~•~ Part 33 : Bulan ~•~

596 39 6
                                    

Bulan, sampaikan rinduku pada dia. Dia yang namanya berhasil memenuhi hati dan pikiranku.
~~~~•••••~~~~

"PAPA" Teriak Natasyah terbangun dari tidurnya. Nathan pun melirik jam yang melingkar dipergelangan tangannya, masih pukul 22.00 WIB.

"Dek sadar. Kamu kenapa??" Tanya Nathan.

Selepas sholat tarawih tadi, entah kenapa Nathan ingin sekali tidur di kamar Natasyah. Natasyah sempat melarang, tapi karena keras kepalanya Nathan, Natasyah pun akhirnya mengalah.

Kalau biasanya cewek yang manja, tapi diantara Nathan dan Natasyah, Nathan lah yang sangat manja. Dia sangat suka bermanja dengan saudari dan mamanya. Namun, saat diluar rumah, Nathan menjelma menjadi lelaki yang tegas dan berwibawa. Luar biasa, bukan?

Nathan bersikap manja dan jahil kepada Natasyah bukan tanpa alasan. Natasyah adalah tipe gadis cuek, dingin, jarang berekspresi, acuh tak acuh terhadap sekelilingnya, itulah sebabnya Nathan suka sekali menjahilinya.

Sedangkan, Nathan sifatnya kebalikan dari Natasyah. Bukan hanya itu, Nathan lebih dekat dengan Mamanya, sedangkan Natasyah lebih dekat dengan Papanya.

Natasyah terbangun dari tidurnya dan meraup wajahnya kasar sambil mengucap istighfar. "Astaghfirullahal'azim" gumamnya.

Nathan pun menghampiri saudarinya itu dan menyodorkan minum diatas nakas agar ia bisa lebih tenang.

Setelah Natasyah meminumnya, ia pun terlihat lebih tenang. "Kamu kenapa?" tanyanya ulang.

Alih-alih mau menjawab, Natasyah malahan mengambil sesuatu dari dalam laci nakas. "Bang, jelasin sekarang! Apa hubungannya insiden jatuhnya pesawat ini dengan menghilangnya Papa" tegasnya.

Itu adalah kotak dari peneror yang waktu itu Nathan lihat secara diam-diam.

Nathan mengambil kotak itu dan terdiam, "Apa mungkin ini saatnya?" batinnya.

Melihat tidak ada respon dari Nathan, Natasyah pun yakin pasti ada yang disembunyikan.

"Bang, katakan kalau insiden pesawat itu tidak ada kaitannya dengan hilangnya Papa" ujar Natasyah dengan air mata yang mengalir dari pelupuk matanya.

Nathan masih tidak merespon, "Kalau abang tidak merespon berarti benar?" tanya Natasyah memastikan.

Nathan menarik nafas panjang, "Pa-papa, dia menjadi korban dari insiden pesawat itu, Vi" ujarnya sambil menahan sesak di dadanya.

Natasyah membekap mulutnya tidak percaya, "Gak! Itu gak mungkin! hikss..hikss. Papa masih hidup, Vio! hikss..hikss. INI GAK MUNGKIN! Papa masih hidup, bukan? hikss..hikss".

Nathan langsung memeluk erat tubuh adiknya itu. Inilah alasannya kenapa ia belum siap memberi tahu Natasyah.

"Maafkan abang. Abang terpaksa bohongin kamu selama ini. Abang gak mau membuat kamu dan Mama sedih" ujar Nathan.

Natasyah memberontak dipelukan Nathan. Meskipun sakit akibat berontakan dari Natasyah, tapi Nathan tetap kuat. Dia siap menerima apapun perlakuan adiknya padanya.

"Abang jahat! hikss..hikss. Abang gak pernah bilang kalau Papa pergi naik pesawat, bukan naik mobil, kenapa? hikss..hikss" ujar Natasyah sambil memukul-mukul dada Nathan.

Ketika Diary Menjadi Saksi 📖 (COMPLETED✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang