~•~ Part 49 : Blue Mosque ~•~

870 52 16
                                    

Flashback on
Seorang anak laki-laki berusia sekitar 10 tahun sedang menggambar apa yang dia harapkan beberapa tahun ke depan.

"Gavin gambar apa?" tanya gadis kecil yang sedari tadi menahan rasa penasarannya terhadap gambaran sahabatnya itu.

"Natasyah gak boleh lihat dulu. Gambaran Gavin belum selesai" ujar Gavin sembari menjauhkan gambarannya dari Natasyah.

Natasyah berdecak kesal lalu menyibukkan diri dengan boneka-bonekanya. Gavin pun melirik Natasyah sekilas, lalu ia tersenyum dan kembali menyelesaikan gambarannya.

Beberapa menit kemudian, Gavin pun duduk di samping Natasyah yang tampaknya masih kesal dengannya.

"Nata" panggilnya. Natasyah hanya berdeham tanpa mau melihat Gavin disampingnya.

"Jangan ngambek dong. Sahabat Gavin gak boleh ngambek. Ini gambaran tadi. Nata mau lihat, bukan?" bujuknya sambil menyodorkan hasil gambarannya pada Natasyah.

Senyum Natasyah pun kembali merekah dan dengan semangat ia melihat hasil gambaran Gavin. Saat dilihat, ia mengernyit bingung.

"Apa maksud gambaran ini, Vin?" tanyanya sembari mengerjapkan matanya bingung.

Gavin tersenyum,."Ini gambar Gavin dan Natasyah" ujarnya.

Natasyah mendengus. "Iya, tapi kenapa ada putih-putih di sekeliling kita?" tanyanya.

"Ini harapan aku beberapa tahun ke depan bersama kamu, Ta" jelas Gavin yang semakin membuat Natasyah bingung.

Gavin tersenyum gemas karena melihat sahabatnya yang juga belum menangkap maksud ucapannya, "Yang putih-putih disekeliling kita itu adalah salju. Gavin berharap suatu saat nanti, Gavin dan Nata bisa bermain salju bersama-sama" lanjutnya.

Natasyah mengerti. "Gavin kangen Negara Spanyol?" tanyanya yang membuat Gavin mendongakkan kepalanya.

Gavin tersenyum simpul, "Sedikit" jawabnya singkat.

"Gavin tahu gak, Nata juga sering merindukan Negara Arab lho, karena banyak keluarga Nata yang tinggal disana. Nata yakin, suatu saat nanti, Gavin bisa pergi ke Spanyol dan berkumpul dengan keluarga Gavin disana, terutama nenek Gavin. Nata akan berdoa kepada Allah semoga harapan Gavin bisa terwujud" ujar Natasyah sambil tersenyum manis ke arah Gavin.

"Ternyata kamu sangat mengenalku, Ta" ujar Gavin sambil terkekeh kecil.

"Karena Nata adalah sahabat Gavin" sahut Natasyah yang juga ikut terkekeh kecil.

"Tapi, jika aku berharap kamu juga ikut bersamaku ke sana untuk bermain salju bersama, tidak salah kan, Ta?" tanya Gavin yang dibalas anggukan lembut dari Natasyah.
Flashback off

Seorang gadis tampak sedang menatap kosong ke arah jalanan kota Istanbul yang tertutupi salju dengan ditemani dengan segelas cokelat panas ditangannya. Kenangan-kenangan tentang ia dan sang sahabat kembali berputar di dalam otaknya bak kaset yang rusak.

"Assalamualaikum, Natasyah" sapa seseorang yang membuat lamunan gadis yang sekarang menjadi mahasiswi itu terbuyarkan.

"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh. Eh Stevani, ada apa?" sahut Natasyah.

Stevani berdecak kesal menanggapi pertanyaan dari sahabatnya itu. "Seharusnya gue yang nanya gitu ke lo. Ada apa? Kepikiran Gavin lagi?" tanyanya.

Natasyah mendesah lalu mengendikkan bahunya. "Saat kami berusia 10 tahun, Gavin pernah berharap ingin bermain salju di Spanyol bersama denganku. Salju yang sekarang turun di Negara Turki ini mengingatkanku tentang dia. Jadi, dialah yang tidak mau pergi dari pikiranku" keluhnya.

Ketika Diary Menjadi Saksi 📖 (COMPLETED✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang