Oliv pov
Sepulangnya dari sekolah aku langsung berlari ke kamar. Rasanya aku sangat malas bertemu dengan siapapun saat ini. Aku ingin segera menumpahkan kesedihan yang sedari tadi aku tahan. Aku mengunci pintu kamarku. Dari dalam aku bisa mendengar mama berteriak memanggil namaku dari bawah. Karena tidak ada sahutan, mama akhirnya mengetuk-ngetuk pintu kamarku dan menyuruhku keluar untuk makan. Namun, aku sama sekali tidak berniat untuk melakukan apapun. Alhasil aku hanya mengabaikan teriakan mama.
Ntah sudah berapa lama aku menangisinya. Yap, siapa lagi kalau bukan Gangga. Aku bisa membayangkan betapa Gangga membenciku sekarang. Atau mungkin dia tidak mau bertemu denganku lagi. Kini ku tatap pantulan diriku di cermin. Satu kata, menyedihkan. Ya, kata-kata itu sangat sesuai dengan diriku sekarang. Rambut panjangku acak-acakan, mata yang membengkak, dan hidung yang memerah. Bahkan seragam yang ku kenakan sudah kusut akibat tidak segera aku ganti. Tiba-tiba aku mendengar sebuah notifikasi dari hp-ku. Sedari tadi aku memang belum membuka hp-ku dan banyak sekali notifikasi yang aku yakini dari grup. Aku juga tidak mengerti, rasanya ingin sekali aku melihat pesan yang baru masuk tersebut. Aku pun mengambil hp-ku dan aku bisa melihat bahwa pesan itu dari Gangga.
Gangga Pradipta : Liv
Mataku membelalak melihatnya.
"Aku gak salah kan? itu Gangga?", batinku. Aku pun menyiapkan mental-ku untuk menerima apapun yang akan Gangga katakan. Setelah aku rasa keberanianku sudah cukup. Aku pun membalasnya.Oliv : Iya, kenapa, Ga?
Gangga Pradipta : Lo lagi sibuk gak? Ada yang mau gue sampein sama lo.
Tidak salah lagi, pasti Gangga akan membahas masalah itu.
Oliv : Nggak kok. Yaudah sampein aja gapapa.
Gangga Pradipta : Gue minta maaf sebelumnya sama lo. Kemarin gue denger Bams sama Gery bilang kalo lo suka sama gue dari awal masuk sekolah. Gue menghargai lo yang udah suka gue. Tapi gue minta maaf. Gue gak tau sama perasaan gue sendiri. Terkadang gue ngerasa bisa buka hati gue buat org lain. Tapi terkadang juga gue ngerasa kalo gue gabisa mempercayai siapapun lagi. Jadi gue minta tolong sama lo untuk jangan terlalu berharap sama gue. Karena bahkan gue juga ga ngerti sama diri gue sendiri. Dan gue ga sesempurna yang lo pikirkan.
tes..tes
Tanpa aku sadari, air mata itu mulai berjatuhan. Kalimat yang sukses membuat hatiku bagai ditusuk seribu jarum. Salahkah jika aku berharap dengannya? Apakah harapanku mengganggunya? Apa yang harus aku katakan sekarang? Apa aku harus mengakuinya? Aku sungguh tak tau apa yang harus aku lakukan. Aku menarik nafas panjang dan mulai mengetik.
Oliv : Iya, aku akuin aku emg suka sama kamu dari awal kita masuk sekolah. Aku juga tau apa yang buat kamu gabisa buka hati buat perempuan lagi. Maafin aku ya udah terlalu berharap sama kamu. Dan makasih kamu udah mau kasih penjelasan buat aku biar kedepannya aku ga berharap lagi sama kamu :)
Author povFake smile. Itu yang Oliv coba lakukan sekarang. Ia mencoba untuk tetap tersenyum walaupun ia tak bisa menahan air mata itu untuk berhenti jatuh ke pipinya. Ia berusaha untuk menguatkan dirinya sendiri yang bahkan terlalu rapuh untuk dapat berkata-kata. Gangga yang begitu ia sukai bahkan memintanya untuk tidak berharap padanya. Akhirnya semua yang ia takutkan menjadi kenyataan. Semua kebahagiaan yang ada tentang Gangga telah sirna. Tidak ada lagi Gangga yang hangat padanya. Berganti dengan Gangga yang berusaha menghindarinya. Bahkan semuanya telah mengetahui bahwa Oliv menyukai Gangga. Oliv sangat malu akan hal itu. Semua teman-temannya mengejeknya dengan Gangga dan Oliv tahu Gangga tidak menyukainya. Oliv tahu itu hanya akan membuat Gangga semakin membencinya.
Oliv terlalu lelah menangis hingga tanpa ia sadari ia mulai tertidur.Untungnya kejadian itu berlangsung saat akan liburan sekolah. Jadi Oliv tak harus mencari cara untuk menghilang dari pandangan Gangga. Menurutnya ini jalan terbaik untuk saat ini. Lebih baik jika ia tidak menemui Gangga dulu untuk sementara waktu. Ia akan menyembuhkan luka hatinya dulu untuk bisa melihat Gangga lagi. Namun semakin Oliv mencoba melupakan Gangga, ia semakin teringat akan sosok lelaki itu. Ia tak bisa menyangkal bahwa ia merindukannya. Ia ingin sekali melihat senyum lelaki itu. Senyum yang bisa membuat hatinya berdegup kencang.
Saat ini, teman-temannya mengajak Oliv untuk ikut mereka berlibur ke Bali. Sebenarnya mamanya mengizinkan Oliv untuk ikut. Namun ia tahu bahwa pasti Gangga juga ikut. Ia masih belum siap untuk bertemu dengan Gangga. Ia sangat malu terhadap Gangga setelah kejadian kemarin. Oliv hanya bisa memandangi foto-foto yang dikirimkan oleh Feli dan Kiran di grup. Mereka tampak sangat bahagia dan menikmati liburannya. Ada foto Feli dan David yang sedang menatap sunset. Ada foto Gery yang menggendong Kiran dengan ekspresi bahagianya. Ada foto Shareen dan Bams yang sedang bertengkar. Dan yang terakhir, ada foto Gangga yang sedang melirik ke arah kamera.
"Tampan".
Ganteng banget kann si Gangga! 😍 Gimana Oliv gak tergila-gila???!
Jangan lupa vote & comment ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Different Story
Teen Fiction[COMPLETED] Awalnya semua berjalan bagaikan keajaiban~ Seorang remaja yang di masa kecilnya tidak memiliki teman. Namun semua berubah saat ia menginjak bangku SMA. Dimana ia bisa berteman dengan banyak orang dan mulai membuka diri. Baginya ia menemu...