Pagi ini langit terlihat mendung. Seakan semesta tahu kesedihan yang dihadapi gadis ini. Sedari tadi Oliv hanya melamun tanpa ia sadari waktu sudah menunjukan puku 06.45. Itu tandanya 15 menit lagi pintu gerbang sekolahnya akan segera ditutup.
Ia pun bergegas turun dan mengeluarkan mobilnya. Bahkan sarapan yang sudah dibuat mamanya pun tak tersentuh sedikitpun. Ia melajukan kendaraannya dengan kecepatan tinggi untuk melampiaskan rasa sakit hatinya. Untungnya Oliv bisa tiba di sekolah dengan selamat.
Ia mulai melangkahkan kakinya menuju kelas. Sesampainya di depan pintu kelas, langkahnya kakinya terhenti. Rasanya ia belum siap bertemu Gangga. Rasanya ia ingin kabur saja saat ini. Namun ia mencoba berpikir dewasa dan menghadapi masalah yang datang dalam hidupnya.
"Kamu pasti bisa, Liv. Kamu pasti kuat. Kamu pasti bisa tersenyum untuk hari ini. Seenggaknya kamu gak boleh keliatan sedih di depan Gangga", batin Oliv.Ia pun masuk ke dalam kelas hingga beberapa saat kemudian ia melihat Gangga sedang menatap ke arahnya dengan tatapan sendu. Segera ia mengalihkan pandangan itu untuk menjaga agar pertahanannya tidak runtuh. Ia berusaha untuk tertawa mendengar lelucon teman-temannya yang sebenarnya tidak lucu. Namun, ia tetap tertawa seperti tidak ada beban dalam hidupnya.
"Lo kenapa sih. Liv? Ketawa sampe segitunya. Receh bgt lo"Teman-temannya menyadari ada yang tidak beres. Namun tak ada satupun yang berani bertanya dan mengurungkan niatnya hingga pulang sekolah nanti.
kringg...kringg
Bel pulang sekolah telah berbunyi. Para siswa-siswi sudah mulai berhamburan keluar kelas sambil berbincang-bincang dengan teman mereka. Kini tinggalah Lyla, Oliv, Kiran, Feli, dan Shareen yang masih berada di kelas.
"Lo cerita deh sama kita. Pasti lo lagi ada masalah, kan?", tanya Kiran pada Oliv.
"Enggak, kok. Gue gapapa", jawab Oliv sambil tersenyum.
"Lo jangan bohong, Oliv! Kita semua tau lo lagi ada masalah"Akhirnya Oliv pasrah dan mulai menceritakan kejadian semalam kepada teman-temannya. Bahkan kini pertahanannya mulai runtuh. Ia menangis sejadi-jadinya sampai membuat teman-temannya merasa iba.
"Jangan sedih lagi, Liv. Mungkin ini emang jalan terbaik buat kalian. Dan gue yakin lo bisa dapet yang lebih baik dari Gangga", hibur Kiran.
"Tapi aku cuma mau Gangga, Ran. Ga bakalan ada yang lain"
"Ini cuma masalah waktu kok. Pasti nanti lo bisa lupain Gangga. Dan mungkin sekarang Gangga udah bahagia sama orang lain disana. Masa lo mau terus terpuruk kayak gini?"Oliv mencerna baik-baik ucapan Kiran. Mungkin benar ia tidak bisa terus terpuruk seperti ini. Tapi untuk melupakan Gangga?
Sepertinya ia tak akan pernah bisa.Ditengah kesedihan yang Oliv rasakan ini, Shareen tiba-tiba membelah keheningan. Tampak dari raut wajahnya ia sangat marah saat ini.
"Ini semua pasti gara-gara Rey sama Mondy. Gue gak bisa gini terus. Mereka berdua harus dikasih perhitungan!", ujar Shareen sambil berjalan keluar kelas untuk mencari Mondy dan Rey diikuti oleh teman-temannya.Tak butuh waktu lama, kini Shareen sudah melihat Mondy dan Rey tengah bermain basket di lapangan sekolah. Disitu juga ada Bams, Kevin, dan David. Langsung saja Shareen datang dan mendorong bahu Rey.
"Maksud lo apa?"
"Apaan, sih? dateng-dateng marah-marah gak jelas. Sinting ya, lo?"
"Jawab pertanyaan gue! maksud lo apa ngehasut yang lainnya buat gak temenan sama kita?"
"Siapa yang ngehasut? Harusnya lo sadar diri! Lo tuh sama temen-temen lo emang ribet. Makanya mereka gak mau temenan lagi sama lo dan temen-temen lo ini. Dasar cewek gila!"
"Apa kata lo?! Lo tuh yang gila!"
"Lo gila!"
"Lo"
"Lo"
"Lo!"
"Udah cukupppp!", teriak Oliv berusaha melerai perkelahian antar keduanya.Oliv dan teman-temannya pun langsung menarik Shareen yang sudah kehabisan kesabarannya. Kini Rey dan Shareen sudah mengibarkan bendera perang. Begitu juga pada Oliv dan teman-temannya.
"Lo apa-apaan sih, Reen? Ngapain marah-marah gitu ke Rey", tanya Kiran.
"Gue udah gak sabar lagi, Ran. Dia itu harus dikasih peringatan. Dia boleh anti sama perempuan tapi dia gak bisa dong hasut yang lainnya buat ikut ngejauhin kita!"
"Tapi semua bisa diselesain baik-baik, Reen. Gak perlu adu mulut kayak tadi. Image lo bakalan makin jelek di mata mereka"
"Gue gak peduli! Pokoknya gue gak akan ngelepasin si Rey sama Mondy gitu aja. Terutama Rey"Malam harinya
Oliv menatap keluar jendela sambil memperhatikan langit malam yang gelap. Tidak ada bulan dan tidak ada bintang. Entah mengapa ia yakin bahwa semesta benar-benar mendukung kesedihannya. Biasanya ada notif dari Gangga yang selalu memenuhi hp-nya. Ia akui, ia merindukan sosok itu. Merindukan segala kehangatannya. Merindukan sosok misteriusnya. Merindukan senyum bahagianya. Ia merindukan semua hal tentang Gangga.
Hal yang sama juga terjadi pada Gangga. Ia menatap langit-langit kamarnya sambil berbaring di atas tempat tidurnya. Pikirannya menerawang jauh menanyakan bagaimana keadaan Oliv sekarang. Ia kembali terbayang pada kejadian malam itu. Hatinya sakit melihat perempuan itu menangis di hadapannya. Rasanya ia ingin menenangkan dan memeluknya. Namun, tubuhnya seakan tak bergerak dan hanya bisa melihat tanpa melakukan apapun.
"Bodoh!"
Bantu vote & comment ya! ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Different Story
Teen Fiction[COMPLETED] Awalnya semua berjalan bagaikan keajaiban~ Seorang remaja yang di masa kecilnya tidak memiliki teman. Namun semua berubah saat ia menginjak bangku SMA. Dimana ia bisa berteman dengan banyak orang dan mulai membuka diri. Baginya ia menemu...