Part 39 : Saksi Bisu (END)

91 7 0
                                    

"Oliv"

Oliv segera berbalik dan menemukan sosok yang selama ini ia cari, sosok yang selama ini ia rindukan, kini sedang berdiri di hadapannya. Lelaki itu tidak berubah sedikitpun. Tatapan matanya yang tegas, senyumnya yang menawan, semuanya masih sama seperti 2 tahun yang lalu.

Tanpa Oliv sadari air matanya mulai turun membasahi kedua pipinya. Perasaannya sulit dijelaskan untuk saat ini. Antara senang, sedih, terkejut, kecewa, ntahlah Oliv sendiri bahkan tak tahu bagaimana perasaannya saat ini.
"Apa kabar?", sapa lelaki itu.

Tak ada jawaban. Oliv bahkan tak mampu untuk berkata-kata. Lidahnya kelu sehingga membuatnya tidak bisa mengeluarkan satu suara pun.

"Gue minta maaf"
"Kenapa baru sekarang?"
"Karena gue takut"
"Kamu kemana aja selama ini? Kenapa tiba-tiba menghilang tanpa ngabarin siapapun? Kamu pernah mikir gak gimana khawatirnya aku? Gimana bingungnya aku?"
"Gue minta maaf"
"Aku cuma butuh penjelasan, Ga"
"Gue lari dari lo, Liv. Gue akuin gue emang salah kasih harapan itu buat lo. Buat gue itu bukan sekedar harapan tapi seandainya itu benar terjadi gue akan sungguh-sungguh dengan ucapan gue. Tapi semakin gue berkeyakinan kayak gitu, semakin gue takut bakal nyakitin lo lagi. Gue takut buat lo nangis lagi. Gue cuma mau liat lo nangis bahagia karena gue, bukan tangis kesedihan karena kesalahan yang gue buat"

Oliv terdiam dan hanya menatap Gangga yang juga sedang menatapnya. Tatapan mereka adalah tatapan kerinduan dan kebahagiaan. Ingin rasanya Oliv memeluk lelaki dihadapannya ini. Ingin rasanya Oliv berteriak menceritakan bagaimana ia menahan perasaannya selama ini.

"Buat aku kebahagiaan itu kamu, Ga. Kamu kayak racun sekaligus penawar buat aku. Kamu buat aku luka dan cuma kamu yang bisa buat aku bahagia setelahnya"
"Kalung itu?"
"Iya, aku pake kalung ini. Aku gak pernah lupain kata-kata kamu. Kalung ini adalah harapan aku buat ketemu kamu lagi. Setiap aku liat kalung ini, aku yakin bahwa tuhan akan mempertemukan kita dengan takdir"
"Itu tandanya lo siap untuk hidup sama gue selamanya?"
"Kalung ini jawabannya. Aku yakin kamu pasti ngerti maksud aku. Aku mohon jangan pergi lagi, Ga"
"Gue akan tetap disini sama lo. Gue gak akan menghilang lagi, Liv. Dan gue janji mulai detik ini gue akan berusaha buat kasih lo kebahagiaan yang dulu belum sempat lo dapetin"
"Makasih udah nunggu buat gue, Liv"
"Makasih udah kembali buat aku, Ga"

Senja menjadi saksi bisu kedua insan yang kembali bersatu ini. Senja menjadi saksi bagaimana kebahagiaan kembali tercipta pada setiap hati yang telah sakit. Benar kata orang bahwa kita pasti akan mendapatkan kebahagiaan yang kita mau. Mungkin bukan pada waktu yang kita inginkan, tapi pada waktu yang lebih baik di kemudian hari. Kisah mereka berdua menjadi pelajaran bahwa tidak ada yang mustahil di dunia ini, bahkan untuk hal yang kita anggap tidak akan pernah terjadi. Harapan tak selamanya buruk, harapan tak selamanya menyakitkan, justru harapan akan membuat kita bangkit dan mampu melihat suatu hal dengan sudut pandang yang lebih luas.

"Gangga"
"Iya?"
"Ucapin satu kata-kata romantis dong buat aku"
"Tapi gue gak bisa romantis"
"Jadi kamu gak mau nih buat aku bahagia?"
"Gue punya cara sendiri buat bikin lo bahagia, princess", jawab Gangga sambil mencubit pipi Oliv gemas.
"Liv"
"Iya?"
"Lo inget janji gue buat bilang sesuatu ke lo di tempat yang indah gak?"

Oliv kembali mengingat-ingat apa yang pernah Gangga katakan padanya.
"Di bawah senja yang paling lo suka ini, gue mau bilang sesuatu sama lo"
"Mau bilang apa? Jangan buat aku deg-degan deh"
"Makasih lo udah dateng ke hidup gue dan buat gue sadar apa itu ketulusan"
"Makasih juga karena kamu udah izinin aku buat masuk ke hidup kamu dan ajarin aku bahwa pengorbanan gak selalu berakhir kesedihan"
"Kita satu untuk selamanya", ujar mereka berbarengan.


~The End~

Different StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang