kisah percintaan Ricis dan Atta. ini hanyalah Fanfiksi dan rekaan penulis saja. Doakan mereka benaran berjodoh,karena di dunia wattpad mereka tidak terpisahkan.
RICIS
Dia lelaki yang berarti bagiku, aku sulit melupakannya walaupun dia menyakitiku. k...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku menunggu kehadiranmu Ketika hatiku diporak porandakan takdir. Hanya kamu yang selalu menggenggamku Ketika aku rapuh Sekarang dan sampai kapanpun aku hanya mau kamu.
Ricis
Aku merasakan bahuku diusap lembut oleh tangan hangat Atta ketika aku masih terus bergumul dengan ratapanku.
Saat aku mulai tenang, aku mendongakkan kepalaku menatap ujung jalan yang mulai terang. Dan merasakan sentuhan Atta telah lepas dari bahuku.
Dia mengedepankan badannya menyentuh stir sembari mengawasiku.
"Gimana? Apa sudah bisa kita pulang sekarang?"
Aku memaksakan senyum hambar, tidak berani menatapnya karena sumpah aku malu menangis seperti anak kecil.
"Ka-kamu antar gue pulang aja. Habis ini Gue.... mau ke Bogor..."
Suasana hening sejenak.
"Kamu mau ke Bogor sepagi ini?"
Aku mengangguk pelan sambil mengusap hidungku yang memerah.
"Sendirian?"
"Sama anak-anak."
"Kenapa harus dipaksakan si, cis? Coba berpikirnya pake logika. Tenang dulu, jangan pake perasaan. Ntar kamu bisa hancur karena bermain dengan perasaan."
"Lu nggak tahu gimana rasanya jadi gue! Gue di putusin, ta...berapa banyak cowok yang menyakiti gue, termasuk elu juga kan!" Jawabku penuh emosi.
Atta terkesiap dan menyandarkan punggungnya ke kursi kemudi. Dia mendengus.
"Kita sama sama terluka cis...kamu Nggak pantas nyalahin aku saja."
Huuuft, apa aku salah ucap? Tampaknya Atta tersinggung dengan ucapanku.
"Kamu hanya anggap kamu yang sakit, kalau aku tidak sakit, nggak mungkin aku bisa sampai ke titik ini di youtube. Kamu tahu sakit hati itu pemicu ku untuk maju, mengalahkanmu!"
Aku sontak menatapnya, baru kali ini aku mendengar kekecewaan yang tersirat dari kejujurannya.
"Jangan anggap aku sama dengan yang lain, karena aku berbeda. Dalam kasus ini, aku yang ditinggalin kamu kan? Kamu nggak tahu hancurnya harga diriku di depan khalayak umum dan di depan keluargaku ketika tahu kita udahan. Aku sulit bangkit ketika harga diriku terkoyak. That's why aku terus membencimu agar aku bisa terus berkarya. Sudahlah!"
