35

1.1K 48 7
                                    

Disinilah semuanya berada , di sebuah pemakaman umum  yang berada di Belanda .
Emely terduduk disebelah batu nisan itu , mengelusnya dengan lembut dan sayang .
Rasanya tidak percaya jika seseorang yang ia sayangi meninggalkanya secara tiba tiba , bahkan Emely belum sempat meminta maaf atas segala kesalahanya .

"Maaf , Maaf , aku merasa tidak percaya kamu akan pergi secepat ini" Air matanya kembali terjun , disebelahnya sang suami berjongkok .

"udah Mom , biar dia bahagia disana ,semua kesalahan kita pasti dimaafkan" ucap Erwin dengan mata berkaca kaca .

" tapi Dad , kesalahan kita sangat banyak denganya, bagaimana dia bisa pergi secepat ini?"

"itu semua udah takdir Emely , kamu harus tenang . Sudah ayo kita kembali kerumah sakit , Vana tidak ada yang menemani disana" Erwin membantu Emely berdiri .

"selamat Tingga Natta" ucap Emely .

Natta adalah salah satu teman kerja Emely , dulu Emely sering menghinanya karna perusahanya yang lagi lagi down , Emely mengejeknya . Namun suatu hari kantor Emely kemalingan dan banyak sekali uang yang hilang , sampai Akhirnya Natta lah yang menemukan maling tersebut dan membantunya mengembalikan uang miliknya, tapi Emely belum mengucapkan terima kasih karna Natta menyuruh orang untuk menyembunyikan semua itu dan barulah terbongkar beberapa akhir ini .

Tapi disaat Emely ingin semuanya membaik Natta malah meninggalkanya?

*****

Setibanya dirumah sakit, Emely dan Erwin dikejutkanya dengan tiga orang suster dan dua orang dokter disana, salah satunya dari indonesia.

"ada apa dok? Kenapa dengan anak saya?!" Panik Erwin.

Terlihat dokter dengan name tag Angga itu menghela nafas.
"dia sempat kejang lagi, dan mengeluarkan banyak darah dari area perutnya. Keadaan itu membuatnya kembali koma. Yang tadinya akan sedikit membaik dia malah membuang banyak darah dari tubuhnya. Alhasil dia perlu darah untuk saat ini, jika tidak__

Emely menitihkan air matanya, kemudian mendekati putrinya,"lakukan yang terbaik untuk putri saya, berapapun biayanya"

"baik, saya akan mencari pendonor darah Golongan B-, silahkan tunggu diluar, biar Vana kami yang menangani" ucap dokter Angga

*****

Sementara disisi lain Kini Brian tengah menemani Kiara makan di sebuah Caffe, rasanya sedikit risih jika Brian terus berdekatan dengan cewek itu.
Tapi bagaimana lagi? Bisa dibilang, Kiara adalah satu satunya orang yang mengerti perasaanya selain teman temanya itu, apalagi dia seorang cewek.

Brian takut, jika dirinya ingin membalas kebaikanya kepada Kiara, cewek itu menilainya lebih  ,Brian sangat khawatir dengan hal itu.

"Bri, lo nggak makan?" Kiara menatap makanan yang di pesan cowok itu. Pasalnya Brian terus saja melamun tanpa ada niatan melirik makanan tersebut.

"gue kangen sama Vana" ucap Brian membuat Kiara memutar bola matanya malas.

"Bri udahlah nggak usah mikirin dia" balas Kiara.

"gue nggak tau keadaanya sekarang"

Kiara menatap Brian sendu, jika dilihat Brian sepertinya sangat menderita karna jauh dengan Vana, tapi Kiara akan membuat Brian lupa dengan Vana dan mulai membuka hatinya untuk Kiara.

Cewek itu mengulurkan tangannya menggenggam tangan cowok itu.
"ada gue Bri yang selalu ada buat lo" ucapnya tersenyum manis. Cowok itu menatap Kiara, sedetik kemudian dia tersenyum, senyuman yang selalu di tutup olehnya untuk Kiara, tapi sekarang?

"makasih" balas cowok itu.

"ya udah, lo makan gih, biar nggak sakit" ucap Kiara dan diangguki oleh Brian.
Terlihat bahwa Kiara tersenyum licik disana.

"liat Van? Sebentar lagi cowok lo bakal jadi milik gue" batinnya.

*****
Raffi semkain geram dengan tingkah Kiara, hari demi hari Kiara malah tambah nempel dengan Brian.
Sebenarnya Brian juga salah, sudah tau kalau Kiara adalah sahabat Vana tapi kenapa dia tetep berdekatan seperti sepasang kekasih?

Saat mata Raffi tidak sengaja menangkap sosok Brian yang hendak memasuki kelas,
Raffi langsung berlari menghampirinya, kemudian menarik bajunya dengan kasar.

"Brian!" Panggilnya sambil menarik seragam Brian kasar.

Cowok itu sedikit terhuyung dan menatap tajam Raffi.

"maksud lo apa main tarik tarik hah?!" Tanyanya marah, disana Raffi hanya tersenyum miring.

"dasar cowok nggak punya otak!" Semprot Raffi to the point, sedangkan Brian hanya memincingkan matanya.

"lo itu cowok yang nggak punya otak asal lo tau! Pikiran lo di taro dimana sih? Udah berani selingkuh ya lo dibelakang Vana? Sama sahabat cewek lo sendiri pula!" Ucapnya.

" kalo ada keniatan selingkuh, nggak bisa cari cewek yang agak jauhan dikit, minimal jangan temen cewek lo sendiri deh! Lo nggak kasian sama cewek lo? Jauh disana pacar lo lagi berjuang sendiri nglawan penyakitnya, dan rasa sakitnya saat ini! Dan sekarang? Liat diri lo?" Raffi menunjuk kearah tubuh Brian.

"lo enak enakan disini, nempel cewek lain. Bener bener nggak punya OTAK! Lo mau nambahim rasa sakit yang lain sama Vana hum? Kalo Vana tau semua ini dia bakal kecewa banget sama lo. Dan gue salah, karna membiarkan Vana deket sama cowok kayak lo!" Raffi menepuk pundak Brian yang sedari tadi hanya diam.

"Kalo seandainya gue tau lo bakal kayak gini, harusnya gue ambil Vana dari lo!" Ucapnya tajam, kemudian berlalu meninggalkan Brian yanh hanya diam.

Yang dikatakan Raffi ada benarnya juga, tapi kan Brian hanya mengajak berteman dengan Kiara karna jujur saja dia membutuhkan teman cewek. Tapi sudahlah lagian Raffi hanya salah paham.

Brian melanjutkan langkahnya menuju kelas. Mengacuhkan beberapa bisikan para murid yang menatapnya penuh pertanyaan.

Guyys! Udah mau menuju ending loh, ayo terus baca yah, jangan lupa kasih vote and komentarnya.
Salam.

The Cruel Girl [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang