Mobil Fortuner milik Nathan baru tiba di garasi kediaman Luthfi Arthur tepat 30 menit sebelum adzan maghrib berkumandang.
Macet di Jakarta benar-benar parah, apalagi di jam pulang kerja seperti ini. Jadi wajar mereka baru tiba di rumah setelah 1 jam 40 menit terjebak macet.
"Assalamu'alaikum, Ma" salam Nathan dan Natasyah berbarengan lalu mencium punggung tangan Mamanya itu.
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh. Akhirnya anak-anak Mama pulang juga. Mama udah cemas banget tadi" ujar Leona.
Nathan bisa melihat raut khawatir dari Leona.
Nathan tersenyum menenangkan sambil merangkul sang Mama. "Mama gak perlu khawatir. Kan ada anak Mama yang ganteng ini. Jadi, semua akan baik-baik saja" ujarnya sambil terkekeh.
Natasyah mencebik. "Ya Allah sepertinya abangku terserang virus kepedean dan penyakitnya sudah akut. Sembuhkanlah kembaranku ini, ya Allah" sambil berlagak sedang berdoa.
Leona terkekeh melihat perdebatan anak-anaknya ini. "Udah-udah. Mending sekarang kalian bersih-bersih. Lalu, segera turun ke bawah, karena sebentar lagi buka puasa" titahnya dengan sisa tawanya.
Natasyah dan Nathan mengangguk patuh lalu segera masuk ke lift menuju lantai dua, tempat kamar keduanya berada.
~~~~•••••~~~~
Setelah melaksanakan shalat isya dan tarawih berjamaah di mushola rumahnya, Natasyah memilih duduk di window seat yang ada di kamar tidurnya, sehingga ia bisa menatap indahnya malam. Dengan ponsel dan headphone, Natasyah tampak rileks dan menikmatinya.
Sampai akhirnya, pergerakan seseorang yang menidurkan kepalanya di kaki Natasyah yang posisinya sedang duduk bersila. Natasyah pun menghentikan kegiatannya dan berdecak kesal saat orang tersebut malah memejamkan matanya.
"Kenapa kamu suka sekali mengganggu waktuku?" tanya Natasyah sedikit kesal.
Alih-alih menjawab, dia malah tampak semakin nyaman memejamkan matanya dengan melipat tangannya di depan dada.
"Hufft. Dasar saudara kembar yang menyebalkan" dengus Natasyah dan kembali melanjutkan kegiatannya tadi.
Membiarkan Nathan mengistirahatkan diri di pangkuan Natasyah. Toh dia juga merindukan posisi seperti ini.
Dulu, saat mereka masih kecil, Nathan sangat suka dengan posisi ini. Hampir setiap malam ia akan mengajak Natasyah duduk di gazebo sambil menatap indahnya bintang bertaburan di langit malam dengan posisi ia yang tiduran di pangkuan Natasyah.
"Via..." Panggil Nathan tanpa membuka matanya.
Natasyah pun sama, tidak sedikit pun menghentikan kegiatannya. "Hmm" balasnya.
"Maaf yang masalah tadi. Jika aku tahu kalau Gavin--" ucapan Nathan langsung berhenti saat melihat Natasyah menatapnya sendu seolah berkata 'jangan diteruskan'.
"Tidak perlu minta maaf. Semuanya sudah takdir Allah. Abang tidak salah apa-apa. Malah Via yang seharusnya berterima kasih karena abang sudah berusaha menghibur Via seharian ini. Abang adalah saudara terbaik yang Via kenal" sela Natasyah sambil tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Diary Menjadi Saksi 📖 (COMPLETED✓)
Spiritual"Biarkan diary yang menjadi saksi bagaimana jika Allah sudah berkehendak. Biarkan diary yang menjadi saksi tentang seberapa besar kekuasaan Allah dan seberapa kecilnya kita sebagai hamba-Nya". ~•~ Author ~•~ #1 in remajaislam (12.06.2020) #22 in dia...