Khusus chapter ini author si penginya fokus sama Kiara dulu ya
Hari semakin gelap, bahkan matahari pun perlahan mulai tenggelam, bosan dengan kehidupan di bumi yang hanya memikirkan diri sendiri tanpa orang lain.
Langit hitam mulai bermunculan di sana sini menggantikan posisi matahari yang mulai menyerah untuk bertahan menatapa semua manusia yang di bumi, tapi itu akan dirasakan kembali keesokan harinya.
Anggap saja kini ia sedang mengisi stamina agar kuat dikeesokan harinya.Di pojok bangku taman rumah besar duduklah seorang cewek yang tengah menangis tersedu sedu disana.
Menghindari sebuah cekcokan didalam sana yang memang tidak ingin ia dengar.Kiara mengira semua itu sudah tidak akan terjadi, karna merasa kluarganya baik baik saja semenjak dua minggu belakangan ini.
Cerai!Cerai! Dan Cerai yang Kiara dengar. Kenapa harus kalimat itu yang keluar dari mulut mereka masing masing? Tidak ada kah kata damai diantara mereka? Kembali seperti dulu, keluarga yang harmonis dan humoris.
Kiara ingin itu, ingin yang dulu, dia begitu rindu dengan keadaan.Sebernarnya Kiara bisa saja ikut dalam perdebatan itu agar kedua orang tuanya kembali lagi, tapi terlalu sakit dan menyayat hati ketika mendengar kata kata kasar yang dilemparkan dari mulut kedua orang tuanya.
Pertengkaran itu, lagi lagi kembali muncul, menghalau semua hal hal yang Kiara inginkan, bahkan kebahagiaan Kiara pun sedikit menghilang ketika melihat dua orang yang ia sayang akan pisah secepat mungkin.
"Nggak!! Itu nggak boleh terjadi!!" Ucapnya. Dengan terpaksa kakinya melangkah masuk kedalam ruangan itu, ruangan yang begitu berisik, bahkan suaranya pun nyaring.
"Pokoknya saya ingin kita cerai!!! Sudah cukup semuanya! Kamu telah menyakiti saya dan anak saya!!" Teriak Nissa begitu keras.
"Kamu pikir saya juga mau bertahan dengan kamu??? Satu minggu kamu memberi waktu saya agar kita kembali seperti dulu, tapi apa? Kamu pun sama!!! Kamu sudah mempunyai pria lain disana!!! Kamu menyia nyiakan waktu itu untuk saya berintrofeksi diri, tapi kamu yang kembali memulai!" Balas Dedi tajam.
Nissa tersenyum remeh disana.
"Pria tidak tau diri seperti kamu itu pantas untuk saya Balas!!"Dada Kiara kembali sesak, dia melangkah maju menengahi mereka, sampai mereka pun menghentikan aksinya.
"Kiara? Kamu kenapa nak?" Ucap Nissa lembut yang mendekati Kiara.
Pandangan mereka bertemu, Kiara menatap mata itu, mata yang dulu indah, dan menenangkan kini berubah seakan akan semuanya telah lenyap, hilang. Mata itu kini dipenuhi dendam, bahkan begitu tajam.
Kiara bisa merasakanya."Mamah?" Desis Kiara, air matanya menderas.
"Papa?" Kiara menatap Dedi.
"Kiara mohon. Udah jangan berantem lagi. Udah cukup semuanya, Kiara pengin kayak dulu lagi. Kiara nggak mau liat mama sama papa berantem kayak gini. Hati Kiara sakit ma, pa, yang terus denger teriakan Mama sama Papa terus terusan" Kiara menghapus air matanya.
"Kiara sayang sama Mama sama Papa. Kalian pun juga sama kan sayang sama Kiara. Apakah kalian bakal terus terusan kayak gini? Kalian Mau kejadian dulu keulang lagi? Dimana Sela bunuh diri karna bosen denger kalian yang terus terusan berantem? KALIAN MAUU ITU KEULANG LAGI DAN KALI INI SAMA KIARA??!!!!!" Kiara berteriak keras didalam sana, sampai kedua orang tuanya pun melemparkan pandangan satu sama lain. Tubuh Kiara terduduk dilantai.
"Kiara punya hati, Kiara punya perasaan, Kiara bisa ngrasain sakit itu kalo liat kalian terus terusan gini, siapa lagi kalo bukan kalian ujung kebahagiaan Kiara? Kiara butuh itu, Kiara butuh keluarga, kebahagiaan, semuanya, Kiara butuh itu. Kiara. Sayang. Mama sama Papa!" Dia menenggelamkan kepalanya diantara lipatan kaki, bisa dirasakan sebuah pelukan hangat yang muncul dari sisi Kanan, dia mendongak, menemukan Nissa yang sudah meneteskan air matanya.
"Mama juga sayang sama Kia"
Kiara menengok kesisi Kiri, berharap Dedi pun melakukan hal yang sama.
"Akan saya urus surat cerainya, dan Kia ikut saya!" Suara yang begitu datar dan hampir membuat Kiara berhenti bernafas, pria itu melangkah pergi.
"Papa!!! Kia nggak mau!! PAPA!! BERHENTIII!!!" Kiara mengejar Pria itu sampai dia terjatuh diteras rumah. Papanya sudah pergi, keputusanya sudah bulat dan tidak bisa di ganggu gugat, inikah takdirnya, memilih takdir hidup dengan Ayah atau Ibu?
"Kia?? Maafin Mama" suara lembut itu kembali terdengar, Kiara bangkit dan beralih memeluk erat tubuh itu, dia menangis sejadi jadinya disana.
Dia terus menggelengkan kepalanya di bahu sang Mama, dia benar benar tidak menyukai semua ini, apa yang harus dia lakukan?
"Ma, Kia nggak mauu" ucapnya lirih.
Wanita paruh baya tersebut melepas pelukanya, kemudian menangkup kedua pipi anakanya.
"Kia, ini sebuah keputusan, Mama nggak bisa nyegah keputusan Papa mu, sekarang Keputusan Kia mau ikut siapa itu cuma ditangan Kia sendiri, Maafin Mama Kia, maafin Mama" Wanita itu pergi meninggalkan Kiara sendiri, memasuki mobil pribadinya dan berlalu pergi.Meninggalkan anak satu satunya yang masih bertahan dengan keadaan, meninggalkan seorang anak yang sangat menyayangi dirinya.
Hati Nissa terasa Lumpuh saat mendengar isakan demi isakan yang terdengar dari mulut Anaknya.Apakah dia Seorang Ibu yang jahat? Yang tega merusak segala kebahagiaan anaknya? dulu Dia sudah pernah menghancurkan sebuah hati kecil yang ia sayangi, anak yang belum tau apa apa tentang masalah ini, anak yang dengan mudahnya mengeluarkan air matanya setiap Kali perdebatan itu muncul.
Dan kini dia sudah Tiada, Sela bunuh diri saat usianya menginjak 15 tahun, saat dia sudah mulai tau semuanya, suara teriakan teriakan itu yang sering kali berputar di memorinya.
Sela tidak tahan akan semuanya, akhirnya dengan sia sia hidupnya ia akhiri dengan Cara menjatuhkan diri dari sebuah hotel yang dimiliki sang Ayah yang terletak di lantai 13.Dia tidak memikirkan apa tanggunganya di akhirat kelak. Dia tidak peduli, yang dia inginkan adalah sebuah ketenangan, kedamaian hidup dan kebahagiaan. Dan sekarang dia sudah meninggal 2 tahun yang lalu. Meninggalkan bekas luka dihatinya, bahkan dia memberi luka pada sang Kaka yaitu Kiara, kebahagiaan yang dipertahankan belakangan ini sudah lenyap dengan sendirinya.
"Selaa, Kakak Kangen kamuu, hiks" cewek itu menatap kearah langit, tersenyum penuh makna disana.
"Sela, kamu bisa liat? Hidup Kakak berantakan sekarang. Apalagi semenjak kamu ninggalin Kakak, Kakak ngrasa hidup kakak nggak berguna, kenapa kamu harus pergi secepat ini? Siapa yang bisa Kakak ajak ngobrol dengan situasi seperti sekarang? Nggak ada Sela, Cuma kamu yang Kakak pengin, Kakak sayang Selaa" air matanya kembali terjun, memenuhi manik mata yang sudah tertutup dengan benda cair yang berwarna bening disana.
Sebuah perasaan bercampur aduk yang Kiara rasakan saat ini, dia benar benar butuh seseorang saat ini, tapi siapa? Ataukan Vana?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cruel Girl [COMPLETED]
AléatoireSebelum baca harap follow!:v Vana Arloji, gadis yang kejam kepada siapapun. Kehidupanya berubah saat kehormatanya direnggut secara paksa oleh cowok brengsek itu. Vana tidak suka dengan orang orang disekitarnya. Karna apa? Karna mereka itu berpenampi...