22 - Terpaksa Memilih

7.5K 382 28
                                        

"Apakah setiap kebohongan pertama hadir untuk mengundang kebohongan lain untuk hadir?

Apakah setiap kekecewaan pertama datang untuk mengundang kekecewaan lain untuk ada?

Apakah setiap pertengkaran pertama berawal untuk mengundang pertengkaran lain untuk terjadi?"

---------------------------------

-RAHMAN-

Pagi ini merupakan pagi ke tujuh setelah Sri dan aku kembali serumah. Aku belum sepenuhnya berani menggoda Sri yang sedang memasak seperti pagi-pagi yang telah lewat, dia masih terlihat sedikit canggung padaku, jadi aku segan. Alhasil, disinilah aku pagi ini, diteras depan rumah sambil membaca koran ditemani secangkir kopi.

Tring. .
Tiba-tiba sebuah notifikasi pesan baru muncul dilayar handphone ku, yang kebetulan aku simpan di dekat cangkir kopi diatas meja. Saat aku tengok sedikit, sebuah nama tertera disana, Syamsul rupanya. Sepagi ini dia sudah semangat menggangguku, apalagi jika bukan membahas masalah pekerjaan. Aku tetap melanjutkan aktivitas membacaku. Pesan Syamsul nanti-nanti saja, topik di koran pagi ini terlalu sayang untuk ditinggalkan.

Selang tiga puluh menit kemudian, terdengar handphone ku berbunyi lagi. Saat ku lihat, masih pesan dari Syamsul juga rupanya. Sepenting apa pesan ini sampai sepagi ini dia sudah mengirimi aku pesan lebih dari satu kali. Aku pun memutuskan untuk membacanya.

@Syamsul Cahyadi
0857-9000-8000

Assalamualaikum Pak.
Maaf mangganggu pagi-pagi. Bu Mar mengalami pendarahan tadi subuh. Maaf saya lancang membawanya ke rumah sakit terdekat. Kami sedang dalam perjalanan.
05.15

@Syamsul Cahyadi
0857-9000-8000

Kata dokter yang menangani, Bu Mar mengalami keguguran.
06.30

Aku tertegun setelah membaca dua pesan tersebut. Seperti ada sesuatu yang tiba-tiba menikam ulu hatiku tanpa ampun. Aku telah berdosa pada wanita itu, membiarkannya tanpa kabar hampir dua bulan kemarin.

Tanpa berpikir panjang, aku langsung bergegas masuk ke rumah mengambil dompet dan kunci mobil. Bagaimana pun aku harus menemui perempuan itu kali ini.

"Mas mau kemana? Kok kayak buru-buru?" Tanya Sri saat aku hendak memakai jaket menuju pintu keluar.

"Mas harus pergi, Dik. Penting. Ada hal mendadak yang tiba-tiba harus Mas urus" jawabku. Aku tidak mungkin berterus terang khawatir akan keadaan Maryam pada Sri kan? Hubungan kami baru saja kembali manis beberapa hari.

"Mas nggak lupa sama jadwal nganter Hasna tes hari ini, kan?" Tanyanya memastikan.

Dan aku mengusap wajahku kebas demi mendengar pertanyaan Sri,  yang sebenarnya lebih seperti sebuah kalimat peringatan.

"Kalau Hasna kamu sendiri yang nganter gak papa, kan?" Tanyaku dengan sedikit hati-hati.

"Kamu sudah janji sama Hasna lho,  Mas" jawabnya.

Aku mengeluh tertahan, "Aku mohon, Dik. Kamu minta pengertiannya Hasna hari ini, ada hal penting lain yang harus Mas urus juga" lirihku.

Sri terlihat menarik napasnya panjang, sepertinya dia mulai kesal denganku pagi ini. "Sepenting apa urusannya? Sampai tidak bisa menunggu barang beberapa jam ke depan" Tanya Sri dengan nada terdengar menyindir.

Aku membuang napasku kasar. Semua ini tidak akan rumit sebenarnya jika aku berterus terang pada Sri, hanya saja lidahku yang tak bisa.

"Dik... mengertilah. Ini penting"
Ujarku pada akhirnya.

"Dan apakah Mas berpikir bahwa mengantar Hasna tidak penting? Terlebih setelah Mas sendiri yang berjanji padanya?" Tanyanya menohok.

Aku mengacak rambutku kasar, obrolan ini semakin melebar kemana-mana.

"Hasna sangat penting buat Mas, Kamu tahu itu, Dik. Tapi, Mas tidak bisa hadir pada waktu yang bersamaan untuk dua hal yang sama pentingnya. Mas tetap harus memilih" ujarku lemah.

Sri hanya menatapku sesaat. Kemudian pergi meninggalkan aku sendirian. Dan aku tak punya pilihan terbaik saat ini, selain menemui Maryam yang sedang kritis. Sekalipun aku tahu, resikonya adalah Sri akan kembali menjadi dingin padaku. Semoga tidak ada adegan minggat rumah lagi seperti kemarin, gerutuku dalam hati.

***

Alhamdulillah part 22 kelar.
Diselesaikan sebelum merajut mimpi.

Yah.. Rahman sama Sri bersitegang lagi, padahal kan romantisnya baru beberapa hari-,-
Rahman gimana seeeh, katanya mau ngebuktiin sama Sri kalo Sri itu prioritas, katanya Rahman pengen dapet maaf Sri, tapi kok gtu?

Kamu teamnya siapa?

Team Sri

Team Rahman

atau

Team Maryam?

Terima kasih untuk semua pihak yang telah menyempatkan membaca cerita sederhana ini. Terima kasih untuk waktu juga kuotanya😊

I miss you:-)

Mimilel

MaafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang