~•~ Part 14 : Buku Harian ~•~

745 50 0
                                    

Persahabatan itu memang unik. Senang sama-sama, sedih sama-sama, bahkan terkadang jatuh cinta pada orang yang sama.
~~~~•••••~~~~

It's time to break
Suara pertanda istirahat itu sudah 3 kali berputar di telinga Gavin dan hal itu semakin membuat Gavin kesal.

Bagaimana tidak? Sekarang dia sedang berada di ruang BK. Tentu saja karena Pak Jojo telah melaporkan kelakuan Gavin kepada guru BK.

Sudah hampir 2 jam Gavin ditahan di ruangan laknat ini dan selama 2 jam itu juga Ibu Meli selaku wali kelas SC menceramahi Gavin tak henti. Demi apapun, Gavin benar-benar sangat jenuh mendengarnya. Belum lagi amarah dan bentakan Pak Bagas, benar-benar membuat Gavin muak. Sungguh, Gavin benci keadaan ini. Dia lebih suka langsung di hukum daripada harus disidang seperti ini.

Sampai akhirnya, Gavin sudah tidak kuasa menahan kekesalannya. "Pak, Bu, udah selesai sidangnya? Kalo sudah saya permisi keluar karena sekarang udah jam istirahat, saya harap kalian mendengar suara bel tadi" gerutu Gavin yang semakin menambah amarah Pak Bagas.

"GAVIN! KAMU ITU UDAH SALAH MASIH AJA BISA MENGGERUTU SEPERTI ITU" Sentak Pak Bagas yang malahan membuat Gavin tersenyum miring.

"Pak, gimana saya gak menggerutu. Saya hanya terlambat 10 menit tapi saya disidang selama 2 jam di sini. Apa itu terasa adil? Lalu bagaimana dengan kesalahan saya yg membabak belurkan Alfa bulan lalu? Bapak hanya men-skrosing saya kan?? Lalu kenapa hanya karena kesalahan kecil Bapak mau mengukum jasmani dan rohani saya, Pak?" Protes Gavin dengan nada santai tanpa ada rasa takut terhadap guru BK.

"Apa maksud kamu menghukum rohani kamu, hmm? Ibu kan hanya menasihati kamu sejak tadi. Seharusnya kamu menghargai ibu yang sedari tadi lelah menasihati kamu, Gavin" tanya Ibu Meli masih berusaha sabar.

Gavin menggelengkan kepalanya tidak percaya, "Ibu ini gimana sih, Bu? Ibu menasihati saya emangnya saya yang minta? Gak kan Bu? Ibu menasihati saya tanpa persetujuan dari saya. Itu sebabnya semua nasihat ibu menyiksa rohani saya" ujarnya.

"GAVIN!" Tegas Pak Bagas lagi.

"Apa, Pak? Bapak mau hukum saya? Silahkan saja! Tapi izinkan saya keluar dari tempat ini, Pak. Saya jenuh dengar ceramah kalian!" balas Gavin yang membuat kedua guru di hadapannya ini menyerah.

"Oke, kalo itu kemauan kamu Gavin, bapak akan kasih hukuman pada kamu. Pulang sekolah nanti kamu harus bersihkan koridor kelas XI seluruhnya, tanpa terkecuali. Mengerti kamu?!" Tegas Pak Bagas.

"Nah, gitu donh, Pak. Kenapa gak dari tadi coba? Kalau begitu saya permisi balik ke kelas dulu ya, Pak" pamit Gavin yang dibalas dehaman oleh kedua gurunya itu.

Gavin pun bergegas menyusuri koridor sekolah menuju kelasnya, namun tak sengaja ia berpapasan dengan Raka.

"Eh, Gavin untung gue ketemu lo di sini" ujar Raka sambil cengengesan.

Gavin berdeham sejenak, "Pasti ada kemauan nih" sahutnya.

Raka terkekeh kecil, "Lo tau aja sih, Vin. Gini Vin, lo ada pena dua gak? Soalnya pena gue habis, di koperasi lagi kehabisan stok. Gue gak mungkin untuk keluar gerbang jam segini karena harus mantau anak-anak OSIS yang lagi patroli" jelasnya.

"Oh, jadi intinya lo mau pinjam pena gitu?" Tanya Gavin ulang.

"Iya Vin. Ada gak?" Tanya Raka memastikan.

Ketika Diary Menjadi Saksi 📖 (COMPLETED✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang