33

1K 49 0
                                    

Emely, dan Erwin Wijaya orang tua dari Vana kini sedang tergesa gesa menuju ruang ICU. Dimana anak keduanya tengah dirawat disana.
Berkali kali manik mata berwarna biru milik Emely itu mengeluarkan air matanya karna merasa khawatir sekaligus menyesal karna tidak tau apa yang terjadi pada anak semata wayangnya.

Ceklek

Pandangan keduanya jatuh pada sosok laki laki yang tengah menemani putrinya tepat disebelahnya.

"Permisi" suara baritone milik Erwin terdengar membuat cowok yang ada disana tersadar dari pikiranya dan menatap seseorang yang berada di ambang pintu Rumah sakit.

"Bapak Erwin?" Brian bangkit dan bertanya.

"Iya saya Erwin, Ayah Vana" Brian tersenyum simpul sambil mendekati keduanya.

"Apa yang terjadi dengan anak saya?! Cepat katakan!" Emely yang tengah terisak tiba tiba berteriak kearah Brian.

Membuat Erwin ikut terkejut dibuatnya," tenang Ma, jangan teriak teriak" ucap Erwin menenangkan.

Emely berjalan menuju brankar, menatap dengan intens wajah putrinya yang begitu pucat.
Selang oksigen menutupi bibir dan hidungnya, bahkan beberapa alat alat medis lainya menyatu dengan tubuh putrinya.

Emely semakin terisak, dia benar benar payah menjadi seorang Ibu.
Dia terlalu sibuk dengan pekerjaan sampai dia melalaikan putri satu satunya yang sering melontarkan kata kata menyakitkan kepadanya.
Itu pun benar benar kesalahanya.
Putrinya kehilangan segalanya, kehormatanya, kebahagiaanya, bahkan senyumanya.
Itu semua salahnya, seharusnya dia menjadi ibu yang baik untuk anak satu satunya.

"Vana__ "
Emely meraih tangan Vana kemudian menggenggamnya.

"Im sorry dear, i'm really sorry leave__ i love you so much, i miss you " lirih Emely , wanita itu mengecup puncak kepala Vana.

"Mom?" Panggil Erwin dari belakang setelah berbincang sebentar dengan Brian.

"Yes dad" balas Emely sedikit parau.
Wanita itu membalikan badan menatap Erwin kemudian beralih memeluknya.

"Aku minta maaf Dad__ aku benar benar menyesal karna mengabaikan Vana selama ini demi pekerjaan" lirihnya.

"Bukan kamu saja yang salah, aku juga salah dalam hal ini" Erwin ikut menitihkan air matanya,namun cepat cepat ia hapus.

"Aku mau Vana cepat bangun, aku tidak bisa melihat putriku tak berdaya disana. Sebenarnya apa yang terjadi pada putri kita sampai dia tertembak?" Emely melepas pelukanya.

"Ayo Dad! Kita harus bertemu dokter dan berbicara padanya kenapa putri kita dibiarkan seperti itu!!" Bentak Emely kepada Erwin sambil menggoyangkan tubuh suaminya.

"Tenang Mom, Dokter sudah menangani anak kita"

"No!! Aku harus bertemu dokter itu!!" Teriaknya lagi.
Akhirmya Erwin membawa sang istri untuk bertemu sang dokter, dan mereka sempat berpapasan dengan Brian di luar ruangan.

"Permisi Om, tadi dokter menyampaikan pesan kepada saya kalau dia mau bicara sama om" ucap Brian pada Erwin.

Pria itu mmengangguk," kita memang mau kesana, Ayo Mom" ucapnya kemudian meninggalkan Brian disana.

*****
Cowok itu kembali memasuki ruangan Vana dan mendekatinya.
Dia terus memandangi Wajah pacarnya tanpa berkedip.
"Lo liat Van? Orang tua lo bahkan sampai menyesal. Dia mau minta maaf sama lo dan pengin mengulang semuanya dari awal, sama kaya gue__"

"Jadi gue mohon,bangun Van" setetes air mata mengalir dari wajah cowok tampan itu, dia bahkan sampai menangis melihat Vana.

" i love you" lirihnya sambil terus mengecup tangan cewek itu.

The Cruel Girl [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang