Part 27 : Awal Perpecahan

57 10 0
                                    

"Liv, La, Fel, gue mau ngomong sama lo bertiga"

Setelah itu kiran menatap Shareen sinis. Feli, Lyla, dan Oliv pun menatap Kiran bingung.

"Kenapa gak disini aja?", tanya Feli.
"Gue gak mau ada orang lain yang denger selain kita!", ucap Feli sambil melirik Shareen.
"Mau ngomong dimana?", tanya Lyla.
"Kantin aja", balas Kiran singkat.

Mereka bertiga pun mengikuti Kiran menuju kantin. Sebelum itu, mereka berpamitan pada Shareen.
"Reen, bentar ya. Kita ngomong sama Kiran dulu. Kayaknya dia ada masalah", ujar Oliv.
Shareen pun hanya mengangguk lemah. Dapat Oliv lihat dari raut wajahnya bahwa saat ini Shareen sedang bersedih.

Kini Feli, Kiran, Oliv, dan Lyla sedang duduk di bangku kantin paling pojok. Mungkin Kiran sengaja agar tidak ada yang mendengar percakapan mereka.
"Kenapa sih, Ran? kayaknya rahasia banget", tanya Feli penasaran.
"Gue mau tanya sesuatu sama kalian"
"Tanya apa? tanya aja", sahut Lyla.
"Kalian pilih gue atau Shareen?"
"Maksudnya apa?", tanya Oliv tak mengerti.
"Ya, gue liat lo bertiga kayaknya seneng banget tuh berteman sama si Shareen. Bahkan kalian gak inget sama gue. Mungkin posisi gue udah digantiin sama Shareen. Iya, kan?"
"Lo apaan sih, Ran. Kata siapa posisi lo digantiin sama Shareen? Dan kita sama Shareen juga temenan. Selama ini lo sibuk sama Gery dan kurangin waktu lo buat kita. Itu yang ngebuat kita bertiga makin jauh sama lo", ujar Lyla berusaha menjelaskan.
"Gue sama Gery juga karena Gery udah banyak bantuin gue selama ini. Gak mungkin gue tinggalin dia sementara dia bergantung sama gue"
"Terus lo maunya kita gimana sekarang?"
"Gue bakalan keluar dari persahabatan ini. Dan silahkan lo semua gantiin gue sama Shareen seperti yang lo semua mau", kata Kiran sambil meninggalkan Oliv, Feli, dan Lyla dengan penuh tanda tanya.

Ketiganya sangat bingung dengan pernyataan Kiran tadi. Apakah tidak bisa jika mereka berlima berteman saja? Mengapa harus memilih salah satunya? Mereka bertiga benar-benar dilanda kebingungan yang besar sekarang. Disatu sisi mereka tidak ingin kehilangan Kiran yang sudah dekat lama dengan mereka. Namun disisi lain, mereka juga tak ingin hubungan pertemanannya dengan Shareen merenggang.

Oliv, Feli, dan Kiran memasuki kelas dengan ekspresi yang tidak bisa diartikan. Dapat mereka lihat kini Kiran sudah berpindah tempat duduk ke samping Gebri. Dan Shareen yang sedang mencoret-coret kertas asal seperti sedang ada yang dipikirkannya. Ketiganya saling memandang satu sama lain. Tidak ada dari mereka yang menyapa Kiran maupun Shareen. Mereka berjalan menuju tempat duduknya dengan tatapan kosong.

Siang ini, Gangga mengajak Oliv untuk duduk di cafe depan sekolah sebelum mengantarnya pulang ke rumah. Ntah apa gerangan, cafe yang biasanya penuh dengan siswa siswi SMA Nusa Bangsa, kini terlihat sangat sepi. Bahkan hanya ada dua meja yang terisi, salah satunya meja Oliv dan Gangga.

Setelah memesan makanan, Gangga dan Oliv pun berbincang-bincang. Mereka membahas berbagai hal mulai dari pelajaran, guru, sampai teman-teman lama Gangga. Oliv dapat melihat sisi lain dari diri Gangga. Ia anak yang banyak bercerita apabila dipancing. Sehingga Oliv berusaha untuk mencari topik dan pertanyaan untuk Gangga. Hingga pada akhirnya tibalah di topik yang membahas tentang Kiran.

Oliv menceritakan tentang semua permasalahan antara Shareen dan Kiran. Ia bingung apa yang harus ia lakukan sekarang. Kini yang bisa ia lakukan adalah menjauhi Shareen dan Kiran. Sehingga ia bertanya saran pada Gangga siapa tahu lelaki itu mempunyai solusi atas permasalahannya.

"Kalo menurut gue sih kalian salah. Kenapa kalian harus ngejauhin Shareen sedangkan Kiran aja gak mikirin perasaan kalian?"

Oliv tertegun. Yang dikatakan Gangga tidak sepenuhnya salah. Namun, ia juga sedikit kesal karena Gangga tidak bisa memahami posisinya saat ini. Andai saja Gangga berada di posisinya juga pasti ia akan mengalami dilema yang besar.

"Tapi aku bingung, Ga. Aku udah anggap Kiran kayak sahabat atau bahkan keluarga aku sendiri. Aku gak bisa mutusin hubungan persahabatan itu gitu aja"
"Ya, lo tinggal pilih. Shareen yang ada buat lo atau Kiran yang rela ninggalin lo demi pacarnya. Dan menurut gue, cara lo emang salah"

Kini Oliv hanya terdiam tidak membalas lagi perkataan Gangga. Ia sibuk tenggelam dalam pikirannya sendiri. Gangga menyadari perubahan raut wajah Oliv dan ia sedikit menyesali perkataannya tadi.

"Itu mie diliatin aja? Pengen banget gue suapin ya?"
"Eh engga kok. Kata siapa? Ini baru mau dimakan", jawab Oliv dan langsung memakan mie-nya dengan wajah yang sudah semerah tomat.

Gangga hanya tertawa kecil melihat tingkah teman spesial nya itu. Setelah menghabiskan makanan mereka, Gangga pun mengantar Oliv sampai ke rumahnya.
"Makasih ya, Ga", ucap Oliv.
"Sama-sama. Dan gue minta maaf ya sama kata-kata gue tadi. Gue gak bermaksud nyudutin lo kok. Tapi semoga aja dengan itu lo bisa tau langkah apa yang harus lo ambil", ujar Gangga sambil tersenyum tulus.

Meleleh.
Hati Oliv meleleh melihat sosok Gangga-nya itu. Ia sangat bijaksana dan membuat Oliv merasa malu dengan apa yang telah ia lakukan. Masih seperti mimpi bagi Oliv bisa mendapatkan sosok sesempurna ini. Ntah sudah berapa kali Oliv menyebutnya sempurna. Namun, Gangga memang sempurna di matanya.

Malam harinya

Kini Oliv tengah berbaring menatap langit-langit kamarnya. Ia sedang memikirkan berbagai masalah yang menimpanya hari ini. Biasanya Oliv selalu mendapatkan notifikasi dari grup nya dengan Feli, Kiran, dan Lyla. Namun kini, hening. Hanya notifikasi dari Gangga yang menemaninya. Tiba-tiba ia dikejutkan oleh sebuah notifikasi yang ia yakini bukan berasal dari Gangga. Karena tadi Gangga sudah bilang kepadanya kalau ia akan tidur duluan. Ia pun membuka chat tersebut, dan tenyata itu dari Bams.

Bams : Lo tega ya buang temen lo sendiri, Liv. Gak nyangka gue. Ternyata dibalik wajah polos lo itu, lo gak lebih dari sekedar orang munafik!

Wah kenapa nihh Bams marah sama Oliv? Ada yang bisa nebak?

Bantu vote yaa! ❤️

Different StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang