Tanpa sadar, ternyata Natasyah telah menangis berjam-jam lamanya. Hingga akhirnya, Natasyah lelah dan tertidur dengan mata yang sembab.
Tepat saat azan isya berkumandang, Natasyah menggeliat. Ia pun bangun dari tidurnya. "Astaghfirullah, sudah azan isya. Untung Via lagi gak salat" gumamnya.
Kruk!! Kruk!!
Perut Natasyah berbunyi. Natasyah akui, ia memang belum makan malam. Natasyah merasa lapar, tapi ia tidak sanggup untuk bertemu dengan keluarganya saat ini."Baiklah, Via akan makan nanti saja saat semua orang telah tertidur" gumamnya meyakinkan diri sendiri.
Natasyah pun beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
~~~~••••••~~~~
Pukul 23.00 WIB, Natasyah keluar dari kamarnya. Biasanya jam segini, Mama dan Papanya telah tidur. Begitu juga dengan asisten-asisten rumah tangga.
Dengan langkah mengendap-endap, Natasyah memasuki lift untuk turun ke lantai bawah.
Sesampainya di ruang makan, Natasyah mengintip tudung saji. Makanan kesukaannya yang tadi dimasak oleh Mamanya masih tidak tersentuh.
Natasyah yakin, Mamanya sengaja melakukan itu agar Natasyah bisa memakannya nanti. Mamanya tahu bahwa Natasyah pada akhirnya pasti akan turun untuk mengisi perutnya.
"Mama selalu perhatian dan mengerti keadaan Via. I love you, Mama" batin Natasyah sembari tersenyum.
Natasyah pun menarik kursi meja makan. Saat sedang menyantap makanannya, Natasyah sedikit terkejut saat mendengar suara kursi bergeser di depannya.
"Tumben berani makan sendiri, biasanya selalu minta ditemani" ujarnya yang sedikit membuat Natasyah tersentak kaget.
Natasyah pun menghentikan kegiatannya dan melihat ke arah sumber suara.
"Kak Zidan"
Zidan tersenyum. "Lanjutkan dulu makannya, nanti saja terkejutnya" ujarnya sembari terkekeh.
Zidan beranjak untuk membuat segelas susu hangat untuk dirinya dan Natasyah. Natasyah yang masih terkejut tidak berhenti memperhatikan pergerakan Zidan.
"Berhentilah memperhatikan kakak sampai segitunya. Lanjut makan saja, karena tidak boleh mengabaikan makanan dihadapanmu, Dek" ujar Zidan lagi tanpa menghentikan aktivitasnya.
Natasyah mengerjapkan matanya lalu kembali melanjutkan aktivitas makannya. Zidan benar, mengabaikan makanan tidaklah baik.
Setelah selesai mengisi perutnya, Zidan kembali duduk dengan membawa dua gelas susu hangat. Ia menyodorkan salah satu gelas ke Natasyah.
"Minumlah" titahnya yang dibalas anggukan patuh dari Natasyah.
Zidan tersenyum lalu ia pun juga ikut menyeruput minumannya.
"Bagaimana Kak Zidan bisa disini? Bukannya Kak Zidan lagi tugas di luar kota?" pertanyaan yang sedari tadi Natasyah tahan akhirnya terucap juga.
Zidan tersenyum. "Bagaimana seorang kakak membiarkan adiknya mengatasi masalahnya sendiri?".
"Kakak tahu...--"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Diary Menjadi Saksi 📖 (COMPLETED✓)
Spirituale"Biarkan diary yang menjadi saksi bagaimana jika Allah sudah berkehendak. Biarkan diary yang menjadi saksi tentang seberapa besar kekuasaan Allah dan seberapa kecilnya kita sebagai hamba-Nya". ~•~ Author ~•~ #1 in remajaislam (12.06.2020) #22 in dia...