11

1.5K 72 2
                                    

Arloji!!" Suara menggema terdengar dari dalam rumah besar itu.
Vana yang tengah tidur nyenyak pun seketika kaget, dan langsung membuka matanya.

Hari minggu, adalah waktu yang pas untuk Vana tidur seharian. Bukanya cewek pemalas, tapi dia hanya tidak ingin membuang energinya untuk hal hal yang tidak penting.

"Arloji!! U waar?(kamu dimana?)" Teriakan melengking itu kembali terdengar.

Dengan paksa Vana bangkit dan keluar kamar lalu menemui wanita itu yang dia tau pasti Mamanya yang baru pulang.

"Ya?" Jawab Vana lesu.

" dit uur per dag nog steeds te slapen?(jam segini masih tidur?)" Tanya Emely, sang Mama.

"Mandi! Anak perempuan baru bangun jam segini!" Tegas Emely, dia memang tidak terlalu pandai berbahasa indonesia. Jadi agak kesusahan untuk berbicara, terkadang dia menggunakan Bahasa Belanda yang hanya beberapa saja Vana pahami.

"Go!"

"Brisik tau nggak!!" Balas Vana tajam.

"Arloji!! Saya ini Mama Kamu! jaga baik baik cara bicara kamu!" Kesalnya.

Emely, memang selalu memanggil Vana dengan panggilan Arloji.
memanggil Vana itu belum terbiasa untuk dirinya.

Dengan langkah pelan pun Vana kembali memasuki kamarnya dan segera membersihkan diri. Sebelum mendapatkan ceramah dari sang Mama.

"Bi Eni!" Panggil Emely.
seorang wanita paruh baya keluar dari arah dapur untuk menemui Emely.

"Ya nyonya?"

"Tholong buatin makanan untuk saya dan Arloji"

"Loh, Tuan nggak ikut pulang nyonya?" Tanya Bi Eni.

"No, dia masih banyak pekerjaan disana. Lagian saya pulang pun hanya ingin mengetahui keadaan Arloji. Nanti malam saya berangkat lagi!" Jelasnya.

"Cuma satu hari nyonya?"

"Yes. Saya tau, Arloji sudah bisa menjaga dirinya baik baik, tidak seperti tahun lalu! MEMALUKAN ANAK ITU!" ucapnya penuh
penekanan di akhir kata.

"Tapi nyony--"

"Cepat! Saya sudah lapar" ucapnya memotong kalimat Bi Eni.

"Baik nyonya!"

20 menit berlalu, Vana pun menuruni anak tangga untuk menemui Emely.
Dilihatnya Emely sedang sarapan disana. Vana pun dengan sigap langsung duduk berhadapan dengan wanita itu.

"Kemari, Mama mau bicara sama kamu" ucapnya.

"Apa?!" Jawab Vana ketus.

"Bagaimana sekolah kamu?"

"Apa kamu sudah mulai peduli dengan saya?" Tanya Vana sambil mengunya makanannya, membuat Emely seketika menghentikan kegiatan makanya dan menatap Vana.

"Arloji? Maksud kamu apa?"

"Bukanya dari dulu kalian nggak pernah peduli dengan kehidupan saya? Lalu untuk apa Mama Emely menanyakan tentang saya?" Vana melirik sekilas kearah Emely.

Vana memang selalu memanggil Emely, dengan sebutan Mama Emely semenjak dia naik kelas 9 smp.
Saat orang tuanya benar benar sudah tidak peduli dengan dirinya.

"Saya selalu dinilai buruk dimata kalian. Setiap apa yang saya lakukan selalu salah. Apa lagi waktu kejadian silam menimpa diri saya. Kalian selalu menyalahkan saya. Menyalahkan saya yang tidak bisa jaga diri lah, ini lah, itu lah. Masih banyak" jawab Vana mencoba santai.

"Ya! Memang kamu salah Arloji. Kamu ini sudah menjijikan dimata kami sebagai orang tua. Kamu melakukan itu semua seperti perempuan yang tidak pernah di didik oleh orang tua!" Jawab Emely setengah membentak.

Vana menyeringai jahat.
"Kapan kalian berdua mendidik saya? Bahkan saya pun tau sejak kecil saya diurus oleh Bi Eni sampai sekarang.
Saya sakit, Bi Eni yang merawat, saya sedang terpuruk, Bi Eni yang selalu menghibur. Saya mendapatkan nilai yang kurang bagus saat disekolah, Bi Eni juga yang membantu saya belajar.
Lalu? Kalian itu berperan sebagai siapa disini? Orang tua? Orang tua mana yang hanya memerintahkan anaknya untuk melakukan ini itu seenaknya?"

"Ya memang. Untuk kebutuhan saya kalian yang memenuhinya. Memberi makan, uang jajan, bahkan uang sekolah. Tapi apa saya hanya butuh uang untuk hidup? Nggak, saya juga butuh kasih sayang dan juga perhatian sebagai seorang anak.
Kalian selalu sibuk dengan pekerjaan kalian tanpa peduli saya disini.
Dan kemudian, saat kehidupan saya mulai suram? Kalian menyalahkan saya? Kalian bilang saya tidak bisa jaga diri? Kalian juga bilang saya perempuan menjijikan bahkan seperti perempuan tidak terdidik?
Itu semua salah kalian!!!!, kalian yang tidak memperhatikan saya.
Andai waktu itu saya diizinkan untuk ikut berlibur bersama kalian. Pasti ini semua tidak akan pernah terjadi. Karna apa? Karna kalian berdua Egois! Kalian hanya memikirkan kebahagiaan diri kalian sendiri tanpa membutuhkan kehadiran seorang anak. Lantas untuk apa saya ada?"

Vana mengakhiri kegiatan makanya.
Kemudian beranjak keluar rumah meninggalkan Emely yang masih bungkam disana.

Tapi sebelum dia benar benar menghilang dari ambang pintu dia sempat mengatakan sesuatu pada Emely.

"Lebih baik, Mama Emely kembali saja ke Belanda. Untuk apa Mama Emely datang kemari, Arloji tidak berharap dengan kehadiran Mama Emely disini. Kasih sayang yang kalian kasih sekarang itu udah terlambat. Arloji hanya butuh Bi Eni saja disamping Arloji. Dia yang benar benar tulus sayang sama Arloji, nggak kaya Kalian. PALSU!" Vana menekankan satu kata terakhir lalu pergi berlalu.

Bi Eni yang tak sengaja mendenar ucapan mereka pun seketika menitihkan air mata. Tidak sanggup dengan ucapan Vana yang diberikan padanya.

"Bi Eni sayang sama Vana, karna itu Bi Eni janji bakal jagain Vana sebisa Bi Eni, biar kejadian waktu itu tidak terjadi lagi!" Gumamnya.

Ya memang, semenjak Bi Eni menikah dengan pak Joko satpam rumah Vana, tidak dikaruniai anak. Maka dari itu kasih sayang mereka, mereka berikan untuk Vana yang memang ingin merasakan kasih sayang yang tulus dari kedua orang tuanya.

Bi Eni dan Pak Jokolah yang melatih Vana bela diri. Sejak kecil Kedua orang tua Vana selalu melarang Vana untuk ikut ini itu. Tidak penting katanya. Mereka hanya butuh kecerdasan Vana untuk melanjutkan perusaahaan mereka kelak. Egois bukan?

Anyeonggg:v
Hallo semuanya Author update lagi nihh, baca ya jangan sampe nggak baca.

Oh iyaa janga lupa kasih vote dan komen yah, biar author tau gimana sih cerita the cruel girl iitu menarik nggak ceritanya?

The Cruel Girl [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang