"Non Vania kayaknya bahagia banget." Ucap Bi Nur begitu ada di samping Vania.Pemilik rumah ini ada sedang duduk di kursi yang ada di luar rumahnya. Dia sedang bermain ponsel dengan sesekali terseyum membalas dengan tatapan tak lepas dari layar itu.
"Ini Bi, Mas Raja kirim gambar lucu." Vania tertawa kecil lagi tanpa melepaskan pandangan dari ponsel. "Bibi mau lihat ngga?"
"Mana coba saya lihat." Bi Nur mengerutkan kening heran setelah membaca kata-kata di dalam gambar di ponsel Vania. "Ngga ada yang lucu Non."
"Masa sih Bi?" Vania kembali membaca kata-kata di ponselnya. "Menurut saya ini-"
"Aura orang sedang jatuh cinta emang seperti ini ya Non?" Bi Nur tersenyum menggoda pada Vania yang sedang menatapnya tidak mengerti.
"Siapa yang jatuh cinta Bi?" tanya Vania masih belum sadar. "Saya? Enggak kok Bu, saya tidak-"
"Mulut memang bisa berbohong Non, tapi hati tidak." Bi Nur tersenyum pada Vania. "Bahagia terus Non, saya senang lihatnya."
"Saya bahagia setiap hari kok Bi," sahut Vania. Sebenarnya dia masih tak mengerti dengan apa yang di katakan Bi Nur yang menurutnya aneh.
"Hari biasanya Non Vania cuma pura-pura bahagia," ungkap Bi Nur masih di samping Vania. "Kalau hari ini enggak. Percaya atau tidak rumah ini jadi hangat karna kebahagiaan Non."
"Jangan ngarang, Bi."
"Saya mana berani mengarang cerita pada Non Vania?" tanya Bi Nur, membuat ibu dari Varo itu terdiam. "Tapi saya suka dengan Mas Raja Non, dia kelihatannya pria baik-baik."
"Kami cuma sahabat lama, ngga lebih dari itu." Tatapan Vania lurus pada tanaman yang setiap hari dia rawat.
"Bagaimana kalau seandainya bisa lebih dari sahabat Non?" Bi Nur melangkah menuju kursi yang di tengahnya ada meja untuk memberikan jarak dengan Vania.
"Mana mungkin Bi?" Vania tertawa kecil. "Raja itu seleranya tinggi makanya sampai saat ini belum menikah, dia juga anak dari keluarga kaya raya yang memiliki segalanya, jadi mana mungkin saya pantas bersamanya."
"Kamu ngga pernah bertanya alasan dia sampai saat ini belum menikah?" Tanya Bi Nur tanpa memeperdulikan tatapan kesal dari Vania. "Bisa saja kan dia sedang menunggu seseorang."
"Yaitu saya?" Vania tertawa kecil. "Saya ngga mau bermimpi terlalu jauh Bi, nanti kalau ngga tercapai kecewa jatuhnya."
"Bukan, tapi kenapa Non sampai berpikir seperti itu?" Bi nur lagi-lagi memberikan tatapan menggoda. "Padahal tadi saya hanya sekedar bertanya soalnya dia kan sempurna masa ngga ada yang mau sama dia?"
"Seperti yang saya bilang kalau dia pemilih," Balas lalu meminum tehnya. "Jangan cerita itu lagi Bi, saya ngga nyaman. Gimana kita bicarakan tentang hasil bicara berdua Bibi dengan ibunya Gea?"
Kini Bi Nur yang menghela nafas kasar. Dia tak ingin cerita masalah pribadinya dengan siapa pun, tapi dia sadar tentang hari itu Vania berhak tahu.
"Masih sama, ibunya Gea kekeh ingin mengambil putrinya. Saya sebenarnya ngga melarangnya membawa Gea, tapi tidak sekarang." Jelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilihan Hati (SELESAI)
ChickLitVania, janda beranak satu yang memilih meninggalkan suaminya dari pada harus di madu karna kata orang kalau dia wanita mandul. Kini dia hidup dengan bahagia bersama putranya tanpa adanya banyang-banyang masa lalu jauh dari ibu kota Jakarta. Mencari...