Part 32 : Goodbye, bestie

58 11 0
                                    

Setelah memutuskan menjadi teman biasa dengan Gangga. Hubungan Oliv dan Gangga semakin buruk. Mereka tak pernah lagi bertegur sapa ataupun bicara. Suasana semakin canggung dan kini mereka bagai orang asing yang tidak pernah saling mengenal. Sungguh Oliv tidak menyukai suasana ini. Gangga seperti tidak memberinya kesempatan untuk tetap memperhatikannya. Oliv tidak berdusta, bahkan perasaannya pada Gangga tidak berkurang sedikitpun sampai saat ini. Bahkan semakin bertambah setiap harinya.

Mendengar kabar bahwa Gangga dan Oliv tidak dekat lagi. Mulai banyak wanita-wanita yang tebar pesona di depan Gangga. Mulai dari membawakan minuman, serta memberikan bekal makan mereka pada Gangga. Namun, semua sia-sia. Gangga tidak memberikan reaksi apapun. Ia tidak menggubris gangguan perempuan-perempuan itu.

Oliv melihat itu semua. Bagaimana Gangga menolak semua pemberian dari perempuan-perempuan yang Oliv duga menyukai Gangga. Seperti saat ini, Greya anak kelas XI IPA 5 sedang memberikan Gangga sebuah cokelat mahal yang katanya ia beli di Singapura.
"Ga, gue punya cokelat nih buat lo. Kemarin gue beli ini di Singapur loh pas gue liburan. Pasti lo suka!", seru Greya bersemangat.
"Makasih. Tapi buat lo aja", jawab Gangga kembali sibuk menatap layar handphone-nya.

Dalam hati Oliv berteriak kegirangan melihat respon Gangga. Itu tandanya ia belum membuka hati untuk perempuan lain. Di hatinya masih ada Oliv dan ia belum berpaling.

"Kenapa lo senyum-senyum?", tanya Feli bingung.
"Gapapa", jawab Oliv masih dengan senyum yang tertahan.
"Btw, Kiran sama Gery mana ya? udah seminggu mereka gak sekolah. Gue chat di juga gak dibales", tanya Lyla pada teman-temannya.
"Iya juga ya. Tumben banget dia gak masuk sekolah selama ini"
"Gimana kalo nanti kita tanya sama bu Fajri aja", usul Lyla yang mendapat anggukan dari teman-temannya.

Sepulang sekolah, mereka pun bergegas menemui bu Fajri untuk bertanya kemana Kiran selama ini. Baru saja mereka akan memasuki ruang guru, tiba-tiba pintu terbuka dan sudah tampak bu Fajri berdiri disana.
"Eh, ibu. Baru aja kita mau ketempat ibu"
"Ada apa, anak-anak? Kenapa nih rame-rame?"
"Kami mau nanya, bu. Ibu tau gak kemana Kiran selama ini? Soalnya dia tiba-tiba hilang gak ada kabar, bu. Si Gery juga"
"Loh, kalian gak tau? Kiran sama Gery kan udah pindah 3 hari yang lalu. Kiran ikut orang tuanya ke Jerman. Sedangkan Gery, kemarin ia sudah dikeluarkan dari sekolah karena ketahuan memukul seorang siswa dari SMA Harapan. Memang hal itu sengaja dirahasiakan oleh sekolah"
"Ibu serius, bu? Gak mungkin Kiran pindah, bu. Kiran gak bilang apapun sebelum dia pergi"
"Ibu juga tidak tahu mengapa Kiran tidak memberitahu kalian. Tapi kemarin orang tuanya sudah mengurus surat pindahnya kemari"

Mendengar kabar tersebut Oliv, Feli, Lyla, dan Shareen sangat terkejut dan tidak percaya. Baru saja kemarin mereka tertawa bersama. Dalam sekejap mata, kini Kiran sudah menghilang dari hadapan mereka. Kiran tidak lagi berada disini. Mereka tidak bisa lagi berkumpul bersama.

"Kita harus ke rumah Kiran sekarang! Gue gak bisa percaya gini aja", ujar Feli tidak percaya.

Mereka berempat pun bergegas menaiki mobil Feli dan mobil itu melaju menuju rumah Kiran. Sesampainya disana, mereka mengetuk-ngetuk pintu rumah Kiran. Namun, hasilnya nihil. Tidak ada jawaban apapun dari dalam. Hingga saat mereka akan pergi, pintu pun terbuka. Memperlihatkan seorang wanita paruh baya yang diketahui sebagai asisten rumah tangga di rumah Kiran.

"Permisi, Bi. Kirannya ada?"
"Loh, non Kirannya kan sudah pindah ke Jerman 2 hari yang lalu. Oh iya, sebelum pergi non Kiran nitipin surat ke Bibi buat kalian. Sebentar ya Bibi ambilkan"

Bi Ijah pun masuk ke dalam untuk mengambil surat dari Kiran. Mereka berempat masih mematung tak percaya. Ternyata ini bukan mimpi. Kiran memang sudah pergi dan mereka belum sempat mengucapkan salam perpisahan pada Kiran. Bahkan mereka belum memberikan barang kenang-kenangan untuknya. Tak lama kemudian, bi Ijah kembali keluar dengan membawa sebuah amplop putih di tangan kanannya.

Oliv dan teman-temannya pun berpamitan dan mengucapkan terima kasih pada bi Ijah. Kini mereka sudah berada di dalam mobil dan berniat akan membaca surat itu bersama sama.

Dear my bestie Oliv, Feli, Lyla, dan Shareen.

Gue minta maaf ya sama lo semua karena gue pergi tanpa kasih tau apa-apa ke kalian. Kalo lo semua baca surat ini, pasti gue udah ada di Jerman sekarang. Gue terpaksa gak kasih tau kalian tentang kepindahan gue karena orang tua gue ngelarang gue untuk kasih tau ke siapapun termasuk kalian. Bagi gue, kalian adalah teman terbaik gue. Makasih ya selama ini kalian udah mau temenin gue dikala susah dan senang. Makasih juga kalian masih mau maafin gue setelah apa yang udah gue lakuin ke kalian. Maaf ya selama ini gue belum bisa jadi temen yang baik buat kalian. Maaf terkadang gue masih suka kasar sama kalian.
Untuk Oliv, lo jangan sedih-sedih lagi ya. Gue yakin pasti suatu saat lo akan dapetin kebahagiaan yang lo mau.
Untuk Feli, lo jangan cengeng lagi! Sekarang gue gak bisa tenangin lo lagi. Dan semoga hubungan lo sama Dave terus berlanjut sampe kapanpun.
Untuk Lyla, lo yang paling sering berantem sama gue karena karakter kita sama. Lo yang paling dewasa di antara semuanya. Jagain Oliv, Feli, dan Shareen ya! semoga lo makin langgeng sama Ringga.
Dan untuk Shareen, lo harus bisa kontrol emosi lo. Jangan sampe kelepasan kayak kemarin ya!
Gue sayang kalian semua..
Goodbye, bestie.

with love,

Kiran

Mereka semua menangis membaca surat dari Kiran. Baru saja mereka kehilangan Bams dan yang lainnya, kini mereka juga harus kehilangan Kiran.
Hal yang sama juga berlaku bagi Oliv. Satu persatu orang yang ia sayangi dalam hidupnya mulai menghilang. Tak ada yang menetap dan tinggal. Kiran adalah salah satu sahabat terbaiknya. Dan akan tetap seperti itu sampai kapanpun.

Goodbye, my bestie Kiran.

Bantu vote & comment ya! ❤️

Different StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang