Belajarlah dari pasir, meskipun berkali-kali ditarik ombak, tapi dia tetap kembali ke tempat asalnya.
~~~~•••••~~~~
Byur!!!
Tabrakan yang cukup keras itu berhasil membuat jus Gavin tertumpah di kemeja seorang lelaki paruh baya yang terlihat amat kaya. "Ma-maaf, Pak. Saya tidak sengaja" ujar Gavin sambil berusaha membersihkan kemeja tersebut.
Namun, saat sedang membersihkan kemeja, tanpa sengaja Gavin membaca nametag lelaki itu, "Mr. Gilbert?" Tanyanya dalam hati.
Lelaki itu tampak sadar bahwa Gavin memerhatikan nametag-nya.
Ia pun merasa rusuh dan langsung menepis tangan Gavin cukup keras. "Tidak usah!" Tegas lelaki itu lalu berlalu meninggalkan Gavin.
Gavin terdiam di tempat, dia tidak memikirkan lagi tangganya yang sudah memerah akibat tepisan dari lelaki itu, pikirannya terus memutar nama lelaki itu.
"Pa-papa" batinnya dengan rahang yang mulai mengeras. Setelah melihat wajah lelaki itu dia kembali teringat dengan segala kejadian di rumah besar itu.
Sampai akhirnya lamunannya terbuyarkan dengan tepukan seseorang dari belakangnya. "Permisi" ujarnya.
Gavin pun memutar tubuhnya sehingga berhadapan langsung dengan orang tersebut. "Maafkan, Papa saya ya. Dia tadi sedikit kasar sama kamu" ujar lelaki itu.
Gavin terdiam, entah kenapa lidahnya keluh untuk bercakap.
"Maaf Den Crish, tuan menyuruh kita untuk segera pergi karena ada urusan lain yang menunggu" ujar sopir pribadi lelaki itu.
"Iya Pak" jawab Crishtian, "Ya sudah kalau begitu saya duluan ya, permisi" pamit Crishtian pada Gavin yang tidak bergeming.
Saat punggung Crishtian tidak terlihat lagi, Gavin pun tersadar dari pikirannya dan disaat bersamaan kakinya tiba-tiba melemah. "Kakak" gumamnya.
Raka, Revano, dan Steven pun segera menghampiri Gavin karena dia tak kunjung kembali setelah bilang mau mengambil minuman lagi. Melihat Gavin dalam keadaan lemas, mereka segera membantu Gavin untuk kembali berdiri.
"Lo kenapa, Vin?" Tanya Revano bingung.
Steven yang baru datang dengan segelas minum pun menanyakan hal yang sama. "Benar, lo kenapa sih? Tadi izinnya mau ambil minum lagi. Kok lo malah matung disini sih" ujarnya sambil menyodorkan segelas air untuk Gavin.
"Udah-udah, mending lo minum dulu deh. Lo kayaknya syok banget sampai kaki lo melemas gitu" saran Raka yang diangguki oleh Gavin.
Setelah Gavin meneguk air tersebut, "Tadi gue bertemu dengan kakak gue" ujarnya pelan.
Raka mengernyit bingung, "Kakak? Crishtian maksud lo?".
Gavin mengangguk, "Gue syok karena tadi dia sempat ngajak gue ngobrol, gue takut dia ngenalin gue. Tapi ternyata perpisahan selama bertahun-tahun telah merubah segalanya dari gue sampai kakak gue aja tidak mengenali gue" jelas Gavin.
"Terus lo ngomong apa?" Tanya Revano.
Gavin menggeleng, "Karena terlalu syok gue hanya bisa bungkam, Van. Gue gak tau mau ngomong apa".
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Diary Menjadi Saksi 📖 (COMPLETED✓)
Espiritual"Biarkan diary yang menjadi saksi bagaimana jika Allah sudah berkehendak. Biarkan diary yang menjadi saksi tentang seberapa besar kekuasaan Allah dan seberapa kecilnya kita sebagai hamba-Nya". ~•~ Author ~•~ #1 in remajaislam (12.06.2020) #22 in dia...