~•~ Part 15 : Raka ~•~

718 39 3
                                    

Masalah itu hampir sama kayak laron, datang tiba-tiba dan sekali datang beramai-ramai. Hanya saja bedanya jika hujan penyebab laron berdatangan, maka masalah adalah penyebab datangnya hujan di kehidupan.
~~~~•••••~~~~

Flashback on
Saat itu setelah mereka meluapkan semua emosi mereka pada Renova, Gavin pun mengajak Raka untuk berbicara empat mata di rooftop sekolah.

"Ngapain lo ngajak gue kesini, Vin?" Tanya Raka bingung.

"Gak, gue lagi pengen ngobrol berdua aja sama lo" sahut Gavin tenang.

Raka berdeham sebentar, "Gak biasanya" gumamnya pelan namun masih bisa ditangkap oleh telinga Gavin.

"Gue pengen nanya sesuatu sama lo" ujar Gavin tiba-tiba.

"Apa?" Tanya Raka bingung.

"Lo suka ya sama Ludia?" Tanya Gavin to the point.

"Ngapain lo nanya gitu?" Tanya Raka balik.

Gavin berdesis kesal, "Gue hanya menyimpulkan dari cara lo membela Ludia dan marah besar pada Reno tadi" jelasnya.

Raka yang mendengar penjelasan itu menggelengkan kepalanya tak percaya, "Gue gak ada perasaan lebih sama Ludia. Gue lakukan itu karena gue gak suka lihat ada cowok yang bikin cewek nangis. Apalagi cewek itu sahabat gue juga" jelas Raka.

"Bohong lo, Ka. Gue meliy hal yang berbeda kok dari cara lo ke Ludia. Udah gak usah ngelak lagi, ngaku aja" goda Gavin sambil menyenggol pelan lengan Raka.

"Paan sih lo, Vin. Tahu apa lo tentang cinta, hah?" Tanya Raka serius.

Gavin terdiam sejenak, "Gue emang gak tau apapun tentang cinta, tapi entah kenapa gue yakin kalau lo ada perasaan sama Ludia" gumamnya.

"Jika lo emang yakin, berarti lo udah punya landasan dong?" Tanya Raka penasaran.

"Maybe, soalnya gue pasti akan ngelakuin hal yang sama jika Natasyah yang ada di posisi Ludia" ceplos Gavin tanpa sengaja.

"Jadi, lo punya perasaan lebih ke Natasyah? Sahabat masa kecil lo sendiri?" Tanya Raka penasaran.

Gavin menutup mulutnya yang tidak bisa diajak kompromi ini. Jadi sekarang Gavin tidak bisa mengelak lagi dari pertanyaan Raka.

Gavin mendengus pasrah, "Gue gak tau pasti, Ka. Tapi jujur, gue nyaman banget kalo lagi sama Nata. Dia bikin gue selalu gak bisa jauh dari dia. Tapi ketika gue ngobrol serius berdua aja sama dia, jantung gue berdetak lebih cepat" jelasnya yang membuat Raka tersenyum kaku.

"Fix, itu artinya lo udah mulai ada rasa sama Tasyah" simpul Raka yang dibantah oleh Gavin.

"Gak mungkin, seperti yang lo bilang tadi, Nata adalah sahabat gue. Selain itu, gue dan dia beda agama. Jadi, menaruh harapan ke Nata sama kayak mustahil" jelas Gavin.

"Gak ada yang mustahil. Tetap berjuang hasilnya serahkan kepada-Nya" ucap Raka menyemangati Gavin.

Gavin tersenyum, "Eh, kok jadi meleset bahas gue sih. Kan tadi lagi bahas lo, nyet!" Kesal Gavin.

Ketika Diary Menjadi Saksi 📖 (COMPLETED✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang