"Kamu ngga suka dengan Om? Kenapa kalau boleh tahu?" tanya Raka begitu Vania pamit untuk mengangkat jemuran.
Jam sudah menunjukkan pukul lima tiga puluh sore, tapi Raja belum berniat untuk pulang. Untung sepulang dari sekolah dia pergi ke rumah dulu, lalu mandi dan baru ke sini dengan alasan sepi di rumah sendirian.
"Karna Om mau ambil Mama aku!" Varo masih menatap pria itu tak suka. "Iya kan?"
"Ambil maks... oh, ngga kok, Om ngga mungkin ambil Mama kamu." Raja tersenyum pada Varo yang melihatnya penuh permusuhan. "Saya sudah lama berteman dengan Mama kamu dan baru ketemu beberapa hari yang lalu."
"Benar?" tanya Varo, membuat Raja mengangguk. "Om juga ngga akan jadi ayah diriku kan?"
Raja terdiam mendengar pertanyaan kedua dari Varo. Dia hampir tertipu dengan wajah polos anak di depannya, tapi untung saja dia cepat menyadarinya.
"Ayo jawab, iya atau enggak Om?"
"Memang kenapa kalau jadi ayah tiri Varo?" Raja balik bertanya pada putra dari sepupunya itu alih-alih memberikan jawaban.
"Aku ngga mau karna masih punya ayah!" ungkap Varo tanpa pikir panjang, membuat Raja terdiam.
Dia berpikir susah mendapatkan hati Varo, tapi itu tak menjadi masalah asalkan anak itu belum bertemu dengan ayah kandungnya. Namun, sepertinya akan jauh lebih sulit karna belum apa-apa saja anak itu sudah mengatakan rasa tidak suka padanya.
"Memiliki ayah baru itu bukan berarti dia akan menggantikan ayah kamu," ucap Raja dengan hati-hati. "Dia bisa jadi teman, bisa jadi tempat cerita, bisa jadi semua yang kamu mau tanpa harus memanggilnya ayah, Papa, Papi atau apapun."
"Tapi itu ngga sopan," balas Varo dengan pelan. "Masa aku manggil Om? Kata Bi Nur dan teman-teman harus manggil Ayah, sementara aku udah punya ayah."
"Apa salahnya?" Raja akan memberikan pengertian yang dapat di mengerti Varo. "Om juga baik, yang ngga baik itu kamu memanggilnya dengan sebutan nama."
"Aku masih ngga suka sama Om ya!"
Raja menghela nafas kasar, tiba-tuba dia jadi mengingat bagaimana dulu jueknya Rio pada orang asing. Ayah dari Varo itu juga tak sungkan bicara tidak suka pada orangnya langsung sama seperti Varo.
"Jadi jangan berusaha dekat!" lanjutnya. "Mama ngga boleh dekat dengan laki-laki manapun kecuali aku dan Papa."
"Kamu sayang banget ya sama Papa?" tanya Raja. Dia akan mengikuti apa yang di inginkan anak itu dengan memancingnya bercerita tentang Rio menurut pandangan Varo.
"Sayanglah, meski kamu belum pernah bertemu tapi aku tahu dia gimana orangnya waktu sekolah. Dia ganteng, lebih ganteng dari aku apa lagi Om. Dia hebat karna mencari uang agar nanti kami ngga hidup susah." Varo terus membanggakan Rio, membuat Raja meringis.
Menurut Raja sepupunya sangat bodoh itu beruntung memiliki seorang putra yang terus membanggakannya. Padahal tanpa anai itu tahu kalau ayahnya tidak seperti yang ada di bayangannya.
Rasanya Raja ingin mengatakan yang sebenarnya, tapi dia tak tega merusak bayangan Varo tentang ayah kandungnya.
"Varo udah ngga sabar nunggu Papa pulang, nanti kami akan berlibur bareng. Dia juga harus mengantarkan Varo kk manapun yang aku inginkan." Jelasnya sambil tersenyum bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilihan Hati (SELESAI)
ChickLitVania, janda beranak satu yang memilih meninggalkan suaminya dari pada harus di madu karna kata orang kalau dia wanita mandul. Kini dia hidup dengan bahagia bersama putranya tanpa adanya banyang-banyang masa lalu jauh dari ibu kota Jakarta. Mencari...