Part 36 : Perpisahan

60 7 0
                                    

Semakin hari hubungan antara Shareen dan Rey semakin dekat. Namun, Bams dan Kevin masih saja tidak mau kembali seperti dulu. Mereka selalu menolak jika diajak kumpul bersama Oliv dan teman-temannya. Jujur, Oliv sangat merindukan kebersamaan mereka dulu. Disaat mereka bersama-sama dan bercanda tawa. Oliv merindukan saat-saat dimana mereka berkumpul tanpa harus direncanakan terlebih dahulu. Bahkan kini, sudah direncanakan pun semuanya hanya berakhir wacana karena Bams dan teman-temannya sudah benar-benar menjauh Oliv dan teman-temannya.

Selain itu, hubungan Oliv dan Gangga tidak menunjukan adanya perkembangan. Mereka berdua hanya tetap membisu. Tak ada yang memulai bicara. Hati mereka memang masih menyatu, namun raga mereka kini berjauhan.

Besok sekolah mereka akan mengadakan perpisahan. Yap, perpisahan untuk Oliv dan teman-temannya. Kini Oliv sudah duduk di kelas 12 akhir. Oliv duduk menatap seluruh kelasnya. Disini banyak sekali kenangan yang tercipta. Rasanya ia tidak rela meninggalkan semua. Ia tidak rela jika akhir ceritanya seperti ini. Bahkan di akhir masa sekolahnya pun, teman-temannya tidak ada di sisinya. Hanya Feli, Shareen, dan Lyla yang tetap tinggal. Yang lain hanyalah orang asing bagi Oliv.

"Gak terasa ya besok kita udah mau pisah", ujar Feli sedih.
"Iya, ya. Lo semua gak boleh lupain gue. Kita harus tetap kayak sekarang, ya?", sahut Lyla.
"Aku gak nyangka kalo kenanganku di SMA akan seburuk ini. Aku pikir semuanya akan berubah"
"Sabar, Liv. Nanti lo pasti bakal nemuin kebahagiaan lo sendiri. Bukan sama mereka, bukan sama Gangga. Tapi sama kita", ucap Shareen sambil memeluk Oliv.
"Semuanya pergi dari aku, semuanya menghilang. Aku cuma punya kalian, yang lainnya cuma orang asing buat aku"
"Gue juga cuma punya kalian. Dan gue sayang banget sama kalian", ujar Feli.
Mereka pun berpelukan dan kemudian menertawakan kebodohan mereka.

Malam ini Oliv tidak bisa tertidur. Ia ingin kembali memutar waktu. Setidaknya ia ingin memiliki waktu lebih lama untuk memperbaiki semuanya. Untuk memperbaiki hubungannya dengan teman-temannya. Untuk memperbaiki segalanya yang telah hilang. Namun, Oliv sadar ia tidak bisa berbuat apapun. Nasi sudah menjadi bubur dan ia harus bisa menerima kenyataan bahwa inilah kenangan yang ditakdirkan untuknya. Ia tidak bisa menuliskan garis hidupnya sendiri, semuanya sudah diatur oleh Sang Pencipta dan ia sebagainya hamba-Nya hanya bisa menerima.

Ia memandangi kenang-kenangan yang akan ia berikan pada Gangga. Ia membuatkan sebuah buku yang berisikan foto-foto kebersamaan mereka dan sebuah note kecil di bawahnya. Oliv tersenyum memandangi foto-foto itu. Ia rasa ia akan sangat merindukan Gangga nantinya. Gangga adalah lelaki pertama yang ia sukai. Gangga adalah lelaki pertama yang ia perjuangkan. Dan Gangga adalah orang yang masih menetap di hati Oliv hingga saat ini. Kenangan-kenangan yang sudah mereka lewati bersama berputar bagai film dokumenter di otaknya. Tak ada satupun yang ia lupakan. Oliv hanya ingin dia tahu, bahwa ia sangat menyayanginya. Gangga Pradipta.

Oliv dan teman-temannya berjalan di aula sekolah yang sudah dihias dengan berbagai macam dekorasi. Hari ini Oliv hadir dengan sapuan make up tipis dipadukan dengan gaun panjang berwarna biru langit. Satu kata yang dapat mendeskripsikannya, cantik.

Tatapan matanya beradu dengan sesosok lelaki yang sedari tadi ia cari keberadaannya. Lelaki itu menatap penampilan Oliv lekat seakan ia tak ingin berpaling. Lelaki itu sangat tampan hari ini dengan balutan jas berwarna navy dipadukan dengan kemeja putih di dalamnya. Mereka tampak seperti pasangan yang sangat serasi.

Saat Oliv dan teman-temannya sedang asik berbincang. Tiba-tiba datanglah Bams, Kevin, David, Gangga, Rey, dan Mondy menghampiri mereka. Oliv dan teman-temannya menatap kejadian itu bingung. Tak biasanya mereka menghampiri Oliv dan teman-temannya duluan setelah satu tahun hubungan mereka merenggang.

"Gue mau minta maaf sama kalian", ujar Bams memulai pembicaraan.
"Gue juga mau minta maaf karena selama ini gue sengaja menjauh dari kalian", kata Kevin.
"Maafin gue selama ini udah jahat sama kalian. Terutama Shareen. Dan gue akuin gue emang sempat hasut Bams dan yang lainnya buat ngejauhin kalian"

Oliv dan teman-temannya pun saling memandang bingung satu sama lain.
"Kita udah maafin kalian, kok", ucap Oliv.
"Walaupun semuanya udah terlambat, tapi kita tetap maafin kalian semua kok", sahut Lyla sambil tersenyum tulus.
"Ada yang mau gue sampein sama kalian. Sebenernya, gue sama Rey udah jadian", kata Shareen tiba-tiba membuat mereka yang mendengarnya terkejut.
"APA?! kenapa lo gak bilang-bilang ke kita?"
"Ciee ada pasangan yang baru jadian, nih", goda Bams.
"Kemarin aja berantem mulu kayak kucing sama anjing, eh taunya sekarang udah jadian aja", sahut Kevin sambil menyikut perut Rey pelan.
"Yaudah yuk, Beb. Kita tinggalin aja nih pasangan yang baru jadian", ajak Feli pada David.
Mereka semua pun meninggalkan Shareen dan Rey berduaan.

Saat Oliv hendak mengikuti teman-temannya, tiba-tiba saja Gangga menarik pergelangan tangannya.
"Tunggu! Gue mau ngomong sama lo"
"Iya, aku juga ada yang mau diomongin sama kamu"

Gangga pun membawa Oliv keluar dari aula menjauhi keramaian.
"Liv, gue minta maaf ya kalo selama ini gue sering nyakitin lo dan buat lo bingung sama sikap gue yang berubah-ubah"
"Harusnya aku yang minta maaf karena terus berharap sama kamu dan malah ngebebanin kamu, Ga"
"Gue punya sesuatu buat lo"

Gangga pun mengeluarkan sebuah kalung berbentuk bintang dari saku nya. Dan meminta telapak tangan Oliv untuk menerima kalung tersebut.
"Ga, kayaknya aku gak bisa nerima ini"
"Gue gak suruh lo pake sekarang. Lo harus inget ini, Liv. Kalo suatu saat kita ketemu lagi, gue mau liat lo pake kalung ini dan itu berarti lo bersedia hidup selamanya sama gue"

Oliv diam mematung. Tak tahu harus menjawab apa.
"Gue gak maksa lo, Liv. Kalo emang kita gak ditakdirkan buat ketemu lagi, lo bisa simpan kalung itu sebagai pemberian dari orang yang sayang sama lo"
"Aku bakalan inget kata-kata kamu, Ga. Dan kalo nanti kita ketemu lagi, aku akan dengan senang hati bersedia untuk hidup selamanya sama kamu"

Oliv pun menyerahkan buku yang sudah ia buat kepada Gangga. Gangga janji ia akan menyimpan baik-baik buku tersebut untuk ditunjukan kepada anak-anaknya kelak. Bahwa ia pernah mencintai seseorang dengan begitu dalam.

Segala penyesalan memang selalu berada di akhir. Waktu terus berjalan dan tidak hanya berputar untuk kita. Menghargai setiap detik yang berjalan akan membuat segalanya menjadi lebih berarti. Kita bukanlah Tuhan yang dapat memutar waktu dan memilih takdir kita sendiri. Tapi kita bisa bersyukur dan membuatnya jadi indah dengan cara kita sendiri.

Bantu vote & comment ya! ❤️

Different StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang