~•~Part 2 : Playboy~•~

2.1K 104 2
                                    

Meskipun playboy gini, gue juga masih punya hati kali.
~~~••••~~~

Hari berlalu begitu cepat, tanpa disadari saat ini sudah pukul 15.30 WIB. Itu berarti bel pulang sekolah sebentar lagi berdering.

Namun, sedari tadi pikiran Natasyah terus teringat pada ucapan Gavin di kantin tadi dan ucapan kakak kelas yang melabraknya tadi.

Natasyah flashback on
"Mau pesan apa, Ta? Biar Revano yang pesanin" tawar Gavin.

"Dih, kok jadi gue sih. Suka amat lu memerintah gua, Vin. Yang buruk aja kasih ke gua, sedangkan yang baiknya lo yang ngambil. Gak adil banget, nyet" cibir Revano.

"Ahh bac*t lo, Van. Gih pesanin aja napa?? Sekali kali lu beramal bantuin temen. Gue pesan yang kayak biasa aja ya" timpal Steven.

"Huh Steven, sekali kali apaan.  Hampir setiap hari ada. Ya udah lah, gue mah ngalah lagi. Kalian mau paan gih cepetan" titah Revano setengah kesal.

"Gue orange jus dan salad aja deh, soalnya tadi pagi gua gak sempet sarapan" sahut Gavin. "Kalau kamu mau apa Ta??" Lanjutnya.


"Samain aja Vin" respon Tasyah teramat singkat.

"Duain lah" timpal Stevani dan Ludia bersamaan.

Raka terkekeh sejenak, "Gua ikut lu mesan aja deh Van" ujarnya.

Saat Raka dan Revano pergi untuk memesan makanan, semua orang sibuk bercengkrama dan tertawa ria. Sedangkan Gavin dan Steven jangan ditanya lagi kerjaan mereka. Kerjaan mereka cari 'mangsa baru'.

"Hay cantik, udah makan siang belum?" Tanya Steven yang sedang menggoda adik kelas yang melintas di depan meja mereka.

Mendapat sapaan seperti itu, adik kelas ber-nametag Wanda itu tersipu malu. "Baru mau beli kok, Kak" gumamnya pelan sembari tertunduk malu.

Steven menjadi gemas sendiri karena adik kelasnya itu salah tingkah. Ia pun mencubit kedua pipi adik kelasnya itu, "Kamu lucu banget deh. Mau jadi pacar aku, gak?" Tanyanya.

Wanda semakin salah tingkah mendapat perlakuan seperti itu. "Hmmm, aku---"

"Kamu terlalu imut untuk menjadi pacarnya Steven, mending kamu sama aku aja sayang" sela Gavin yang mendapat tatapan sinis dari Steven karena Gavin berusaha mengambil 'mangsanya'.

Wanda menatap Gavin tanpa berkedip. Gavin mengatakan itu dengan penuh kharisma. Wanda tidak bisa menolak pesona Gavin. "Hmmm, tapi bukannya Kak Gavin masih pacaran dengan Kak Rahma ya?".

Gavin menarik tangan Wanda, lalu menggenggamnya, "Itu mudah, jika kamu mau jadi pacar aku, aku akan langsung putusin Rahma untukmu, sayang" ujarnya sembari mencium punggung tangan Wanda.

Wanda semakin salah tingkah. Wanda malu karena ini adalah kantin sekolah, tapi Wanda juga tidak bisa memungkiri bahwa ia bahagia diperlakukan oleh Gavin seperti ini.

"Dasar playboy kelas kakap, njir" gerutu Steven yang masih kesal karena Gavin masih saja berusaha mengambil 'mangsanya'.

"Wanda, jangan termakan omongan playboy kayak Gavin ya. Masih banyak kok cowok yang lebih rupawan dan setia. Daripada si Gavin. Gue ngomong gini, karena gue gak mau lo jadi korban selanjutnya. Mending sekarang lo pergi deh, sebelum lo semakin dibaperin sama nih anak" cerocos Stevani yang mendapat anggukan setuju dari Ludia dan Steven.

Ketika Diary Menjadi Saksi 📖 (COMPLETED✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang