Jika memang usahaku tidak membuahkan hasil, tidak masalah. Setidaknya aku sudah berusaha memperjuangkanmu hingga titik terbawah keputusasaanku.
~~~~•••••~~~~"A-aku dimana?" tanyanya dengan suara khas orang habis menangis.
"Kamu ada di ruang kesehatan, Natasyah" jawab Ludia yang ternyata sedari tadi berada disampingnya.
"Kenapa?" tanyanya.
Stevani menghela nafas gusar, "Kepala lo pusing setelah habis nangis tadi, terus lo jatuh pingsan. Untung gue datang tepat waktu. Jadi gue dan Ludia bisa bawa lo ke ruang kesehatan" jelasnya.
Natasyah memegangi kepalanya yang memang sedikit pusing, "Nathan. Apa dia tahu?" tanyanya.
Stevani dan Ludia kompak menganggukkan kepalanya. "Kembaran lo tadi ada disini. Wajahnya memerah, Syah. Kayak nahan marah gitu. Udah lihat kondisi lo yang terbaring di ruang kesehatan ini, dia langsung pergi entah kemana" jelasnya.
Pikiran Natasyah semakin kalut, kepalanya semakin pusing. "Dia pasti nyari Gavin" gumamnya khawatir.
"Lo gak usah terlalu bebani pikiran lo, Syah. Gue yakin Nathan gak akan melakukan sesuatu yang gegabah kepada Gavin. Gue yakin semuanya akan baik-baik aja" nasehat Stevani.
Natasyah menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang. "Hufft. Kenapa ini harus terjadi padaku, Vani, Ludia" desahnya.
Ludia menggelengkan kepalanya, "Ingat ya! Kamu gak boleh ngeluh. Ini semua sudah menjadi bagian dari takdir Allah, Syah" tegurnya.
"Oh ya, hampir kelupaan. Barakallah fii umrik, Natasyah. Doa terbaik dari kami berdua untuk sahabat dunia akhirat kami" ucap Ludia dan Stevani bersamaan sambil memegang sebuah kotak hadiah yang cukup besar dan sebuket bunga anggrek favoritnya.
"Subhanallah, aamiin ya Allah. Semoga kita bisa bersahabat hingga akhirat ya. Terima kasih sahabat-sahabat dunia akhiratku" balasnya sambil memeluk kedua sahabatnya erat.
Natasyah pun mengambil hadiahnya dari kedua sahabatnya. Masing-masing dari mereka membawa kotak hadiah dan sebuket bunga. Hingga Natasyah kesulitan untuk memegang hadiah-hadiah dari mereka.
"Maaf kalo kami telat ngucapinnya. Habisnya, pagi-pagi udah dapat yang kayak gituan aja" ujar Stevani sedikit kecewa karena rencana mereka untuk mengucapkan selamat ulang tahun pada Natasyah pagi-pagi sekali harus gagal.
Natasyah tersenyum menenangkan. "Kalian selalu mendoakan kebaikanku pun sudah menjadi kebahagiaan tersendiri bagiku" ujarnya tenang yang membuat Ludia dan Stevani kompak tersenyum lalu kembali memeluk Natasyah erat.
"Oh ya, Syah. Ada satu lagi nih" Stevani baru ingat bahwa ia melupakan sesuatu.
"Apa?" tanya Natasyah penasaran. Stevani pun mengambil sebuket bunga anggrek dan dua kotak hadiah dari belakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Diary Menjadi Saksi 📖 (COMPLETED✓)
Espiritual"Biarkan diary yang menjadi saksi bagaimana jika Allah sudah berkehendak. Biarkan diary yang menjadi saksi tentang seberapa besar kekuasaan Allah dan seberapa kecilnya kita sebagai hamba-Nya". ~•~ Author ~•~ #1 in remajaislam (12.06.2020) #22 in dia...