pasti dikamar!" Gumamnya. Vana melangkah cepat menaiki anak tangga menuju rumahnya.
Setelah sampai Vana pun memasuki kamar.

Bisa dilihat Kiara sedang menangis disana.
langkah Vana memelan saat mendekati Kiara.

"Ra?" Panggilnya mencoba tenang.
Kiara menoleh, berlari kemudian memeluk tubuh Vana erat.

"Ra, lo kenapa?" Tanya Vana sambil membalas pelukan itu.
Tubuh Kiara bergetar, suara isakan tangisnya mulai terdengar.

"Van, Mamah sama Papah. Mereka mau cerai . Gue nggak mau ini semua terjadi!" Ucapnya disela sela tangisnya.

Untuk masalah keluarga Kiara. Memang kedua orang tuanya dari dulu ingin berpisah.
Masalahnya dari awal adalah, karna Papah Kiara yang bernama Dedi itu telah menghamili perempuan lain 3 bulan yang lalu.

Itua semua yang menyebabkan Mama Kiara yang bisa dipanggil Nissa itu memutuskan untuk bercerai. Keadaan itulah yang membuat Kiara terpuruk.

Vana bingung harus mengatakan apa.
"Ra, gue bingung mau bantu lo gimana. Ini semua itu udah keputusan bokap sama nyokap lo, jadi, lo yang sabar ya. Semoga aja perceraianya dibatalin"

Kiara melepas pelukanya, mengusap air mata yang tersisa di pipinya.

"Malem ini gue nginep dirumah lo ya?" Tanya Kiara.

"No problem. Apapun buat temen gue!"

*****

"Ini punya gue!!!" Suara Vana menggema  dikaridor yang sedikit sepi.

"Yah? Ngaku ngaku lagi, gue yang dapet dulu!!" Balas Brian tak mau kalah.

"Lo punya kaki! Lo bisa ambil sendiri di perpus!"

"Lah nggak mau lah. Lo aja sana. Salah siapa spidol dibuang buang?"

Vana tambah geram melihat wajah Brian ini.
"Woy, ini tadi jatoh bego!! Bukan gue buang!!"

"Sama aja lah!"

Vana mengepalkan kedua tanganya kuat kuat.

"NGGAK! POKOKNYA INI PUNYA GUE!!" Cewek itu kembali merebut spidol ditangan Brian, tapi lagi lagi Brian kembali menariknya.

"Nggak" jawab Brian santai.

"Nyebelin banget si lo!! Sama cewek aja nggak mau ngalah!!"

"Emang lo cewek?"

Vana menghentikan aksinya.
"Lo punya mata!!! Jadi, nggak perlu gue jelasin lagi, Brengsek!!" Vana menginjak Kaki Brian kuat kuat, sampai cowok itu meringis kesakitan dan Reflek melepaskan spidol itu.

Vana menyeringai jahat.
"Gitu aja sakit. Cewek apa Cowok lo?" Tanyanya kemudian pergi meninggalkan Brian yang tengah menatapnya tajam.

"Cewek sialan!" Desisnya.

Vana melangkah memasuki kelasnya, semua tatapan beralih padanya.

"Maaf pak, saya tadi abis ngambil spidol baru di perpus" ucap Vana sopan.

"Iya nggak papa, silahkan duduk!" Balas pak Eko selaku guru Kimia.

"Ini pak spidolnya. Kan yang itu udah abis" Vana menyodorkan sebuah spidol yang masih terbungkus Plastik disana.

"Terimaksih!"

"Sama sama pak"

Kemudian cewek itu pergi menuju bangkunya yang sudah ada Kiara disana dengan tatapan kosongnya.

*****

"Lo sekarang mulai ya jail sama cewek. Biasanya cuek bebek!" Celetuk Sean dibelakang Brian, cowok itu kemudian berbalik.

"Gue juga nggak tau. Gue ngrasa beda aja sama tu cewek" Brian menggedikan bahunya.

"Lo suka sama dia?" Tanya Sean.

"Belum suka"

"Brarti mau dong?"

"Gue nggak berpikir sampe kesitu!" Mereka berdua melangkah bersama menuju kelas.

"Gue suka liat lo udah mulai care sama cewek, ya lumayan lah sekali care dapetnya cewek cantik" goda Sean.

"Bodoamat, gue nggak denger" Sean terkekeh geli disebelahnya.

Hallo guyss
Sorry baru update nih
Gimana kabar kalian?
Masih setia sama cerita the Cruel Girl nggak nih?

Semoga aja masih jadi pembaca setia author ya
Eh jangan lupa abis baca tinggalin jejak oke:)

The Cruel Girl [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang