~•~ Part 38 : HBD ~•~

564 36 23
                                    

Selamat ulang tahun untuk kamu yang telah membolak-balikkan hati seorang playboy sepertiku. Feliz cumpleaños untuk kamu yang telah mengubahku menjadi pejuang yang tak takut dengan kekalahan.
~~~~~••••••~~~~~

Pukul 05.45 WIB, Gavin telah selesai menyelesaikan birthday cake yang ia buat sendiri setelah empat cake gagal.

Sungguh, ini pertama kalinya ia membuat sebuah kue apalagi kue ulang tahun. Tapi sesuai tekadnya yang ingin memberikan hadiah istimewa untuk Natasyah, ia pun tidak menyerah.

Alhasil, Gavin menatap bangga birthday cake pertama yang ia buat dengan tangannya sendiri. Gavin senang bisa menyelesaikan kado ulang tahun untuk sahabat masa kecilnya itu.

Sebenarnya bisa saja Gavin membeli birthday cake untuk Natasyah, tapi dia tidak mau. Gavin ingin memberikan yang spesial untuk Natasyah. Ia ingin Natasyah menjadi orang pertama yang memakan kue pertama buatannya. Sama seperti saat mereka masih kecil, Natasyah adalah orang pertama yang mencicipi pie apel buatan pertama Gavin.

Sekarang birthday cake sudah siap untuk di bawa ke sekolah. Gavin pun bergegas ke kamarnya untuk berganti pakaian dan segera berangkat ke sekolah. Jika ia terlambat di hari ulang tahun sahabatnya, itu bisa merusak semua rencana Gavin.

Tepat pukul 06.15 WIB Gavin telah melajukan motor kesayangannya menuju sekolah tidak lupa dengan kado-kado ulang tahun Natasyah. Sepanjang perjalanan ia tidak henti-hentinya tersenyum membayangkan kebahagiaan Natasyah saat membuka kado darinya.

Karena Gavin berangkat lebih pagi, macet di jalanan tidak terlalu parah sehingga tidak terlalu memakan waktu untuk Gavin sampai ke pekarangan sekolahnya.

Gavin tiba di sekolah pukul 06.45. Hari ini adalah hari Selasa, jadi siswa-siswa disini tidak terlalu terburu-buru untuk datang ke sekolah seperti hari Senin.

Setelah memarkirkan motornya, Gavin tidak langsung menuju kelasnya. Tetapi ia harus mencari keberadaan Stevani dulu.

Stevani biasanya datang lebih pagi untuk hari Selasa, karena hari ini adalah jadwal piketnya di kelas. Dan dugaan Gavin benar, Stevani dan petugas piket lainnya sedang membersihkan kelas mereka.

"Stevani" panggil Gavin sedikit berteriak karena posisinya yang berada di ambang pintu kelas Stevani.

Stevani yang merasa namanya terpanggil pun menoleh, ia menatap bingung ke arah Gavin.

Gavin melambaikan tangan bermaksud menyuruh Stevani untuk mendekat ke arahnya. Stevani yang mengerti pun langsung melepaskan sapunya dan berjalan mendekati Gavin.

"Ada apa?" tanyanya saat sudah berhadapan dengan Gavin.

"Lo gak lupa sama rencana kita, bukan?" tanya Gavin.

Stevani sempat menerawang sejenak untuk mengingat apa yang dimaksud Gavin. "Oh iya ya. Gue ingat kok. Mana? Lo bawa kan?" tanyanya sedikit berbisik.

Gavin mengangguk lalu mengeluarkan beberapa kotak hadiah dari dalam tasnya dan memberikannya pada Stevani.

"Tolong lo urus ya, Vani. Lo tahu kan gimana posisi gue sekarang? Tasyah pasti akan menolak jika gue minta untuk bertemu. Jadi, tolong lo aja yang kasih ini ke dia ya. Pastikan dia memakannya. Jangan lo comot duluan!" cerocosnya.

Ketika Diary Menjadi Saksi 📖 (COMPLETED✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang