57. MENJAUHLAH!

1K 114 115
                                    

Jangan lupa VOTE N COMMENT nya ya

Selamat membaca.

Enjoooooooyyyy

Shasa Ara
🙏🙏

Perasaan ini akan aku kubur dalam hati..
Kau tidak perlu tahu, aku hanya ingin kamu pergi,
Menjauh dari hidupku selamanya.

RICIS

Aku menatap bulir-bulir salju yang memadati seisi jalanan dari balik pintu motel. Pandanganku lirih dan tidak bertepi...berkali-kali menghela nafas, terasa berat seiring bulir bening mengalir membasahi pipiku. Dalam keadaan bersedekap aku memeluk erat diriku.

Rasanya sungguh berat melepaskan seluruh perasaan terdalamku seperti melepaskan roh dari tubuh. Aku rasa kali ini aku benar benar terluka. Luka yang hebat karena terlalu memendam rasa yang aku sendiri tidak tahu dimana ujungnya.

Merelakan semua akan butuh waktu yang lama dan proses yang panjang. Karena kali ini perasaanku tenggelam ke dasar hati paling dalam, perasaan yang mendamba dicinta oleh seseorang yang selama ini menaruh asa dan impian. Bukan sekedar angan tapi apa yang dia torehkan meninggalkan kesan kalau semuanya bukanlah kebohongan. Tapi aku salah. Aku terjebak perasaan sendiri.

"Umi..." suara Wisnu menyadarkanku dari lamunan galau. Aku menoleh ke belakang seraya mengusap mataku yang berair.

"Ya?"

"Ini kunci kamar umi...nomor 20.."

Aku menarik nafas, 20 bukankan itu angka tanggal kelahiran Atta? Kenapa dalam segala hal ingatanku masih terkait ke Atta? Bagaimana luka hatiku bisa memulih kalau terus begini?

"Kamarku no.17. Kapan umi ada perlu ketok saja pintuku ya..."

"Baiklah. Makasih..." aku meraih kunci dari tangan Wisnu. "Aku mau ke kamar dulu. Apa lu juga mau istirahat ke kamar?"

"Belum mi. Aku masih mau disini saja, mau mengedit beberapa foto."

"Oke..."

"Umi..."

"Ya?"

Wisnu melihatku dengan salah tingkah "selamat istirahat ya..."

"Oh iya. Makasi Wisnu." Aku memaksakan seulas senyuman menghargai supportnya.

Aku melangkah menuju kamar no.20. Ruangan nya terlihat indah walaupun dengan ukuran minimalis. Dari balik kaca jendela masih bisa menikmati rentetan bulir salju yang semakin deras menyamai derasnya hujan.

Aku duduk diatas sofa masih dengan renungan kelam. Sudah datang waktu isya, aku segera berwudhu dan memunajatkan doa kepada Sang Pemilik cinta agar hatiku bisa tenang dan kegelisahanku mereda dan yang paling aku inginkan keikhlasan tumbuh menjulang tangguh di lubuk hatiku.

Setelah menyeka air mata dan merapikan sejadah, aku membaringkan diri yang masih terbalut mukena. Dalam posisi telungkup aku menutup mata.

Menutup dan membuka mata tidak berefek lebih baik untuk menghapus bayang Atta dari pikiran bawah sadarku.

Lagi lagi menyesakkan hati membuat aku membuncahkan perih dan tidak bisa menahan air mata yang menggenang dipelupuk mata sedari tadi.

Sungguh Atta, kali ini aku tidak bisa bertahan, kali ini aku terlihat lemah. Kalau bisa aku tidak ingin melihat dan bertemu kamu lagi.

ATTA_KU (RICISATTA) #wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang