Benar dugaannya kalau ada masalah yang terjadi di sekolah putranya Vania. Varo juga meminta agar Raja merahasiakan masalah ini dari ibunya dan dengan terpaksa harus di turuti Raja."Om kenal tante itu?" tanya Varo dengan suara serak karna menangis dalam waktu yang lama.
"Dia salah satu guru di tempat kerja Om." Raja sedang menyetir mobil melirik Varo sebentar. "Om boleh tanya?"
"Boleh, asal tidak tentang yang tadi." Ungkap Varo setelah melirik Raja.
"Tidak, ini tentang hal yang lain." Raja mirik Varo lagi. "Kenapa kamu ngga minta jemput Mama atau Bi Nur pulang sekolah?"
"Kenapa harus di jemput? Varo bisa pulang sendiri," ungkap Varo, membuat Raja harus berkali-kali menahan rasa kesalnya.
"Iya, tapi kan kamu masih kecil. Ngga baik pulang sendirian, tadi kalau ngga ada Zara dan Clara, sama siapa kamu pulang? Menurut Om, mendingan kamu minta Mama atau-"
"Pertama Varo bukan anak kecil!" Varo bersandar pada pintu mobil sambil melipat kedua tangan di dada untuk melihat Raja. "Kedua, saat itu aku menunggu Om ojek yang biasa antar aku pulang. Dan yang ke tiga, aku ngga mau ngerepotin Mama atau Bi Nur."
Raja menghela nafas kasar, pria itu merasa sedang bicara dengan percampuran Rio dan Reno, tapi dengan versi kecilnya. Dia juga tak pernah menyangka kalau akan menghadapi anak yang menjengkelkan lagi.
Kalau saja Varo bukan anak wanita yang di cintainya serta keponakannya maka dia sudah dari tadi meninggalkan anak itu di jalan.
"Percaya deh sama Om, mereka ngga akan merasa di repotin."
"Mereka memang ngga pernah bilang gitu, tapi karna Varo mereka harus izin atau berhenti buat ngerjain pekerjaannya." Varo mengubah posisi duduknya lagi dengan pandangan lurus ke kaca depan.
Sementara Raja terdiam, lalu melirik Varo yang ternyata adalah anak yang perasa. Selain itu Varo juga sensitif mungkin pengaruh bully yang di terimanya tadi ucapnya dalam hati.
Mereka melewati perjalanan dengan hening, tak ada yang buka suara karna sibuk dengan urusan masing-masing. Raja sambil menyetir membayangkan beratnya menjadi Varo, di usia yang masih muda harus menjadi korban dari orang dewasa.
Meski terlihat dewasa tapi kenyataannya anak itu masih kelas tiga sekolah dasar tapi harus di paksa mengerti keadaan. Diam-diam pria itu mengepalkan buku tangan di setir, dia tak akan membiarkan Varo menderita . Raja memastikan kalau orang-orang yang membuat keponakannya seperti itu harus menerima hukumannya dan orang itu termasuk Vania.
Kini Raja memosisikan diri sebagai seorang paman yang tidak tega melihat keponakannya menderita. Bukan karna dia jahat, tapi orang-orang yang membuat Varo seperti ini harus menerima pelajarannya.
Tak lama mobilnya berhenti di depan rumah anak yang sedang membuka sabuk pengaman, lalu ketika hendak turun dia kembali menatap Raja. "Om ngga turun?" tanyanya.
Raja menggeleng. "Ngga, soalnya di rumah ada banyak pekerjaan."
Varo mengangguk, tapi anak itu tidak kunjung turun dan hal itu membuat Raja heran. Tapi alih-alih buka suara dia hanya diam menunggu anak itu buka suara.
"Hm.. Om.. pacaran sama Tantenya Clara?" tanya Varo ragu, membuat Raja menggeleng dengan cepat.
"Om sama dia hanya guru dari sekolah yang sama," Jelas Raja. "Memang kamu tahu apa itu pacaran?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilihan Hati (SELESAI)
ChickLitVania, janda beranak satu yang memilih meninggalkan suaminya dari pada harus di madu karna kata orang kalau dia wanita mandul. Kini dia hidup dengan bahagia bersama putranya tanpa adanya banyang-banyang masa lalu jauh dari ibu kota Jakarta. Mencari...