29

1K 43 1
                                    

"Gue menang Bim!" Ucap Brian didalam ruangan serba gelap tersebut.
Bimo yang tengah menghisap rokonya pun seketika terkejut dan langsung bangkit dari duduknya.

Terdengar suara kekehan dari mulutnya," cih! Lo menang?" Tanyanya memastikan.

Brian berbalik menatap Kakanya itu,"yap, gue menang dan lo kalah! Jadi? Gimana sama perjanjianya?"

Bimo memerhatikan wajah Brian cukup lama, kemudian berucap,"gue nggak bakal biarin cewek itu lepas, sebelum mati ditangan gue!" Begitu tajam dan menusuk indra pendengaran Brian, lantas Bimo langsung meninggalkan sang adik yang tengah mengerang keras disana.

"Bajingan lo Bim!!!" Teriak Brian, dan hanya dibalas acungan jari tengah oleh Bimo.

"Fuck!" Desis Bimo sebelum benar benar pergi.

*****

"Ra lo sebenernya kenapa sih hah?! Lo dari kemaren banyak diemnya!" Celetuk Vana sambil menatap Kiara yang tengah tengkurap dikasur miliknya.

"Gue suka sama cowok Van" balas Kiara, kemudian duduk disebelah Vana.

"Hah? Cuma gara gara suka sama cowok lo diemin gue?? Nggak banget njing!" Ketusnya.

"Masalahnya beda" Kiara menatap ponselnya enggan menatap Vana.

"Masalahnya?" Vana mengernyitkan dahi.

"Masalahnya dia udah punya pacar!" Kiara mendongakan wajahnya keatas, mencegah agar air matanya tidak jatuh sekarang.

"Terus?"

"Gue nggak tau mau apa,gue sayang sama dia, tapi disisi lain gue nggak mungkin ngrebut dia" gagal, cewek itu gagal mencegah air matanya agar tidak keluar, hanya sekali kedipan saja benda cair itu menguasai pipinya.

"Lakukan yang menurut lo terbaik Ra, gue nggak tau mau ngasih saran apa, sedangkan gue juga baru pacaran" cewek itu memeluk tubuh temanya yang sudah bergetar.

"Gue Ada perasaan sedikit nggak suka sama cewek itu Van, tapi gue nggak bisa buat benci sama dia"

"Kenapa?" Tanya Vana.

"Dia temen gue" balasnya lirih, Vana melepas dekapanya dan menatap Kiara curiga.

"Jadi temen lo yang nikung gebetan lo?!" Vana ikut sewot, dan hanya diangguki oleh Kiara.

"Lo tinggal bilang aja, masa iya temen lo sendiri yang nikung lo, nggak punya perasaan banget!!"

"Dia nggak tau kalo gue suka sama cowoknya hiks__"

Tangan mungil Vana bergerak menghapus air mata Kiara,"udah Ra nggak usah nangis terus, kalo dia jodoh lo pasti dia bakal dateng kok"

"Tapi kalau dia jodoh lo Van? Orang itu elo Van, lo. Lo yang udah nikung gue, dan gue sakit! Gobloknya lo nggak tau kalo gue suka sama Brian" batin Kiara sambil menatap lekat Vana.

Kiara mempererat pelukanya pada sahabatnya itu, menjadikan pundaknya sebagai pelampiasan.
Pundak seseorang yang telah menyakitinya, pundak seseorang yang mengecewakanya, dan pundak seseorang yang tidak tahu apa apa tentang perasaanya.

*****

Pagi ini Brian sudah terududuk diatas motornya didepan rumah Vana sambil memainkan ponselnya.
Sampai akhirnya dia tidak tersadar bahwa sosok yang ia tunggu tunggu sudah berdiri di sampingnya.

"Ekhemm!" Vana berdehem cukup keras membuat Brian menoleh dengan cepat.

"Kapan dateng?" Datarnya, sekalipun Vana sudah menjadi kekasihnya tapi gaya bicaranya masih sama seperti dulu.

"Baru!" Singkat dan padat, tanpa menunggu Brian menyuruh untuk duduk, cewek itu sudah duduk disana.

"Helmnya dipake" pinta Brian sambil menyerahkan helm tersebut.
Dengan cepat Vana meraih helm tersebut dengan kesal.

Bagaimana tidak, pagi pagi gini dia sudah menjemputnya, bahkan saat bertemu tidak ada senyuman sedikitpun dari cowok itu.

"Ckk, kok kancingnya gak bisa lepas sih!" Lirih Vana sambil terus berusaha melepas kancinh helem tersebut.

"Kenapa?" Tubuh Brian belok 180 derajat kearah Vana sambil menatap wajah cantik cewek itu.

"Kancingnya nggak bisa dibuka! Udah karatan?" Tanyanya jutek.

"Siniin! Enak aja karatan, gue beli kemaren buat lo!" Jawabnya tajam sambil melepas kancing tersebut.

Hanya dalam hitungan detik, dia telah melepasnya dengan sempurna kemudian memakaikanya ke kepala Vana.

"Au!!" Desis cewek itu.

"Elo kalo masukin jangan kasar kasar dong! Sakit ini!!" Vana mendelik kearah Brian membuat cowok itu tertawa renyah.

"Ambigu bego!!" Brian menyingkirkan rambut Vana yang menutupi setengah wajahnya akibat tersingkir oleh helmnya tadi.

Vana bisa merasakanya, sentuhan yang begitu lembut dan tulus menyentuh wajahnya dengan indah, Manik biru itu belum lepas juga dari wajah tampan milik Brian.

"Jangan diliatin, gue malu!" Brian tersenyum kemudian menyentuh ujung hidung Vana, membuat cewek itu mengerjapkan matanya berkali kali.

"Gue tau, lo sebenernya cewek baik baik Van, gue harap lo bisa berubah, biar jangan terlalu kasar sama semua orang, gue suka lo yang culun, dari pada elo yang Cruel!" Kalimat yang bisa dibilang nasihat keluar dari bibir Brian.

Vana melamun mendengar kalimat itu, kalimat yang entah dia percaya keluar dari hati Brian atau tidaknya.
Tapi kalimat itu berhasil membuatnya berfikir, bahwa memang benar kata cowok itu, lagipun dia tidak mendapatkan apa apa bukan saat dia kasar dengan semua orang?

Sepertinya memang Brian jujur, dia lebih suka dengan dirinya yang bukan dibuat buat, melainkam dirinya yang sebenarnya.
Orang yang dulunya sangat ia bbenci namun hanya dalam hitungan jam bisa membuatnya jatuh cinta.

"Kita berangkat!" Ucap Brian memceha keheningan, kemudian melaju menuju sekolahnya

SELAMAT PAGI SEMUA?
MASIH SEHAT KAN? AUTHOR HARAP SIH MASIH  SEHAT SEMUA .
AUTHOR UPDATE DONG , BACA AYO , JANGAN LUPA VOTE AND KOMEN YA .
SORRY KALO ADA TYPO , AUTHOR BELUM  REVISI SOALNYA .

The Cruel Girl [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang