~•~ Part 34 : Kebingungan (2) ~•~

563 34 4
                                    

Sejahat apapun orang tua, tetap tidak akan tega menyakiti anaknya sendiri.
~~~~•••••~~~~

Suasana sarapan pagi di kediaman Mr. Gilbert tampak tenang dan hening. Hanya suara adu antara sendok dan garpu yang memenuhi telinga Crishtian.

Dengan ragu, Crishtian pun memecah keheningan. "Pa, pemilik coffee shop itu menolak menjual tanahnya" ujarnya yang membuat Gilbert terdiam.

Gilbert menatap putranya itu tajam, "Bagaimana bisa dia menolak? Apa kamu tidak bisa membujuknya?".

Crishtian menunduk. "Pa, dia sudah tahu keserakahan, Papa. Sifat buruk Papa itu bukan jadi rahasia umum lagi. Jadi, wajar dia tidak mau menjual tanahnya kepada perusahaan kita" jelasnya.

Gilbert membanting sendok dan garpu secara bersamaan sehingga membuat Crishtian terkejut. "Papa tidak mau tahu. Kamu harus bisa merebut tanah itu darinya" tegasnya lalu beranjak dari meja makan.

Rahang Crishtian mengeras, "PAPA! Berhenti merebut apa yang bukan milik, Papa. JANGAN JADI PENGECUT PA!" tegasnya.

Crishtian sudah tidak tahan lagi sekarang. Selama ini dia hanya diam dengan semua sikap buruk Pada itu, termasuk saat mengusir Gavin dulu.

Gilbert berbalik dan menatap tajam ke arah Crishtian. Biasanya Crishtian akan menunduk jika Papanya telah menatapnya seperti itu, tapi sekarang tidak lagi.

"JANGAN PERNAH MELAWAN PAPA CRISHTIAN!" bentaknya.

Crishtian tersenyum miring, "Melawan? Selama ini Crishtian diam melihat segala sifat buruk Papa. Crishtian menuruti apapun yang Papa inginkan. Tapi Crishtian lelah, Pa. Crishtian tidak bisa membiarkan Papa berbuat semena-mena lagi!".

Plak!!! Tamparan keras mendarat di pipi Crishtian. Sakit, karena ini pertama kalinya Gilbert menamparnya.

Sekarang dia mengerti betapa sakitnya menjadi seorang Gavin yang selalu mendapat perlakuan kasar dari Gilbert. "Ini semua karena kamu terlalu banyak memikirkan anak tidak berguna itu".

Crishtian menatap tajam ke arah Papanya. "CUKUP PA! Papa sudah cukup membuat Gavin menderita selama 8 tahun dan Papa juga telah mengusirnya, bukan? Lalu kenapa Papa masih saja menyalahkan Gavin untuk semua KEBODOHAN PAPA!" geramnya.

Sungguh, jika berkaitan dengan Gavin, Crishtian tidak akan tinggal diam lagi. Dia sangat menyayangi adiknya itu.

Gilbert kembali ingin melayangkan tamparan kedua untuk Crishtian, namun kedekatan batin seorang ayah membuat Gilbert membatalkan niatnya.

"Apa, Pa?! Papa mau tampar Crish lagi? Silahkan Pa!" Tegas Crishtian.

Gilbert menurunkan tangannya, "Pergi! Sebelum saya kehilangan kendali, lebih baik kamu pergi ke kantor sekarang!" titahnya yang ditolak oleh Crishtian.

"Tidak! Crishtian tidak akan pergi sebelum Papa membatalkan rencana Papa untuk membeli tanah itu!" ujar Crishtian kekeh.

Prang!! Guci yang tidak jauh dari Gilbert pecah. "CUKUP CRISH! KAMU HARUS PERGI ATAU KAMU AKAN MELIHAT PAPA TERLUKA SEKARANG!!" teriaknya yang membuat Crishtian meneguk salivanya.

Crishtian mendengus kesal lalu pergi meninggalkan Papanya. Crishtian sudah menduga, sejahat apapun orang tua, tetap tidak akan tega menyakiti anaknya sendiri.

Ketika Diary Menjadi Saksi 📖 (COMPLETED✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang