~•~Part 31 : Tanda tanya (2)~•~

587 40 7
                                    

Yang terlihat benar, belum tentu benar. Yang terlihat salah, belum tentu salah. Karena kita tidak boleh menilai sesuatu dari satu sisi saja.
~~~~•••••~~~~

Dengan nekatnya Nathan memasuki ruangan itu, ruangan pribadi Luthfi. Apalagi kalau bukan ruang kerjanya. Ia pun segera mencari sesuatu yang mungkin bisa menjelaskan sesuatu. Dia mencari di rak buku milik Luthfi, "Papa memang kutu buku, bukunya banyak dan tebal-tebal lagi" gumamnya saatnya sedang mencari di rak buku itu.

Mencari apa?? Nathan sendiri tidak tahu apa yang sedang ia cari, tapi ketika mengacak-acak rak buku milik Luthfi, ia sadar bahwa Luthfi menyeimbangkan antara ilmu dunia dan akhirat, "Pantas saja Papa bisa menjadi ustadz sekaligus pebisnis yang sukses. Vio salut sama Papa" batinnya tersenyum.

Saat sedang asyik melihat koleksi buku-buku milik Luthfi, tanpa sengaja Nathan menyenggol rak tersebut sehingga sedikit bergetar. Dan brugh!! Sebuah buku tebal mengenai pundak Luthfi. "Aissh" desisnya.

"Kenapa Papa letakin buku setebal ini di atas rak ya??" Tanyanya bingung. Karena penasaran, ia pun membuka buku tersebut. "Ini bukan buku, tapi album foto" gumamnya terkejut.

Ia pun memilih untuk duduk di kursi kerja Luthfi dan melihat lebih detail lagi foto-foto yang ada di album itu. Ternyata isinya adalah foto-foto keluarga, terutama foto dokumenter perkembangan Nathania dan Natasyah dari bayi hingga sebesar ini.

Saat sedang asyik, melihat foto-foto lucu masa kecilnya dan saudari kembarnya serta foto kemesraan Mama dan Papanya, Nathan pun terhenti di suatu foto yang di bawahnya tertulis "Tetangga yang baik" . Bukan tulisannya yang membuat Nathan terhenti, tapi foto Luthfi dan tetangga merekalah yang membuat Nathan terhenti.

"Ini kan foto Papa dan Om Umar, Abinya Raka" gumamnya. "Dan anak ini, boneka ini.. gak itu gak mungkin" lanjutnya.

Dengan cepat ia merogoh ponsel di sakunya dan segera menghubungi Zidan. Setelah terdengar Zidan menyahut di ujung sana.

"Assalamualaikum kak".

"Waalaikumsalam ada apa Than, ada berita baru??"

"I-iya kak, ini Nathan berhasil nemuin sesuatu di ruang kerjanya Papa".

"Apa?? Ruang kerja?? Yang benar aja kamu Than, kok kamu nekat banget masuk ke ruang kerjanya Papa Luthfi tanpa izin darinya".

"Hmm maaf kak, habisnya darurat, terpaksa Nathan masuk ke ruangan Papa tanpa izin, selain itu Papa kan gak ada di sini".

"Apapun alasannya, kamu tidak boleh masuk ke ruangan pribadi seseorang tanpa izin. Setidaknya kamu bisa izin sama Mama Leona kan??"

"Iya kak, maaf. Nathan ngaku salah, tapi ini lebih penting kak. Nathan nemuin sesuatu di ruangan ini".

"Nemuin apa hmm??"

"Album foto lama. Nah di dalam album itu, ada salah satu foto yang mungkin ada kaitannya dengan foto yang kita dapatkan di markas kak".

"Foto seperti apa yang kamu maksud??"

"Fo-foto yang judulnya disini tetangga yang baik".

"Ternyata ekspektasi kita benar Than, orang yang ada di foto itu adalah tetangga mu sendiri".

"Iya kak, tapi ada satu hal yang membuat Nathan tidak percaya".

Ketika Diary Menjadi Saksi 📖 (COMPLETED✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang