kisah percintaan Ricis dan Atta. ini hanyalah Fanfiksi dan rekaan penulis saja. Doakan mereka benaran berjodoh,karena di dunia wattpad mereka tidak terpisahkan.
RICIS
Dia lelaki yang berarti bagiku, aku sulit melupakannya walaupun dia menyakitiku. k...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dirimu Adalah kebahagiaanku Senyummu adalah penawar rinduku Dan cintamu Adalah nafasku.
RICIS
Aku menutupi rasa kecewa setelah menerima kabar dari umi.
Katanya dia tidak bisa datang untuk acara lamaran karena masih banyak urusan kerjanya di Turki. Jadi malam ini Atta datang bersama keluarga dari abinya dan acaranya hanya berupa perbincangan.
Harapanku perbincangan menuju ke arah serius.
Aamiin...
Ponselku berdering, telpon dari Atta. Namun hatiku lagi gundah apalagi setelah melihat collabnya bareng Ariela. Perasaaan yang penuh dengan kegelisahan menghantuiku...ada ketakutan kalau collab itu nantinya akan memberikan efek tidak baik bagi hubungan kami.
"Assalamualaikum, by..."
"Waalaikum salam sayang...apa kabar kamu?"
"Alhamdulillah sehat..kamu?"
"Sehat juga. Kamu kok nggak semangat gitu. Nanti malam kan aku datang..."
"Iya tapi nggak sama Umi dan Abi kan...adik adik kamu datang juga nggak?"
"Yang ada di sini cuma Thoriq dan Saaih. Paling mereka yang menemaniku bersama aunty dan uncle. Maaf ya sayang, ini juga bukan kehendak kita..juga bukan kehendak orang tuaku."
"Iyah...aku ngerti kok. Ya sudah takdirnya. Oh ya, kamu keknya keseringan bat collab ma Ariela. Kenapa harus dia sih?"
"Kamu mau aku collab sama siapa? Syifa? Nanti rizky cemburu lagi...Ariel a itu sobat aku...kita dekat udah kek abang adik, jadi ya kamu sans aja."
"Hmmm..."
Aku mendengar helaan di sana.
"Aku butuh teman collab agar gosip cewek cewek pansos itu hilang. Aku juga bantu Ariela agar subs nya sampai 2 juta. Setelah itu ada beberapa kontrak yang harus dijalani. Semua demi job sayang, nggak ada yang lain."
"Yah tapi kan Ariela pakaiannya itu lho...belum lagi dia suka sentuh kamu."
"Kamu cemburu?"
"Malah nanya lagi. Kesel bat dah!"
Aku merengut sementara darahku berdesir menyentak emosiku. Sungguh aku nggak terima Ariela pegang pegang kekasihku.
