9 - Kejutan Tahun Kedua

4.6K 244 0
                                        

"Terkadang dia memang keras kepala dalam beberapa hal,
tapi aku suka"

---------------------------------

-SRI-

16 Oktober 1997

Pagi itu, tak seperti biasanya sejak bangun tidur kepalaku terasa amat pening. Menjelang sarapan pun tiba-tiba nafsu makanku menghilang begitu saja. Mas Rahman mungkin heran melihatku tak biasanya pagi itu.

"Kamu kenapa, Dik?" Tanyanya di meja makan.

"Entahlah, Mas. Sejak bangun tidur tadi kepalaku pening sekali, dan sekarang nafsu makan ku tiba-tiba hilang. Sepertinya aku kecapean. Apa aku boleh izin duluan untuk kembali istirahat?" Tanyaku padanya, padahal sedari tadi aku belum menyentuh makananku sedikit pun.

"Boleh, Dik. Mari sekalian Mas antar. Biar sekalian Mas habiskan sarapan Mas di kamar saja sambil menemanimu. Kamu pun tetap harus makan meski sedikit ya" ujarnya sambil memapahku ke kamar.

Dan pagi itu, Mas Rahman menemaniku sarapan di kamar. Dia menyuapiku untuk pertama kalinya. Meski terkesan romantis, aku merasa menjadi istri yang merepotkan.

"Nanti biar Mas panggil dokter saja ke rumah ya" ujarnya tiba-tiba selepas sarapan.

"Gak usah repot-repot, Mas. Paling ini cuma kecapean aja, hanya butuh istirahat beberapa saat" tolak ku halus.

"Mas khawatir kamu kenapa-napa. Mas nggak mau hal buruk terjadi lagi. Lagian kan nggak biasanya kamu begini"

Ini memang tahun kedua pernikahan kami, dan untuk pertama kalinya aku merasa kepayahan seperti ini. Terakhir kali aku merasa kepayahan seperti ini enam bulan yang lalu. Kejadian yang membuat aku merasa ngilu setiap kali mengingatnya.

***

Menjelang pukul sepuluh, benar saja Mas Rahman datang membawa seorang dokter perempuan ke rumah. Dia memutuskan izin tak bekerja hari ini, khawatir padaku katanya.

"Selamat ya, Bu. Ibu sedang memasuki kehamilan minggu ke 5" ujar dokter tersebut setelah melakukan pemeriksaan.

Mas Rahman yang sedari tadi berada disampingku tersenyum lebar. Ku dapati sorot bahagia pada dua bola manik hitam pekatnya itu. Dan aku tak kalah bahagianya mendengar kabar tersebut.

"Hamil muda biasanya rentan sekali terkena gejala mual, muntah, tak enak makan, juga sensitif pada bau-bau tertentu. Biasanya ini terjadi sampai kehamilan menginjak minggu ke 12 atau 14. Setelahnya insyaallah normal kembali"

Aku menyimak penjelasan dokter itu dengan baik. Amanah ini memang harus aku jaga dari sekarang.

"Intinya ibu jangan terlalu kecapean! Dan selalu jaga pola makan! Karena itu akan berpengaruh pada kondisi kehamilan ibu dan kesehatan janin ibu nantinya!" Pesan dokter tersebut terakhir kalinya.

Dan hari itu, tak hentinya aku dan Mas Rahman mengucap alhamdulillah berkali-kali atas kabar bahagia tersebut.

***

"Terima kasih ya, Dik" ujarnya di suatu sore saat kami sedang menghabiskan waktu di balkon kamar.

"Untuk apa, Mas?" Tanyaku sedikit bingung.

"Untuk kehamilan anak kita" jawabnya sambil memelukku dari belakang. Ku dapati aroma mint menguar disekelilingku. Wangi khasnya.

"Berterima kasihlah pada Allah Mas. Itu sudah cukup" ujarku kemudian.

"Sudah jelas kalau bagian itu sayang" ujarnya lagi.

"Dan terima kasih juga, Mas"

"Untuk apa, Dik?" Tanyanya sedikit heran.

"Karena aku tak bisa membuatnya ada sendirian" kekehku pelan.

Dan Mas Rahman menjawil hidungku demi mendengar susunan kalimatku yang absurd itu.

"Sudah belajar nakal ya rupanya sekarang" ujarnya dengan tawa yang masih berderai.

"Bawaan dede bayi" elakku sambil mengelus lembut perutku.

"Sayang, bunda kamu masa nyalahin kamu" adunya sambil mendekatkan pipinya pada perutku. Padahal perutku masih terlihat datar.

"Adek lelah, ayah. Mau bobo dulu" ujarku sambil berlalu meninggalkannya.

Dan Mas Rahman mengikuti ku dari belakang.

***

Asli ini teks percakapan nya dadakan banget, dibuat sore-sore ditengah kegerahan badan dan perasaan eh, tapi semoga tetap kerasa nyambung!

Sukabumi, 14 Agustus 2019

Hamil tuh kadang bisa jadi sumbu cinta buat dua orang suami istri, biar hubungannya jadi hangat.

Rahman sama Sri udah mulai nyaman satu sam lain deh kayanya. Awal yang baik kan?

Mimilel

MaafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang