30

1K 40 0
                                        

Vana melangkah dengan pelan memasuki kelas, sambil tatapanya menatap intens Kiara, dia berjalan dan kemudian duduk disamping temanya.

"Ra" panggil Vana karna merasa Kiara tidak seperti biasanya yang saat Vana baru datang selalu menyapanya.

Cewek itu menoleh dan tersenyum hambar disana.
"Iya? Kenapa?" kalimat yang keluar bahkan seperti baru berkenalan dengan seseorang, padahal mereka sudah bersahabatan dari kecil.

"Lo kok beda sih sama gue?!" Ucap Vana sedikit sewot, karna merasa risih dengan sikap temanya.

"Beda? Beda gimana sih maksudnya? Gue sama kok" balas Kiara sambil tersenyum manis disana.

"Nggak!! Elo beda Ra, kalo ada masalah sama gue ngomong dong!" Bentak Vana sampai beberapa murid menatapnya bingung.

"Eh itu kenapa Vana marah marah!"

"Itu berantem sama temen deketnya? Kok gue baru liat?"

"Aduh, jangan bikin gaduh deh plis!"

Bisik beberapa murid yang sedang menyaksikanya.

"Hey, hey, i'am okey! Gue nggak papa, elonya aja kali yang salah liat" balas Kiara mencoba tenang.

Vana membuang nafasnya kasar, kemudian beranjak dari duduknya dan menatap tajam Kiara.

"Gue nggak suka sama elo yang sekarang!! Inget itu!" Kemudian berjalan keluar kelas menuju rooftop.

Kiara tersenyum sinis," sebenernya gue juga nggak nyaman sama posisi ini! Apalagi cuma karna cowok. Tapi masalahnya, Brian itu cinta pertama gue sejak dulu! Gue belum rela kalo Brian harus jadi milik lo Van. Sorry!" Begitu lirih sampai netra matanya pun terlihat jelas bahwa dia ingin menangis saat ini.

*****

Vana masih terduduk diatas sofa yang empuk. Memutar kembali kejadian tadi yang membuatnya kecewa.

Bagaimana tidak, seseorang yang telah membuatnya bangkit untuk hidup kini terlihat begitu dingin denganya, tapi kenapa? Kemarin mereka baik baik saja, tapi sekarang?

Setetes air mata keluar dari matanya, netra biru itupun sudah tertutup cairan bening disana.
Rasanya sakit, dan seperti ada yang hilang! Ketika sahabatnya benar benar berubah, apakah dirinya ada salah dengan Kiara?
Tapi apa? Bahkan dia merasa sampai sekarang dia masih melindungi Kiara sebagai balas budi atas semua kebaikanya, Dan menurut Vana pun itu belum cukup.

"Kiara" lirihnya kemudian menutup seluruh wajahnya dengan telapak tangan.

Cit!

Seseorang membuka pintu Rooftop, namun cewek itu masih setia menutupi wajahnya tanpa menyadari bahwa seseorang sudah berdiri disampingnya.

"Kenapa?" Suara dingin dengan wajah sedikit khawatir itu terdengar, Vana dengan cepat mendongak hingga detik selanjutnya dia memeluk tubuh atletis nan tinggi itu dengan erat.

"Bria,,hiks,,n,,hikkss!" Ucapnya.

Tangan kekar itu memeluk pinggang Vana, dan satunya lagi mengelus puncak kepala cewek itu lembut.

"Kiara,,hiks!! Di__dia,,hiks__

"Iya iya, kalo belum bisa cerita, gampang, sekarang tenangin diri lo dulu" Brian melepas pelukanya, kemudian menangkup wajah Vana.

"Gue selalu ada buat lo, kapanpun lo butuh" ucapnya.

Vana menatap Brian, kenapa dia merasa dirinya begitu manja dengan cowok tinggi dihadapanya itu? Ketika berhadapan dengan cowok itu, rasanya Vana ingin kembali dengan dirinya yang dulu.

Begitu juga sebaliknya, Brian menyukai Vana yang mulai nampak sifat aslinya, dan merasa tenang akhir akhir ini karna tidak ada yang mengganggu sang kekasih lagi.
Dia berjanji pada dirinya, akan menghilangkan sesuatu yang harusnya tidak ada didalam dirinya, terutama stress yang berlebihan.

Vana menghapus air matanya," gue nggak tau dia kenapa" lirih Vana sambil berjalan menjauh dari Brian.

"Tapi gue ngrasa, dia berubah" lagi, Vana menangis.

"Sttsst udah, mungkin itu cuma perasaan elo aja" balas Brian.

"Nggak mungkin, pasti ini ada sesuatu"

*****

Setelah kejadian itu keesokan harinya berubah menjadi biasa saja, bahkan Vana pun sampai bingung, sebenarnya ada apa dengan sahabatnya itu, dia bisa berubah ubah setiap waktu, bahkan saat ini.

"Van, ntar anterin gue ke Mall ya?" Tawar Kiara pada Vana.
Cewek disebelahnya hanya mengangkat alisnya enggan menjawab.

"Van ayolah, gue mohon, soalnya ada hal penting yang harus gue beli" bahkan setelah kejadian kemarin Kiara seperti tidak pernah terjadi apa apa antara dirinya pada Vana.

Vana hanya mengangguk, kemudian kembali fokus pada layar ponselnya.

Dari arah pintu datanglah Brian, Zein, dan Bisma sambil mengunyah permen karetnya.
Tatapan Zein meniliti kelas tersebut hingga berhenti pada sosok yang ia cari dari kemarin. KIARA.

"Brian?" Cicit Vana.

"Brian?" Lirih Kiara.

Cowok dengan rahangnya yang tegas dan tatapan dingin itu melangkah kakinya mendekati Vana, Pacarnya.

"Ntar pulang sekolah ikut gue" ucap Brian.
Kiara yang mendengar itu langsung terkejut.

"Vana mau pergi sama gue" Kiara tersenyum disana.
Namun cowok itu hanya mengangkat sebelah alisnya.

"Dia pacar Gue, jadi lo nggak boleh nglarang gue!"

Deg!

Seakan hatinya perlahan remuk saat mendengar ucapan itu yang keluar sendiri dari mulut Brian.
Matanya berkaca kaca,namun dia harus mencegahnya agar tidak keluar.
Vana menoleh kearah Kiara.

"Gue udah janji dulu sama Kiara Bri, kita lain kali aja ya" bukan Kiara yang menjawab melainkan Vana.

"Oke! Besoknya lagi lo harus sama gue!" Brian mengacak rambut Vana pelan,dan lagi lagi itu membuat Kiara panas.

Vana mengangguk dan tersenyum, kemudian mereka pergi, sekilas Zein tersenyum miring kearah Kiara membuat cewek itu yang tak sengaja melihatnya jadi bingung.

*****

"Kok kita jalan kaki si Ra? Lo nggak bawa Mobil apa motor gitu?" Tanya Vana saat mereka tengaj berjalan kehalte.

"Heheh nggak Van, lagian juga Kita kan nggak pernah gini, sekali kali la" balas Kiara cengengesan.

Namun Anehnya mata sebelah Kiri Kiara seolah tengah berkedip pada seseorang seperti memberi kode.
Hingga pada akhirnya segerombolan motor besar berhenti tepat dihadapan mereka bersama dengan mobil sport warna hitam.

Sebuah tangan kekekar membekap mulut Vana dengan sapu tangan sampai cewek itu tak sadarkan diri.
Kiara yang disebelahnya kaget dan langsung ketakutan.

"Vana!!! Vana!! Kalian siapa?" Teriak Kiara tak karuan, bahkan rencananya dengan Raffi pun gagal oleh orang orang ini, siapa mereka.

"Elo bawa temenya, Biara Vana sama gue!!" Suara Baritone menggelegar disana, sampai beberapa orang mengangguk.

"Lepas!! Kalian siapa!! Jangan macem macem ya!! Tolongg!!! Tolongg!!" Teriak Kiara sekuat tenaga.

Titik
Okeh jangan lupa tinggalin jejak kalian

The Cruel Girl [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang