Tiga Puluh Dua

15.1K 1K 71
                                    

Bab 43



"Jadi Rio tidak tinggal di sini, Ja?" Ratih mengulang pertanyaan Winda yang mendapatkan jawaban berupa anggukkan kepala dari Raja. "Anak itu ternyata membohongi saya selama ini."



"Bukan Tante," ungkap Raja tidak enak hati. "Dulu Rio memang tinggal sama saya, tapi karna suatu masalah dia meninggalkan rumah ini."



"Masalah wanita itu?" tebak Ratih sambil mendengus. "Sebenarnya apa bagusnya wanita itu sehingga kalian-"



"Tante, jangan buat saya bertindak tidak sopan." Raja dari tadi berusaha menahan rasa tidak sukanya karna masih mengingat kebaikan wanita itu pada keluarganya.



Mungkin bukan cuma Raja, tapi hampir semua sepupunya kurang suka dengan Ratih. Bukan karna dia menginginkan jabatan di perusahaan itu karna sadar kalau ayahnya hanya saudara tiri dari suami Ratih, tapi apa yang di lakukan wanita itu selama ini sangat terlihat kalau Ratih tidak ingin kalau mereka, keluarga Raja, ikut campur.



"Kamu sama dengan Rio," ucap Ratih, membuat Raja mendengus tapi tidak mengatakan apa-apa. "Sekarang Rio tinggal di mana?"



"Iya, ayah tinggal di mana Om?"



"Sudah saya kirim alamatnya ke Winda."



Ibu dari satu anak itu membuka ponselnya dan mengangguk. "Dia tinggal di kontrakan Mas?"



"Jangan bercanda, Win." Ratih buru-buru mengambil ponsel Winda dan melihat alamat yang terhubung dengan google. "Astaga, apa anak ini bodoh? Kenapa dia tidak cari hotel atau apar-"



"Tempat itu ngga ada di sini Tan, maklum bukan Ibu Kota."



Ratih tidak mengatakan apa-apa kemudian memberikan ponsel pada Winda. "Ayo, kita pergi."



Tanpa mengatakan apapun, Ratih berdiri dari duduknya dan melangkah keluar rumah. Winda melihat apa yang di lakukan mertuanya menggeleng dan kembali menatap Raja.



"Nenek, tunggu Arin!" Arinda berlari keluar mendekati Ratih, meninggalkan Raja dan Winda.



"Maaf ya Mas, Mama tidak-"



"Jangan minta maaf, Tante dari dulu memang gitu." Raja menatap Winda serius. "Apa kamu tahu rencana Ri?"



"Rencana apa?"



Raja menghela nafas kasar dan menggeleng. "Tidak, lupakan saja. Oh, kalau mau kamu bisa memakai mobil saya."



"Saya maunya gitu, tapi tidak, terima kasih Mas. Saya rasa naik taksi lebih aman dari pada menyetir sendiri. Lagian, saya tidak tahu jalan di sini." Jelas Winda, membuat Raja mengangguk.



"Kalau gitu-"



"Win, masih lama?" teriak Ratih dari luar, membuat Winda meringis.



"Saya pergi dulu ya Mas dan terima kasih informasinya. Maaf juga karna kami bahkan Mas Rio banyak menyusahkan Mas Raja."



***



"Jadi benar kata Mama kalau kamu ke sini untuk mencari mantan istrimu itu?" tanya Winda saat berada di dalam kamar.



Kini dia berada di kontrakan dua kamar milik Rio. Setelah di lihat ternyata tempat ini tidak seburuk yang mereka kira. Tempatnya bersih dengan tetangga juga baik.



Tadi Winda sempat berpikir kalau tempat tinggal Rio sama dengan tempat tinggalnya dulu. Berada di lingkungan kumuh dengan orang yang rata-rata penjahat.



Berkali-kali Winda ingin pindah ke tempat lain, tapi karna tidak ada uang maka dia terpaksa harus tetap ada di sana. Winda ingat dulu hampir di celakai oleh beberapa pria dan beruntungnya ada yang menolongnya.

Pilihan Hati (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang