13

1.5K 71 1
                                    

Di sebuah ruang yang agak redup, berdirilah dua orang cowok dengan rahanya yang tegas.

Netra matanya yang hitam menatap tajam satu sama lain.

"Sebenernya ada hubungan apa elo sama Vana?!" Tanya Brian dengan nada setengah membentak.

Memecahkan keheningan di antara mereka.
Bimo menyeringai jahat.
Menikmati hembusan nafas Brian yang memburu.
Melihatnya seperti ini, adalah pandangan yang sangat indah bagi Bimo. Membuat adiknya dalam masalah pun, termasuk salah satu hiburan untuk dirinya.

Ya memang, hal buruk yang setiap Bimo lakukan, semua orang selalu mengira Brianlah yang melakukanya.

Bimo selalu mencari masalah di sekolah Brian. Bahkan dia pun pernah menghamili 4 siswi sekaligus yang berasal dari sekolah Brian.
Maka dari itu, guru guru selalu menyalahkan Brian, menghukumnya, bahkan menskorsnya.

"Kenapa? Dia cewek lo?" Bimo menautkan kedua alisnya dengan sempurna.

"Tinggal bilang aja apa susahnya sih?!!" Bentak Brian.

Bimo membalikan badan, memutuskan kontak mata diantara mereka.

Berjalan menuju balkon ruangan itu sambil melipat tanganya didada.

"Gue udah merampas hal yang paling berharga buat dia!!" Bimo menunjukan smirknya. Kemudian kembali membalikan badan dan menatap Brian.

"Kenapa? Lo suka sama dia?" Tanyanya.

Tangan Brian mengepal kuat, mengunci tubuhnya dengan emosi yang besar.
Cowok itu mendekati Bimo.

Bugh!

Satu tinjuan melayang bebas di rahang Bimo dengan mulus.

"Bajingan!! Lo tau?!! Gara gara lo, gue selalu disalahin sama cewek itu. Dia ngira gue yang merampas masa depan dia!!! Dan yang paling harus lo tau itu, dia kena gangguan jiwa gara gara lo!!! Lo tau?!!!" Tegasnya.

Bukanya menunjukan ekspresi terkejut, namun cowok itu malah tertawa keras, hingga suaranya menggema didalam ruangan itu.

"Itu yang gue pengin. Gue pengin dia gila, dan setelah itu bunuh diri karna nggak kuat hidup. Gue pengin itu, karna kalo dia nggak mati, rahasia ini bakal kebongkar. Dan gue, gue nggak mau hidup didalam penjara lagi!" Ucapnya pelan namun menusuk.

" tapi sebelum cewek itu gue bunuh, gue mau nikmati dia untuk kedua kalinya. Lo tau nggak? Tubuhnya hangat, nikmat, dan menggoda. Setiap gue liat dia, gairah gue semakin besar buat menyudutkan dia!" Tajamnya.

Cuih!!

Brian meludah tepat dihadapan wajah Bimo.

"Lo itu, benar benar menjijikan Bim. Lo nggak mikir gimana menderitanya Vana. Apa lo nggak kasian sama dia? Jangan jadi cowok bajingan hanya karna nafsu lo yang besar!" Ucap Brian.

Bimo tersenyum licik.
"Gue suka hidup gue. Gue bahagia hidup kayak gini. Nggak kaya dulu, menderita. Ini hidup gue, bukan lo. Jadi lo tinggal terima aja apa yang emang pantes lo dapet. Menderita karna ulah gue!" Setelah mengucapkan kalimat itu, Bimo berlenggang pergi meninggalkan Brian disana.

"Bimo!! Bim!! Bajingan lo!!!" Teriaknya.

"Ckk, argghh!!" Brian menjambaki rambutnya frustasi.

Baru kali ini Brian sangat tersiksa atas perlakuan Bimo pada Vana.
Padahal setiap siswi yang menyalahkan Brian, marah marah oadanya, pasti Brian selalu santai menjalankanya. Karna dia tahu Bimolah yang melakukan semuanya.

Tapi entah kenapa kali ini Brian seperti tidak sanggup menghadapi Vana.
Dia tidak kuat, Brian pun bingung kenapa rasanya berbeda dari biasanya.

*****

"Balikin nggak!!?" Bentak Vana.

Netra matanya yang biru melotot sempurna saat melihat Brian menghadanf jalanya menuju kantin sambil memegangi ponselnya.

"Gue mau ngomong sama lo!" Jawabnya dengan wajah datar.

Semua orang menatapnya, bahkan Kiara masih setia menunggu perdebatan itu selesai.

"Najis banget. Sini anjing!!" Tegasnya.

"Banyak bacod amat sih!" Dengan sigap Brian langsung menarik lengan Vana secara kasar hingga cewek itu meringia kesakitan.

"Lepas bego!! Sakit ini!!!" Desisnya.

"Makanya diem!!"

Sampailah mereka di taman belakang sekolah SMA 10 Cakra Indah.
Disana terdapat beberapa kursi kosong yang sudah mengarat dan kotor.
Sudah lama taman ini tak dikunjungi siswa.
Mungkin hanya merekalah yang baru datang.

"Buruan, gue sibuk!!" Ucap Vana sambil melipat tanganya didada.

"Gue udah tau semuanya!" Jawabnya.

Mata Vana mendelik dengan sempurna, menautkan kedua alisnya, kemudian menurunkan tanganya.

"Maksud lo?" Tanya Vana penasaran dengan topik pembicaraan Brian.

"Gue Brian, adiknya Bimo. Cowok yang udah ngambil semuanya dari lo!" Jawabnya, kemudian berbalik menatap Vana.

Dilihatnya cewek itu tengah tersenyum jahat.

"So? Gue percaya gitu aja? Lo nggak bisa bohongin gue Bri! Gue punya mata, jadi? Gue bisa liat orang yang ngrenggut masa depan gue waktu itu!"

"Dia Bimo!! Kembaran gue!!! Jadi. BERHENTI NYALAHIN GUE TERUS!!" ucapnya penuh penekanan.

"Gue capek disalahin terus sama lo. Dan inget, gue cowok juga masih punya masa depan. Gue punya harga diri. Jadi nggak mungkin gue serendah itu buat merkosa lo! Gue punya otak yang masih bisa digunain!"

Vana termenung. Tidak bisa berkata apapun. Bukannya malu, karna telah menuduh Brianlah yang melakukan itu semua.
Tapi karna tengah berfikir.
Cowok yang mencegatnya malam itu? Apa dia yang namanga Bimo?

"Bimo? Siapa?" Tanya Vana memelan.

"Dia itu kakak gue! Dia brandalan. Pemabok, preman. Jadi, jaga diri lo baik baik setelah ini. Gue udah ngasih tau lo yang sebenernya. Berhenti nyalahin gue, paham?!" Brian berjalan meninggalkan Vana yang masih tertegun disana

Author balik lagi nihh
Ayo baca terus cerita ini yaa
Author seneng banget kalo kalian suka sama cerita author ini

The Cruel Girl [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang